Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika. “Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya. “Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem. Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya. Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat. “Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya. Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dub
Sudah lebih 5 batang rokok yang dia isap, pria bertubuh kekar tampan ini memandang kosong ke depan, terkadang matanya bersorot tajam, baju batiknya baru saja di buang ke tanah.Wajahnya bak campuran ada ke Arab-araban, ada juga bule-bulenya. Namun kulitnya tak putih tak juga hitam, sedang saja, agak ke kuningan mendekati putih, rambutnya hitam terlihat agak berantakan, karena beberapa kali tadi dia mengacak-acak rambutnya sendiri.Celananya masih coklat tua dan kaos putih ketat yang membungkus badan tegapnya, dia melirik lagi di tanah, sebuah map warna kuning yang berisi surat pemecatannya sebagai seorang aparat kepolisian dengan tidak hormat, sengaja ia lempar sambil menahan emosi.Kesalahannya menembak seorang penjahat, tapi keluarga yang di duga penjahat ini melawan di pengadilan dan pria ini persalahkan. Melalui beberapa kali sidang kode etik serta skorsing yang dia terima, keluarlah keputusan tegas, dia pecat dari kesatuan, dengan pangkat terakhir Inspekstur Satu alias Iptu.Yan
Kombes Pol Roni menatap wajah dingin Brandon, sebagai polisi yang masih bertugas di bagian reserse, dia menangkap ada dendam yang kuat di mata anak muda ini, dendam pada mantan atasannya yang membuat dia di pecat sebagai polisi, karena dia anggap sengaja menjerumuskan dirinya dalam sebuah operasi penangkapan bandar narkoba.Setelah minum dan menghela nafas, Kombes Roni bertanya apa keperluan Brandon bertemu dengannya.“Aku butuh pekerjan komandan!” sahut Brandon singkat, tanpa basa-basi.“Kamu mau kerja apa?”“Apa saja, jadi pembunuh bayaran pun tak apa!”Kagetlah Kombes Roni, ia lalu tersenyum dan mencomot sebatang rokok lalu menawarkan ke Brandon, yang diterima Brandon tanpa banyak tanya.“Maukah kamu jadi bodyguard?” tawar Kombes Roni, Brandon tanpa basa-basi langsung mengangguk.“Hmm…baiklah tunggu sebentar!” Kombes Roni lalu menelpon seseorang.“Ya Jack Black, dia mantan anak buahku yang handal, mungkin kamu butuh karyawan baru!” Kombes Roni terdengar menelpon seorang pria yang d
“Makasih ya om sudah menolongku, namaku Novia, om siapa, benarkah mantan polisi, seperti yang dikatakan dua polisi tadi?” tanya wanita ini sambil menatap Brandon yang duduk di hadapannya dan duduk di kursi, sedangkan dia duduk di sisi ranjang, karena kost ini tidak memiliki ruang tamu.“Iya…aku mantan polisi…yang dipecat, panggil aku Brandon!” sahut Brandon pendek.“Kenapa kamu sampai dia kasari Novia, siapa lelaki itu sebenarnya, kalau kamu mau cerita, ceritalah, kalau ga mau juga ga-papa!” sifat dingin Brandon belum hilang, dia menatap tajam Novia yang saat itu memakai daster saja.“Dia itu namanya Punang, mantan pacarku, sifatnya kasar dan suka mabuk dan kerjaannya adalah tukang palak alias preman. Kami berpisah sudah lama, dia ingin balikan, tapi aku tak mau, mati aku dia siksa kalau balikan, entah darimana dia tau alamat kostku ini, padahal aku baru tiga bulan tinggal di sini!”“Ohh begitu…maafkan aku tadi, hampir saja membunuhnya…ternyata mantan pacar kamu Novia!” sahut Brandon