Home / Urban / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Jangan Harap Meminta Lebih

Share

Jangan Harap Meminta Lebih

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2023-03-10 21:25:26

"Ada, Paa. Aku bisa cariin laki-laki yang bisa diajak kompromi. Temanku kan banyak."

Papa menatap Mama sejenak kemudian kembali menatap Vela. Beliau bimbang harus memutuskan apa karena foto syurku terlanjur diketahui warga perumahan.

"Apa dengan dia menikah dengan lelaki sembarangan itu, nama baik kita bisa berubah bersih?" tanya Papa pada Vela.

"Ya kan seenggaknya, tetangga mikirnya kalau Kak Lily tuh udah tidur sama lelaki yang menikahi dia. Lumrah kan, Paa."

"Lalu, apa harus pakai acara resepsi juga?"

"Ya nggak usah lah, Paa. Namanya juga married by accident. Yang penting cepet menikah sebelum ketahuan hamil duluan. Masih untung undangannya sama Kak Ishak belum kesebar."

Bagaimana bisa Vela begitu enteng membahas hal ini bersama Papa dihadapanku. Bahkan apapun yang mereka putuskan dan bicarakan, aku sama sekali tidak mampu untuk menyahuti. Selelah itulah raga dan jiwaku ini.

"Hamil duluan katamu?"

"Ya mana kutahu, Paa."

"Seenggaknya, Lily jangan diusir dari rumah ini. Dia punya autophobia, Paa," Maa berucap.

"Papa nggak peduli, Maa! Mau dia autophobia atau apalah itu, dia mesti tanggung jawab membersihkan nama baik keluarga kita! Dan satu lagi, bukan berarti setelah menikah dia masih boleh tinggal disini. Tapi setelah menikah, dia mesti pergi dari rumah ini sama suaminya. Entah kemana! Terserah!"

"Paa!" seru Mama.

"Papa masih kasih dia kelonggoran waktu buat tidur di rumah ini sampai ada lelaki yang mau menikahi dia! Jadi kalian berdua jangan ngelunjak!" Papa menunjuk wajah Mama dan aku dengan cara yang bengis.

"Vela, segera cari laki-laki itu! Papa mau dia segera menikah dan pergi dari rumah ini! Bikin malu aja!"

"Iya, Pa. Besok aku segera bergerak."

Setelah Papa berlalu ke dalam rumah, Vela kembali berucap di dekat Mama. Entah mengapa adikku itu terlihat seperti serigala berbulu domba. Padahal saat masih SMA, dia tidak setega ini padaku.

"Ma, ini adalah jalan terbaik. Mau gimana lagi? Kak Lily emang salah."

"Udahlah, Vel. Jangan dibahas."

"Ya harus dibahas lah, Ma. Oh ya, Mama maunya lelaki yang model kayak apa? Tapi jangan minta yang terlalu high class ya, Maa. Soalnya mereka itu laki-laki sederhana. Eh, lebih tepatnya lelaki serabutan deh."

Melihat cara bicaranya yang seakan-akan begitu senang melihatku terpuruk begini, aku mendadak sungguh sangat membenci Vela.

"Tega kamu, Vel! Kenapa kamu malah nyaranin hal kayak gitu ke Papa!" seruku.

"Kak Ly, tega yang gimana maksudnya? Kan bener kalau aku bantuin cari solusi. Andai nggak ada solusi itu, Kakak udah diusir sama Papa malam ini juga! Masih bagus juga aku bantuin cari solusi jadi Kakak masih bisa tidur disini!"

Apa yang dia katakan ada benarnya juga. Hanya saja, gaya penyampaiannya terkesan sangat licik dan begitu bahagia diatas deritaku.

"Kalau tahu kayak gini, aku nggak bakalan mau nganterin kamu ke pesta sialan temanmu malam itu, Vel!" seruku.

"Jangan nyalahin pesta temanku, Kak! Itu emang salahnya Kak Lily aja jadi cewek gampangan! Buktinya, aku nggak ada masalah tuh."

Penyesalan tinggallah penyesalan. Andai malam itu aku tidak mengiyakan ajakannya untuk menemaninya pergi ke salah satu pesta sahabatnya, mungkin aku tidak akan berakhir di kamar dengan seorang lelaki tak dikenal.

"Udah, Vel. Jangan dibahas lagi!" Mama berseru kemudian membantuku berdiri.

Saking terlalu lelah dan rapuh raga ini, berjalan pun jika tidak ditopang Mama, mungkin aku akan ambruk di tempat.

"Aku nggak nyangka loh, Kak. Kalau Kakak sebegitu teganya sama Kak Ishak. Mana sekarang pura-pura terluka lagi."

Tanpa memperdulikan ocehan Vela yang sama saja dengan para tetangga, aku memilih mengistirahatkan raga.

***

Hari ini aku resmi jatuh lara. Tekanan darah yang terlalu rendah membuat kepalaku seakan dipukul gada. Belum lagi tulang yang seakan tak mampu menopang raga.

Setelah mendapat obat dari dokter dan mengirimkan bukti surat sakitku ke Bu Dira, aku kembali ke rumah ditemani Mama. Hanya beliau yang selalu ada dan mempercayai pengakuanku jika ujian ini terjadi karena aku dijebak.

Karena terlalu berat beban yang melanda, akhirnya aku terlelap cukup lama hingga terdengar kegaduhan dari ruang tengah.

"Paa! Kalau kamu mau menyelematkan nama baik keluarga, seenggaknya jangan menghancurkan masa depan Lilyah kayak gini!" Mama berteriak keras.

"Memangnya harus gimana lagi, Ma?! Masih syukur Vela bisa nyariin lelaki secepat ini buat nikahin anak nggak tahu diri itu!"

"Tapi seenggaknya kita nyariin yang agak mapan hidupnya! Bukan jadi pengamen kayak gitu!"

"Yang penting ada yang nikahin perempuan kotor kayak dia itu udah bagus! Kalau kamu mau anakmu dinikahi lelaki mapan dan bermartabat, suruh dia ngaca! Kalau dia itu udah nggak suci lagi!"

Pertengkaran kedua orang tuaku terus saja terdengar sepanjang hari sejak foto-fotoku bersama lelaki tidak dikenal itu sampai ke tangan Papa. Siapa dalang dari semua ini belum bisa kuungkap.

"Andai gajiku cukup untuk mandiri, aku nggak apa-apa pergi dari rumah."

Kemudian aku kembali terisak dengan kepala masih berdenyut nyeri dari balik pintu kamar.

"Mau dia berprofesi jadi pengamen, Papa nggak peduli! Yang penting anakmu itu segera pergi dari sini!"

"Lilyah itu juga anakmu, Pa! Mungkin sekarang kamu masih dibutakan emosi. Tapi suatu saat nanti, ketika kebenaran terungkap, kamu yang akan malu mengemis maaf pada anakmu!"

Papa tertawa sumbang dihadapan Mama, "Kamu terlalu baper, Ma! Dibohongi anak sendiri kok percaya aja."

Kemudian bel rumah berbunyi dua kali.

"Nah, itu dia, Paa," Vela melangkah membuka pintu.

Papa kembali menatap Mama dengan ekspresi tegasnya, "Suruh anakmu itu keluar."

"Untuk apa? Siapa yang kamu undang, Paa?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status