“Loh...bukannya persiapan album? Kenapa ada disini?”
Lily memutar bola matanya malas mendengar kalimat kakaknya, Surya. Memutuskan pulang ke rumah untuk bercerita pada mamanya, lebih tepatnya adalah mendapatkan solusi atas permasalahannya dengan mama Gema, bukan masalah yang bagaimana melainkan restu. Mamanya pasti tahu bagaimana menghadapi calon mertua, sebenarnya bisa saja tanya sama keempat temannya yang sudah menikah hanya saja mereka tidak mengalami hal persis dirinya.“Memang persiapan makanya makan diatur sudah.” Lily memilih menjawab pertanyaan Surya tentang persiapan album “Abang kenapa disini? Nggak kerja?” Lily memicingkan matanya.Surya mendorong kepala Lily pelan “Lihat tanggalan, libur ini. Gema nggak libur? Piket?”Lily menatap tanggalan yang dipasang dekat dapur dan benar tanggal merah, Gema memang semalam kirim pesan kalau shift pagi atau bisa dikatakan piket. Pekerjaannya tidak jauh berbeda yang bekerja di pelayanan, har“Mbak Lily? Masuk, mbak.” Dian membuka pintu sebagai tanda agar Lily masuk kedalam rumah, seketika mengambil barang yang dibawa Lily dengan langsung membawanya masuk semakin dalam. Barang-barang yang dibawa hanya kotak makan buatan sang mama tercinta, masuk semakin dalam dan tidak mendapati sang nyonya rumah alias mamanya Gema. “Tante kemana?” Lily menatap Dian yang meletakkan barangnya diatas meja. “Ketemu mama? Bentar aku panggilin dulu.” Mengikuti langkah Dian menuju salah satu ruang, ruang yang tampaknya sebagai kamar dari pemilik rumah. Pintu terbuka tidak lama kemudian menampilkan sang nyonya rumah atau mamanya Gema melangkah kearahnya dengan tatapan bingung, Lily berdiri dan mencium punggung tangannya. “Libur?” tanya Fiona langsung yang diangguki Lily “Gema mana?” “Gema di kantornya,” jawab Lily yang kali ini Fransiska menganggukkan kepalanya. “Mbak Lily kesini ngapain?” tanya Dian yang sudah duduk d
“Lily!”Merry berteriak cukup keras yang membuat Lily langsung sadar, menatap Merry yang sudah menatap dirinya dengan tatapan tajam. Lily mengangkat kedua alisnya melihat sikap Merry yang seakan ingin menelannya hidup-hidup.“Kamu janjian sama Fatur?” Merry mengatakan dengan nada kesal dan seketika menggelengkan kepalanya “Kenapa dia dibawah dan bilang mau ketemu kamu?” Lily mengerutkan keningnya, mengambil ponsel barangkali ada pesan dari Fatur tapi seketika terhenti saat mengingat jika dirinya memblokir kontak pria itu. Pikirannya benar-benar kacau, pulang dari rumah Gema dan menghabiskan waktu dengan ibunya membuat Lily menyadari sesuatu, salah satunya adalah Fatur dan tampaknya permasalahan mereka atau lebih tepatnya hal gila yang Fatur lakukan harus berakhir.“Kamu nggak cerita sama aku?” tanya Merry dengan nada lembutnya.“Mbak bilang sama Fatur kalau aku nggak ada disini,” ucap Lily langsung tanpa menghiraukan pertanyaan
“Apa yang kita lakukan ini salah.” Lily mendorong tubuh Fatur sedikit menjauh, tenaga yang dimilikinya tidak sebanding dengan kekuatan Fatur. Melihat bentuk badan Fatur yang banyak perubahan, Lily secara tidak sadar membelai dada bidangnya secara perlahan, tatapan mereka bertemu dan tanpa disadari bibir mereka sudah berpagutan dengan lembut. Lily masih membelai dada Fatur, sesekali mencubit putingnya yang membuat desahan keluar disela ciuman mereka.“Kamu tetap sama, sayang.” Fatur kembali mencium bibir Lily.Bibirnya terlepas dari ciuman mereka dengan beralih ke tubuh Lily yang sudah setengah terbuka, tangan dan bibir Fatur berada di bukit kembarnya dan Lily hanya bisa mendesah. Lily meremas rambut Fatur yang berada tepat di wajahnya, gerakan Fatur tidak tinggal diam dengan melepas seluruh pakaian mereka dan tatapan memuja tampak di kedua mata Fatur.Desahan keluar dari bibir Lily saat Fatur sudah menyatukan tubuh mereka, melepaskan semu
“Kemarin kemana?”Lily mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Bella ketika masuk ke tempat tinggalnya, mengambil minuman dan camilan dengan membawanya ke sofa. Melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, memilih bergabung bersama setelah mengambil sama persis dengan Bella.“Pulang jam berapa? Kemana? Jangan bilang ketemu Mas Gema, aku tahu kalau dia keluar kota.” Bella masih dengan tujuan dari pertanyaannya.“Pergi jalan-jalan,” jawab Lily langsung.Bella menghentikan gerakan tangannya dengan menatap kearah Lily “Kak, kamu bukan orang yang bisa bohong depan kami.” Lily menelan saliva kasar, memilih memakan camilannya “Aku ini benaran jalan-jalan, malah nggak percaya.”“Kakak bukan ketemu sama Mas Fatur, kan?” tembak Bella yang kali ini menghentikan gerakan tangan Lily “Kak, benar nggak ketemu Mas Fatur, kan?” ulang Bella.“Memang kenapa?” tanya Lily yang mengalihkan pandangan kearah Bella, tatapan
“Kapan kamu sampai?” Lily menatap Gema yang sudah berada di sofa ruangan saat datang, kegiatannya memang sudah mulai padat dan biasanya akan menghabiskan waktu di apartemen untuk istirahat. Gema melangkah kearahnya, menarik dengan memasukkannya kedalam pelukan disertai dengan ciuman pada puncak kepala Lily.“Pagi tadi, aku ke rumah. Kamu ke rumah?” Gema mengangkat kepala Lily agar mereka saling menatap.“Mama kamu yang bilang?” Gema menganggukkan kepalanya “Ya...sudah tahu kalau aku dari sana, kan? Terus?”“Kenapa nggak bilang?” tanya Gema membawa Lily duduk di sofa.“Kejutan aja, memang nggak boleh aku ke rumah kamu? Ada yang disembunyikan?” Lily memberikan tatapan penuh selidik.“Boleh, aku malah senang. Heran kalian nggak ada yang kasih tahu aku, kamu sekarang sudah mulai kompak ya sama orang rumah.” Gema mencubit hidung Lily pelan “Makasih kamu mau usaha, Ly.”Lily menganggukkan kepalanya “Kita ingin h
“Kamu....Gema, bukan?”Fokus mereka berdua berganti pada seseorang yang memanggil nama Gema, Lily menatap Gema dengan tatapan penasaran setelah melihat wanita yang baru saja memanggil nama Gema. Tampak terdiam beberapa saat, tanpa ada suara yang membalas pertanyaan wanita dihadapan mereka.“Kamu lupa sama aku? Aku Salsa, kita ketemu di...cafe...kapan ya? Aku lupa, kamu yang petugas pemadam itu kan? Rumah ini kamu yang bangun?” Lily memilih diam, tidak mengeluarkan suaranya sama sekali dengan membiarkan Gema yang mengambil alih, ditambah memang dirinya tidak tahu apapun tentang hubungan mereka.“Salsa? Pegawai bank, bukan?” tanya Gema akhirnya.“Betul, aku kira kamu lupa. Rumah ini bangunan kamu ternyata?” “Ya, memang kenapa?” tanya Gema penasaran.“Nggak papa,” jawab Salsa sambil tersenyum “Kalau gitu aku duluan, mari.”Lily menatap kepergian Salsa dengan tanda tanya, tampak ada perubahan sikap
“Kenapa nggak mau sama Salsa?” “Salsa yang nggak mau sama aku.”Lily menatap tajam Gema “Kalau Salsa mau jadi kamu juga mau?” “Ly, sayang dengar. Waktu itu kita belum ketemu jadinya aku realistis aja, tapi kalau sekarang otomatis beda cerita.” Gema menjelaskan dengan lembut bersama tangannya yang membelai punggung tangannya.“Cantik ya Salsa?” Lily mengerucutkan bibirnya.“Nggak usah mulai, Ly. Lagian dulu dia juga udah nolak aku, aku juga nggak akan menatap dia lagi. Buat aku sekarang kamu adalah masa depan, bukan lagi wanita-wanita yang pernah mama berikan dan aku temui dulu.”“Aku kekanak-kanakan ya?” Lily menatap Gema yang menggelengkan kepalanya “Kenapa nggak?”“Wajar sih, tapi jangan berlebihan juga. Aku suka kamu cemburu itu tandanya kalau kamu....”“Nggak usah berlebih,” potong Lily yang menatap sebal kearah Gema.Mobil berhenti di tempat biasanya mobil Gema parkir, mendapatk
“Kamu ketemu Salsa?” “Ya, memang kenapa?” Gema sudah langsung bisa menebak dari pertanyaan sang mama, tampaknya Salsa akan melakukan sesuatu agar bisa mendapatkan dirinya. Melihat bagaimana sikap mamanya saat ini setidaknya harus waspada, perkataan Lily semalam memang benar adanya.“Dia bilang ketemu kamu, waktu itu kamu sama Lily?”“Mama mau ngomong apa? Nggak usah muter-muter,” potong Gema langsung.Fiona mencibir sikap Gema yang tampak tidak suka membahas tentang Salsa “Kamu nggak mau...”“Nggak! Aku sudah memilih Lily, ma. Hargain keputusanku.” Gema langsung menjawab dengan cepat.“Kamu memang tahu mama mau ngomong apa? Kamu itu kebiasaan orang tua ngomong langsung dipotong.” Fiona menatap kesal pada Gema.“Mama mau ngomong buat mencoba sama Salsa, kan? Jawabanku TIDAK, aku harap mama bisa paham dan mengerti.” Gema menekankan beberapa kata.“Bukannya lebih bagus kamu sama Salsa d