Share

6. Gadis cantik bernama Cerise

"Namanya Cerise Park, guys!!" teriak Sierra kepada kedua sahabatnya sambil memasuki kelas dengan heboh.

"Cerise?" ucap Vanilla mengulangi nama itu.

"Anak kelas sebelah, ya?" sela salah satu teman sekelasnya yang menguping pembicaraan mereka.

"Seirra, kamu pasti cembokir kan, dia deket banget sama Altair di kelas sebelah," sahut teman sekelas lain sambil mengejek. Satu kelas pun ikut riuh dan menyoraki Sierra yang merupakan mantan dari siswa tampan bernama Altair itu.

"Wah, sayang sekali sang mantan mudah move-on!!" sorak Sovann, yang merupakan anggota ekskul basket Ravi dan Altair. Ia dengan usil ikut menyoraki Sierra yang semakin memeriahkan sorakan kelas.

Mendengar komentar tersebut, Sierra menatap tajam semua teman sekelasnya yang mengganggunya. Tanpa berkata apa pun, dia duduk di bangkunya dan memilih untuk tidak peduli.

Saat melihat kehebohan di kelas, Ravi justru merasa panas dingin, yang membuatnya menjadi panik.

***

Sierra nampaknya iri terhadap hubungan dekat antara Altair dan siswi baru yang cantik itu. Dengan diam-diam, Sierra mengambil ponselnya dan segera mengirim pesan chat.

Sierra: Cieee, yang udah deket sama cewek

Altair: Lah, terus kenapa

Sierra: Ga apa-apa, selamat ya, pepet terus :)

Altair: Lu gatau apa-apa

Sierra: Harus tahu apalagi kalau semuanya sudah jelas

Altair: Dia udah mau tunangan, lo ga usah takut

"Tunangan?" gumam Sierra.

"Siapa yang tunangan? Ravi?" tanya Avery refleks menjawab gumaman teman sebangkunya.

"Hmm? Tunggu bentar...."

Dengan instingnya yang tajam, Sierra tiba-tiba membuat sebuah kesimpulan yang menarik. Ada siswi baru di sekolah dan mungkin dia akan segera bertunangan. Vanilla baru saja mengakhiri hubungannya karena Ravi yang akan bertunangan. Hari ini, Ravi terlihat hening dan tidak seperti biasanya.

"Mungkinkah?" gumamnya lagi.

*Ting!* Sebuah pemberitahuan chat muncul lagi, menandakan pesan baru dari Altair.

Altair: Lagipula untuk apa sih minta putus hanya gara-gara Avery

Altair: Gak lama, Sovann juga bakal ngajak Avery pacaran kayaknya

Sierra menekan tombol kunci layar ponselnya. Sekarang dia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Mungkinkah Cerise adalah tunangan Ravi? batin Sierra.

Sierra mengalihkan pandangannya ke belakang kelas, di mana Ravi berada bersama teman-temannya. Ketika Ravi menyadari bahwa Sierra sedang menatapnya, dia pura-pura tidak melihat dan mengalihkan pandangannya. Dia hanya berharap agar Sierra tetap menjaga hubungan persahabatannya dengan Vanilla. Jika bisa, jagalah Vanilla sampai menemukan cinta sejatinya yang lain.

***

"Vanilla, sini," panggil Sierra di dekat gerbang sekolah. Vanilla pun menyahut panggilannya. "Coba lihat ini."

Sierra pun menunjukkan potongan pesan chat Altair pada ponselnya. "Wah, kamu masih berhubungan baik sama Altair? Eh-"

Setelah melihat kata 'tunangan' dalam percakapan tersebut, Vanilla langsung memahami apa yang dimaksud Sierra.

"Ingat, ini 'kan baru asumsi," ucap Sierra coba menenangkan. "Kalau ini beneran, kamu bakal kaya gimana?"

Mendengar hal itu, Vanilla menjadi tertegun. "Kalau boleh jujur, aku semakin sakit hati jika tunangannya bersekolah di sini," ucapnya.

Sierra tersenyum mendengarnya. "Aku senang kamu jujur tentang perasaanmu. Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita ke aku ya," ucap Sierra.

Vanilla memeluk tubuh tinggi Sierra. "Makasih ya, Sierra. Kamu selalu ada di saat aku butuh. Maaf, aku pernah meninggalkan kalian saat aku masih pacaran sama Ravi dulu," ucap Vanilla. Sierra pun memeluk balik sahabatnya itu.

Dari kejauhan, Ravi melihat Sierra dan Vanilla berpelukan di samping gerbang sekolah. Ia cukup lega melihat Sierra benar-benar menjaga mantan kekasihnya itu. "Ayo," tutur Ravi setelah ia siap untuk mengendarai motornya.

Cerise pun segera duduk di belakang Ravi. "Kuy," ucapnya setelah siap untuk pulang bersama.

***

Hari ini tidak ada kelas tambahan. Ini merupakan pertama kalinya Vanilla pulang sendiri setelah putus. Tampaknya dia tidak ingin langsung pulang ke kosnya. Dia ingin pergi ke taman di kota untuk berjalan-jalan sendiri dan mengurangi stres.

Setelah membeli es krim dari sebuah stan di taman, secara tak sengaja ia melihat Ravi dan Cerise di sisi lain jalan. Ya, kecurigaannya bersama Sierra ternyata tepat.

Cerise terlihat meminta dengan manja agar masuk ke toko perhiasan di seberang jalan. Vanilla pun bersembunyi sambil terus mengawasi mereka. Akhirnya, Ravi berhenti dan memarkirkan motornya di dekat jembatan, kemudian mereka berdua masuk ke toko perhiasan tersebut.

Setelah 15 menit dari saat mereka masuk, Cerise sudah keluar dari toko dan membawa paper bag yang berisi sebuah kotak cincin. Dengan tidak sabar, Cerise ingin segera mengenakan cincin itu, lalu dia mengambil kotak cincin dan membukanya. Namun, secara tidak sengaja, cincin itu terjatuh dan bergulir ke sungai di bawah jembatan.

Cerise terlihat berusaha mengejar cincin dengan panik, namun tangan Ravi segera menghentikan usahanya karena sungai di bawah jembatan itu dikelilingi oleh rumput tinggi yang terlihat berbahaya.

Dari ekspresi wajah mereka, terlihat bahwa Ravi berjanji akan membelikan cincin baru suatu saat lagi nanti. Sepertinya dia berusaha membuat Cerise melupakan cincin itu. Awalnya Cerise panik, namun dia mulai merasa tenang dan mengangguk setelahnya. Akhirnya, mereka berdua meninggalkan cincin tersebut dan pergi.

Melihat kejadian itu, Vanilla tiba-tiba merasa ingin menhikuti isi hatinya. Selama hubungannya dengan Ravi, belum pernah sekali pun dia diberi cincin. Sekarang, dia merasa menginginkan cincin itu.

Ravi dan Cerise sudah tidak terlihat lagi. Vanilla segera melepas ranselnya dan meletakkannya di samping jembatan. Dia melangkahi pagar dan menjejakkan kakinya ke dalam rumput tinggi yang tajam itu. Langkahnya membawanya turun menuju sungai, tempat kemungkinan cincin itu berada.

Meskipun masih mengenakan rok pendek sekolah, Vanilla tidak memperdulikan luka-luka yang terus melukai kakinya. Dengan melihat sedikit pantulan cahaya di permukaan air, akhirnya dia menemukan cincin itu.

***

Vanilla telah sampai di kamar kosnya. Saat melihat tirai kamar depan yang tampaknya tidak akan pernah dibuka lagi, dia menduga bahwa Ravi mungkin sudah pindah. Namun, sekarang Vanilla bingung bagaimana cara menutupi luka-luka yang ada di kakinya.

Dari ujung kaki hingga pangkal pahanya, terdapat luka-luka tipis seakan tersayat. Beberapa bahkan mengeluarkan darah. Vanilla kemudian menutupi luka-luka tersebut dengan plester luka. Sementara itu, luka-luka yang lain ia coba mengobatinya dengan mengoleskan cairan obat luka.

Padahal, ini masih hari pertama di minggu ini. Sepertinya, tidak ada harapan untuk bisa menutupi luka-luka kecil yang ada di kakinya. Jika dipakaikan perban, kain kasa tersebut akan menyelimuti seluruh kakinya. Jadi, hal itu tak mungkin ia lakukan.

***

"Ya ampun, Vanilla! Kakimu kenapa?" teriak Sierra dengan histeris. Kakinya penuh luka tipis dengan beberapa plester.

"Ssst! Diam. Diam," Vanilla malah menyuruh kedua temannya untuk diam.

Vanilla baru merasa menyesal atas tindakannya kemarin. Semua ini terjadi karena cincin yang kini dipakainya. Mungkin seharusnya dia tidak melakukan hal tersebut, terutama karena dia mengenakan rok sekolah yang pendek, sehingga luka-luka itu terlihat jelas.

"Gak sakit, kok. Sumpah," ucap Vanilla yang terus meyakinkan teman-temannya.

Sejujurnya, luka-luka ini cukup menyakitkan. Namun, semua ini sebanding dengan nilai dari cincin yang jelas-jelas mahal. Tidakkah begitu?

Di belakang kelas, Ravi dan kawan-kawannya merasa agak canggung, merasa enggan menunjukkan simpati pada Vanilla, terutama setelah dia putus. Ravi menjadi lebih jarang berbicara dengannya, bahkan mencoba sibuk dengan mengobrol bersama teman-temannya yang lain dari tim basket.

Namun, dalam pikiran Ravi, ia tentu cemas tentang kondisi kaki Vanilla. Dia merasa heran mengapa kaki Vanilla memiliki luka sayatan seperti itu di seluruhnya.

(Bersambung)

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status