Share

Senjata Makan Tuan?

Dengan lemas Harum berjalan ke kamarnya, langkahnya gontai. Aku memberikan tongkatku untuk membantunya berjalan.

"Pakailah tongkat ini, dan berjalanlah dengan benar. Jangan jatuh sebelum kau berbaring di tempat tidurmu, karena aku tak bisa membantumu," kataku.

"Kak, aku melihat api ...." Harum meracau.

"Jangan banyak bicara. Gunakan energimu untuk berjalan."

Wajah Harum sudah tak dapat digambarkan lagi bagaimana ekspresinya. Keringat sebesar biji jagung keluar dari pori-pori kulit. Selama berjalan menuju kamar, dia terus-terusan mengeluh melihat api dan kepanasan.

Tentu saja, dia mulai berhalusinasi berada di neraka, dan malam nanti adalah penyiksaannya.

Butuh waktu yang cukup lama bagi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status