Perjalanan Sang Perukiyah

Perjalanan Sang Perukiyah

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Oleh:  Aw safitryOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
56Bab
387Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Profesi sepasang suami istri yang menjadi perukiyah tentu tidak mudah. Terkadang mendapat teror dari makhluk-makhluk mengerikan setelah mengobati pasien itu adalah hal biasa. Namun bagaimana jika teror tersebut malah membuat nyawa mereka terancam. Bagaimana mereka menyikapinya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kerasukan Bikin Heboh

Di sebuah Pondok Pesantren Al-Anwar, Kediri, semua santriwati dari asrama Az-Zahra sedang berkumpul di aula karena kedatangan keluarga yang ingin mengunjunginya.

Setiap enam bulan sekali, Pondok Pesantren Al-Anwar selalu mengadakan penjengukan santri yang digilir setiap asrama.

Suasana haru menyelimuti aula terbuka yang bisa dibilang seperti taman dengan pendopo seluas 20x10 meter yang ada di tengah-tengah taman tersebut.

Di mana para orang tua terlihat bahagia karena bisa melepas rindu dengan anaknya yang tengah menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Anwar, Kediri.

Namun, keharuan tersebut tiba-tiba berubah menjadi mencekam saat terdengar suara teriakan seorang wanita yang suaranya begitu memekakkan telinga. Membuat siapapun yang mendengarnya seketika itu merinding.

Membuat semua orang yang belum tahu pun kebingungan dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mereka menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Mencari tahu sumber suaranya berasal dari mana.

"Ada apa sih?"

"Kenapa?"

"Nggak tahu. Tapi, orang-orang pada lari. Kayak ketakutan."

Sebagian orang yang ada di dekat wanita tersebut berlari menjauh menyelamatkan diri saat wanita itu terlihat mengamuk dan memukul apa saja yang ada di dekatnya.

Bahkan, anaknya pun sempat menjadi korban pemukulan ibunya sendiri dan mengenai bagian pelipis. Hingga terbentur ke tiang yang ada di tengah-tengah aula.

Lantas, orang-orang pun menolong anak tersebut. Karena pelipisnya mengeluarkan darah.

"Kepala kamu berdarah, Nak," ujarnya menatap iba.

"Apa yang terjadi sama Ibu kamu?" tanyanya penasaran.

"Ibu ...," isak gadis berkerudung merah marun sambil menatap wanita yang tengah tertawa terbahak-bahak tanpa sebab itu.

Setelah melihat perempuan itu, mereka baru tahu jika perempuan yang sedang mengamuk itu kerasukan.

Dia ingin menolong Ibunya. Memeluknya dan memberi ketenangan agar Ibunya tidak mengamuk lagi. Namun, orang-orang menahannya.

"Jangan, Nak. Bahaya. Ibumu itu sedang kerasukan setan!" ujar salah satu wali santri yang menolongnya.

"Ngeri banget sih. Di pesantren kok bisa kerasukan setan!" sahut seorang wanita yang ada di belakangnya.

Dua orang pengurus pesantren datang dan berusaha menenangkan wanita tersebut agar tidak mengamuk lagi.

Namun, kedua orang itu malah ditendang hingga terpental oleh wanita tersebut.

"Jangan ikut campur urusanku!" tegasnya dengan tatapan mata yang tajam. Lalu kembali tertawa dengan suara yang melengking. Membuat orang-orang yang ada di sekitarnya pun semakin ketakutan.

Mereka menjauh. Namun juga penasaran.

"Astaghfirullahal'adzim ... tenaganya kuat sekali," ujar salah satu pengurus pondok pada temannya sambil memegangi dadanya yang terasa sedikit sesak karena terbentur tiang yang menjadi penyangga aula.

"Panggil Ustadz Bai sekarang!" titahnya pada temannya yang baru datang untuk menolongnya.

"Tapi Ustadz Zaki bagaimana?" tanyanya cemas.

"Panggil saja. Cepat! Sebelum wanita itu semakin mengamuk dan mencelakakan yang lain!" titahnya lagi.

"I-iya, Ustadz!" Dia pun bergegas lari sambil mengangkat sarungnya menuju rumah Ustadz Bai yang ada di belakang asrama putra Al-furqan.

Kurang dari lima menit, pengurus pondok itu tiba di kediaman Ustadz Bai.

"Assalamu'alaikum, Ustadz!" ucap pengurus pondok tersebut sambil mengetuk pintu rumah Ustadz Bai dengan panik. Dia takut, wanita yang kerasukan itu semakin membabi buta dan mencelakakan yang lain.

"Assalamu'alaikum, Ustadz Bai, Mbak Ken! Ini Rahmat!" ucapnya lagi setengah berteriak. Dia pun semakin panik saat pemilik rumah tidak kunjung membuka pintu rumahnya.

"Assalamualaikum, Ustadz!" katanya lagi.

Tak berselang lama, seorang laki-laki berperawakan sedang membuka pintu rumahnya sambil membalas salam dari Rahmat. "Wa'alaikumsalam. Ada apa, Mat?" tanya laki-laki yang mengenakan kemeja hitam dipadu dengan sarung hitam. Keningnya berkerut saat dia melihat Rahmat seperti orang yang ketakutan dan panik.

"Gawat, Ustadz! Di aula ada yang kerasukan dan ngamuk-ngamuk. Ustadz Zaki dan Ustadz Haikal saja jadi korbannya dan ditendang hingga membentur tiang penyangga aula," jelas Rahmat dengan cemas.

"Astaghfirullahal'adzim. Ya sudah, kamu tolong mereka dulu. Saya segera menyusul ke aula," sahut Bai yang juga ikut panik.

"Ya sudah, Ustadz. Kalau begitu, saya pamit dulu. Assalamu'alaikum."

"Hati-hati. Wa'alaikumsalam."

Bai pun masuk lagi ke dalam rumah dan menemui istrinya yang sedang mencuci piring bekas makan siangnya tadi untuk berpamitan.

"Ada apa, Mas? Kok kayaknya buru-buru banget," tanya Ken-istri Bai-sembari mengeringkan telapak tangannya usai mencuci piring.

"Ada yang kerasukan di aula, Sayang," jawab Bai gugup. "Aku ke aula dulu, ya!" pamitnya sambil memakai peci hitam di kepalanya.

Kedua bola mata Ken melebar seketika. "Astaghfirullahal'adzim ... aku ikut, Mas! Tunggu sebentar!"

"Ya udah. Cepat, Sayang!"

Ken masuk ke dalam kamarnya mengambil khimar dan niqobnya. Lalu memasang keduanya sebelum pergi ke aula.

Mereka berdua berlari kecil menuju aula. Sesampainya di sana, dia langsung memecah kerumunan.

Kedua matanya terbelalak saat mendapati seorang wanita berjilbab cokelat yang sudah berantakan dengan gamis panjangnya dan sudah terikat pada salah satu tiang penyangga. Di sebelahnya, ada santriwati yang tengah terisak tak tega melihat ibunya diperlakukan seperti itu.

"Astaghfirullahal'adzim," desis Bai dan Ken hampir bersamaan.

"Ibu ini terpaksa kita ikat, Bai. Agar tidak mencelakakan yang lain," ujar Haikal saat melihat Bai dan Ken datang.

"Lepaskan aku!" teriak wanita itu sambil terus memberontak berusaha melepaskan diri dari ikatan yang mengikat tubuhnya. "Kalian tidak berhak mencampuri urusanku. Kecuali ... kalian sudah bosan hidup!"

Perempuan itu kembali tertawa dengan suara yang lantang. Membuat bulu kuduk meremang.

Perlahan, Bai berjalan mendekat ke arah wanita tersebut.

"Mas, hati-hati," kata Ken khawatir pada suaminya itu.

"Kamu tetap di sini!" titah Bai pada Ken yang mengangguk patuh pada suaminya.

Wanita itu terdiam sambil menatap tajam ke arah Bai yang saat ini sudah berdiri di hadapannya dengan mulut bergumam terus menyebut nama Allah dengan suara yang sangat pelan.

"Siapa kamu?" tanya wanita itu dengan tatapan nyalang. Tangannya bergerak mencoba meraih Bai, tapi tertahan karena diikat.

"Aku Bai. Hamba Allah. Siapa kamu?" Bai bertanya balik dengan tatapan mengunci.

Wanita tadi tertawa dengan keras. Lalu berhenti dan kembali menatap Bai tajam. "Jangan ikut campur urusanku!" sergahnya. Lalu membuang ludah hingga mengenai wajah Bai.

Bai pun memejamkan kedua matanya untuk meredam emosi. Ada sedikit rasa tidak terima karena diludahi. Namun, dia harus tetap sabar. Jika tidak, maka dia tidak akan bisa menyadarkan wanita tersebut.

"Rasakan itu!" Wanita itu kembali tertawa puas. "Siapa suruh mencampuri urusanku." Dia tersenyum dengan tatapan sinis.

"Mas ...."

Ken hendak mendekat ke arah Bai. Namun, laki-laki itu memberi isyarat dengan tangan kirinya agar istrinya tidak mendekat.

Ken pun menghentikan langkahnya. Meski hatinya mencemaskan suaminya. Apalagi setelah melihat lawannya.

Sungguh, dia khawatir dengan apa yang terjadi setelah ini. Karena dia yakin, lawannya kini tidak akan mudah. Dia paham itu.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
56 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status