Kiara membuka perlahan kedua matanya dan mengerang pelan. Merasakan rasa sakit di perut, tangan Kiara mengusap perutnya dan merasakan keanehan di sana. Ia merasakan perutnya lebih keras dari biasanya, jantungnya berdebar kuat menduga apa yang terjadi pada dirinya. "Kiara sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan?" Kiara menoleh pada pintu dan melihat Keith yang datang membawakan nampan berisikan makanan dan air untuknya. Keith masih dengan pakaian kantornya namun dasinya sudah tak dipakai juga tiga kancing atas kemejanya yang sudah terbuka, penampilan Keith pun sedikit berantakan namun Kiara bisa melihat ada sebuah sinar bahagia di kedua mata Keith. "Aku kenapa" tak menjawab tanya Keith padanya, Kiara justru menanyakan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Keith berjalan makin dekat dan meletakan nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang sebelum duduk di sisi tubuh Kiara. Tangan Keith menjangkau satu tangan Kiara dan digenggamnya erat. "Kamu berhasil ... Kita berd
Special Keith's Pov***Aku tidak pernah merasakan kehancuran di dalam hidupku sebelumnnya.Hanya saja, saat melihat Kiara terbaring koma di ranjang pesakitan sudah benar-benar merengut sebagian kewarasanku. Aku sungguh takut kehilangan dia, aku takut tidak bisa lagi melihat wajahnya ketika bangun tidur, aku takut tidak ada yang menyambutku pulang bekerja dengan pelukan hangat lagi setiap harinya. Sungguh ketakutanku membuatku terus bermimpi buruk setelah melihat sendiri bagaimana detik-detik istri tercintaku ingin pergi. Mimpi itu selalu menggangguku sehingga aku selalu mengalami panik berlebih.Contohnya seperti malam ini, aku kembali bangun di tengah malam ketika mimpi mengerikan itu datang lagi, Kiara yang bersimbah darah dan meninggal tepat di depan mataku."Tidak!! Kiara sayang jangan pergi!!" aku mengigau dengan keringat yang membanjiri wajahku. Rasanya sangat berat saat akan membuka kedua mata. Saat merasakan usapan di kening dan tepukan ringan di pipi barulah aku berhasi
Special Kiara Pov *** Gelap ... Sunyi ... Dan terasa sangat hampa. Aku tidak pernah menyangka jika aku terjebak dalam kegelapan yang tidak ada ujungnya. Semuanya terasa aneh dan menyeramkan untukku. Berlari kemanapun kakiku melangkah aku tidak bisa menemukan cahaya atau seseorang. "Kiara ... Kapan kamu akan bangun? Aku membutuhkanmu Kleo dan putri kita juga begitu ..." Keith! Itu suara Keith! Aku bisa mendengarnya namun aku tak bisa melihatnya dan merasakan kehadirannya! "Keith! Kamu di mana?!" Aku berteriak memanggilnya namun tidak ada jawaban, aku hanya bisa mendengar suara Keith yang terus bercerita seolah aku mendengarnya namun dia tak bisa mendengar suaraku. "Cepatlah sadar Kiara, jangan pernah pergi tinggalkan kami!" Sadar? Kenapa Keith berharap aku sadar? Memang aku sedang dimana? Jantungku berdebar dengaan kuat, hari berganti hari tak lagi aku rasa. Aku terus ketakutan berada di ruang gelap ini. Sampai entah aku menunggu berapa lama, aku mulai merasakan
"Hot Newssguys!!"Seorang pria dengan wajah sumringahnya itu berlari pelan memasuki kelas barunya dan mendekati teman-temannya yang tengah bergembira karena dapat satu kelas lagi tahun ini."Apasih Gem! Lo gak liat kita lagi happy banget karena bisa sekelas lagi? Bisa gak lo diem dulu tahan semua gosip yang lo bawa itu" ujar Fia salah satu temannya yang protes pada Gema."Ini soalMr. Killer! Yakin lo gak mau denger?"Mendengar panggilan tersebut, tentu tak membuat Fia saja yang membulatkan matanya penasaran namun beberapa teman-temannya yang berada di belakang mejanya masih sibuk bercerita mulai memperhatikan Gema dan mengerumuninya."Apa Gem?" Satria duduk di atas meja dan mulai penasaran mengenai gosip yang sering ia dengar mengenai Pak Keith sewaktu mereka kelas 10."Gue baru keluar dari ruang guru dan cari jadwal untuk kelas kita dan kalian harus liat ini!" Gema meletakan satu lembaran jadwal setiap kelas da
Keluarga Keith Wilson datang ke kediaman keluarga Dewangga.Dan sayangnya penampilan Kiara sama sekali tak baik.Kedua matanya bengkak karena terlalu lama menangis, lalu senyum yang tak bisa Kiara pasang di wajah karena kini dia sudah tau apa tujuan keluarga gurunya itu datang ke rumah."Selamat malam Kiara sayang" Shenina, Mamah dari gurunya itu menyapa Kiara yang harus memaksakan senyum manisnya."Malam Tante" Kiara tak tau bagaimana raut wajahnya kali ini. Dia tak berani menatapkan matanya pada sosok laki-laki tinggi yang ia tau terus memandangnya semenjak ketiga manusia ini memasuki rumahnya dan duduk di sofa ruang tamu rumahnya."Jangan panggil Tante Kiara, panggil aku Mamah dan Papah juga. Kami kan sebentar lagi juga mau jadi orangtua kamu sayang"Mendengar itu Kiara mengangkat pandang dan tanpa sengaja kedua matanya bertabrakan dengan sorot tajam yang Keith Wilson berikan.Jantung Kiara berdebar kuat, dan kemampuannya yang mau
Kiara tengah belajar di meja belajarnya jika saja panggilan sang Mamah tak mengacaukan pikirannya. "Kiara sayang" wajah Rima muncul di pintu kamarnya membuat Kiara menghentikan gerak tangannya yang tengah menulis. "Iya Mah?" Kiara menoleh ke arah pintu memperhatikan bagaimana Mamahnya yang mendekat ke arahnya dengan senyum yang sudah Kiara tau apa artinya. "Kenapa belum siap sayang? Sebentar lagi Keith akan datang loh" Kiara kini sudah sepenuhnya menatap pada Mamahnya yang menarik satu kursi untuk duduk dekat Kiara. "Mah, ini sangat mendadak, boleh Kiara menolak?" Rima mengusap rambut Kiara tanpa bisa memandang wajah serta kedua mata putrinya itu. "Mah! Kiara belum siap! Kiara tidak akan siap dengan apa yang akan Kiara jalani sebentar lagi!" Kiara menangkup tangan Mamahnya dan meletakannya di atas pangkuannya, meminta Rima untuk menatap kedua matanya. "Mah! Tolong Kiara batalkan rencana perjo
"Lo kenapa sih? Udah hampir satu minggu lo jadi pendiem banget Ki" Ucapan Aura itu diangguki oleh keempat temannya yang kini tengah berkumpul bersama di kantin sekolah."Iya, lo lagi ada masalah?" tanya Bima yang melihat Kiara hanya menggeleng pelan dengan senyum tipis di bibirnya."Gue gapapa, cuman ada sedikit masalah di rumah" ujar jujur Kiara, dia memang masih ada masalah mengenai perjodohannya dengan Keith Wilson namun dirinya masih bertahan agar tak memberitahu teman-temannya lebih dulu."Masalah apa? Dari kemaren kayaknya lo ditimpa masalah terus?" Gema menatap Kiara penuh selidik membuat Kiara menjadi gugup."Bukan apa-apa, hanya saja keluarga gue sedang mengalami masalah kecil. Besok mungkin akan segera reda permasalahannya, maaf ya karena gue kalian jadi risih liat gue murung kayak gini" lirih Kiara pelan."Kia, lo gak boleh ngomong gitu, kita mana pernah risih sama lo! Oke gapapa kalo lo gak mau cerita sama
Sebelum Keith mengantar Kiara pulang ke rumah, terlebih dulu Keith membawa Kiara ke sebuah restoran untuk mengisi perut Kiara yang kelaparan.Karena tadi saat di parkiran Mall Keith sempat bertanya pada Kiara apakah gadis itu sudah makan malam? Dan jawaban yang Kiara beri adalah sudah dengan anggukan serius. Keith pikir memang gadis itu sudah makan bersama teman-temannya.Namun ketika Keith mau menyalakan mesin mobilnya, ia mendengar jelas suara perut Kiara yang berbunyi hingga membuat wajah Kiara yang rona merahnya sudah hilang kembali menghias di sana.Keith tak tahan untuk tak tertawa karena kebohongan yang Kiara katakan. Gadis itu berkata sudah makan malam namun perut wanita itu lebih jujur mengatakan bahwa ia belum diisi.Alhasil Keith membawa mobilnya keluar dari Mall untuk pergi ke sebuah restoran favoritnya untuk mengisi perut Kiara yang berbunyi."Kamu tidak mau keluar?" Keith bertanya pada Kiara yang duduk me