Leo dan Marta Menelusuri kembali jalan yang telah mereka lalui sebelumnya, Leo mengamati Marta dengan kayu bakar di kepalanya merasa sangat kagum dengan gadis di hadapanya. Meskipun dengan beban berat di kepalanya dia masih terlihat cantik sangat alami.
Yang Leo tahu gadis remaja seusianya di kota-kota besar bahkan sudah mulai mengolekksi alat make-up. Melirik-lirik fashion terbaru. Terutama jika mereka lahir dengan sendok emas mereka telah dimanjakan dengan mobil mewah.Pesta mengundang DJ. Bahkan jika ulang tahun mereka mampu mengundang sekelas bintang Artis K-pop papan atas dengan mudah dengan uang orang tua yang mereka miliki.
"Bolehkah aku mengambilnya?" Tanya Leo pada Marta Tiba-tiba menunjuk pada kayu bakar di junjungan Marta.
“Ini ringan" jawab Marta dingin enggan untuk berbagi cerita dengan orang yang membuntutinya sadari tadi.
"Biar aku coba!" Kata Leo seraya menahan lengan gadis itu yang terpaksa menghentikan langkahnya.
“Anak-anak disini sudah terbiasa, jadi tidak perlu khawatir!” tukas Marta tidak ingin Leo terlibat.
“Justru aku ragu jika Abang yang membawa kayu bakar ini, kayu bakar ini tidak akan sampai ke rumah karena abang tidak terbiasa dengan pekerjaan ini.” Tambah Marta setengah mengerjainya dengan penekanan yang sedkit menyindir.
"Kalau begitu mari kita buktikan dan bertaruh!" tantang Leo seraya menatap Marta dengan sangat lekat. Tapi Marta hanya menanggapi tatapan itu datar.
"Ayo singkirkan itu dari kepalamu!" Kata Leo sambil menariknya dari kepala Marta membuat mereka begitu dekat dan sejajar. Dan fantasi liarnya hampir merenggut kesadarannya. Melihat wajah Marta yang begitu dekat dengannya. Sementara Marta hanya menyilangkan tangan di depan wajahnya seolah ingin membuat jarak. Leo hanya menanggapi tindakan Marta dengan tersenyum dan memindahkan ikatan kayu ke tentetenganya.
"Aku akan membawa ini sampe ke rumahmu. Jika ini berhasil sampai dirumahmu, aku ingin kamu menjawab semua pertanyaanku, setiap kali aku menanyakan apa pun yang aku inginkan!" Cetus Leo tegas. Marta hanya terpaku menyesali pernyataan yang dia ucapkannya kepada Leo.
"Deal?” tanya Leo seraya menunjukkan jari kelinkingnya kepada Marta.
"Tapi aku belum setuju, itu pemaksaan namanya," kata Marta.
"Makanya mari kita deal dulu" ucap Leo memastikan. Berharap ini adalah kesempatan baginya. agar bisa mendekati bunga desa berseragam SMP itu. Kemudian Leo meraih tangan kiri gadis itu. Meraih jari kelingking gadis itu dengan paksa dari pemiliknya.
"Sekarang kita sudah deal" tambah Leo lagi, sebalikanya Marta merasa buntu dengan kata-katanya sendiri. Yang meragukan pria kota itu tidak terbiasa dengan beban berat serta tidak memiliki energi seperti anak-anak yang dibesarkan di desa.
“Kalau ternyata pernyataanku benar, bagaimana?” Tanya Marta untuk memastikan keuntungan yang didapatnya.
"Come on, Marta, kita tadi tidak sedang bertaruh tapi kamu yang mengujiku dari tadi!" jawab Leo mengerjai Marta seraya menyungingkan sepotong senyun di bibirnya, pertanda ia melihat kemenangan akan berpihak padanya.
“Kita sudah deal barusan!" tambah Leo lagi, berharap Marta tidak memberikan alasan. Walau sebenarnya Leo tahu dia sedang memanipulasi gadis remaja itu. berharap dia mendapatkan keuntungan dan menjadi awal kedekatan mereka.
***
Suasana sekertariat begitu riuh, sejak jam lima sore, tempat itu sudah penuh dengan anak-anak yang begitu antusias untuk mengikuti kelas belajar bahasa Inggris dan Mandarin yang menjadi salah satu proyek Leo dan teman-temannya. Bukan hanya itu saja para orang tua juga ikut menyaksikan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Kim dan Patrick, menangani sesi pertama kelas SD satu sampai tiga lalu Khiel dan Laura menangani siswa kelas empat dan lima di sesi kedua. Di sesi ketiga ada kelas enam, tujuh dan delapan ditangani oleh Harley juga David. Kelas sembilan dan sepuluhh ditangani oleh Leo dan Crensaw.
Malam itu kelas sembilan dan sepuluh sengaja ditangani oleh Leo. Agar Leo bisa melihat Marta berada di kelas yang akan ditanganinya. Namun Leo tidak menemukan Marta di antara peserta yang hadir. Meskipun dia tahu Marta kelas sembilan. tapi pertanda gadis itu hadir tidak jua dilihatnya.
“Mengapa dia tidak hadir?” Pikinya. Padahal Leo sengaja mengatur jadwal agar dia bisa mengajar di kelas sembilan. Khiel, Kim dan Mark tau betul mengapa Leo ingin mengajar di kelas sembilan. Tidak lain karena Leo berharap Marta akan hadir lalu bisa melihat bunga desa yang belum mekar itu.
Gadis-gadis seusianya dan anak-anak SMA disekitar desa ini berusaha menyebarkan pesona mereka untuk menarik perhatian leo dan teman-teman bulenya. Tetapi Leo merasa kesepian di keramaian. Leo hanya tertarik pada Marta saja. Leo jelas tidak bersemangat karena alam semesta sepertinya tidak berpihak padanya malam ini.
****
Embun pagi bertengger di antara dedaunan hijau. Harum pagi masih terasa di desa ini. Kabut pagi bias di antara pepohonan, Marta masih enggan bergabung dengan pagi yang telah menyapa bumi. karena Alam Mimpi masih memeluknya. Menawarkannya mimpi yang indah sehingga dia setuju bahwa dia tidak ingin itu berakhir dengan cepat.
Karena jika dia terbangun, malam berikutnya dia tidak mendapati mimpi yang sama,bermimpi bertemu ayahnya adalah hal yang istimewa dari semua mimpi yang diinginkannya.
Sejak ayahnya meninggal karena kanker tiga tahun yang lalu. Marta merasa setengah dari dunianya runtuh. Kecerianya pergi. Kepercayaan dirinya hilang seiring ibunya yang pergi tanpa berita sejaka tiga tahun lalu.
Ya, tiga tahun lalu ibunya bilang akan mencari pekerjan atau berdagang untuk memulai hidup baru, setelah semuanya yang mereka miliki habis untuk biaya pengobatan ayahnya. Sehingga Marta dan ayahnya dititipkan kepada kakek dan neneknya. Sudah hampir tiga tahun itu berlalu sampai ayahnya meninggal, ibunya tidak pernah pulang juga tidak pernah berkabar.
Ibunya membiarkan Marta mengurusi ayahnya. Hingga ketik ayahnya itu kembali dengan para malaikat di surga. Ibunya bahkan tak menampakkan diri. Sejak itu Marta kehilangan harapan, belajar ke jenjang yang lebih tinggi seperti impiannya selama ini hanyalah angan-angan belaka.
Karena kakek dan neneknya telah sepu. Baginya di usahakan masuk SMA saja sudah cukup untuknya dan rasanya sudah melebihi harapannya.
Karena itu, tidak sekalipun dia membantah terpikir pun tidak. Bagi Marta menyenangkan keduanya adalah prioritas utamanya.
"Marta, Marta, Bangun!" suara khas neneknya itu berhasil mengusir sang mimpi itu kembali ke alamnya. Memaksa Marta kembali ke alam sadar kemudian ekor matanya mencari jam dinding di kamarnya. Meski netranya kurang ramah dan enggan untuk berkompromi. Diantara setengah sadar dia kemudian tersentak. Karena jam dinding telah menunjukkan pukul enam pagi.
Dia terlambat satu jam dari jam biasanya dia bangun, Sementara Marta harus menyiapkan sarapan untuk kedua orang tua yang sudah sepuh itu. Marta akan merasa bersalah jika ia terlambat meyediakan sarapan dari jam biasanya karena banyak hal yang telaahh dikorbankkan keduanya untuknya.
"Marta, Marta, Bangun!" suara khas neneknya itu berhasil mengusir sang mimpi itu kembali ke alamnya. Memaksa Marta kembali ke alam sadar kemudian ekor matanya mencari jam dinding di kamarnya.Meski netranya kurang ramah enggan untuk berkompromi. Diantara setengah sadar Marta kemudian tersentak. Karena jam dinding telah menunjukkan pukul enam pagi. Dia terlambat satu jam dari jam biasanya dia bangun. Sementara Marta harus menyiapkan sarapan untuk kedua orang tua yang sudah lanjut usia itu.Melihat dia sibuk di dapur, neneknya mendekati Marta,"Kamu pasti lupa, ini hari Minggu," katanya kepada cucunya, Marta."Jadi jangan terburu-buru, ini adalah hari libur, kegiatanmu hanya beribadah pagi ini, kan? Persiapkan saja dua cangkir kopi lalu antar ke teras" kata neneknya itu lagi ke Marta“Sejak kapan Oppung boru suka kopi?”tanya Marta.“Oppung doli punya tamu,” jawab neneknya."Sepagi ini?" Tanya Marta pe
Antonius memeriksa dengan seksama Curiculum Vitae dan Resume dan proposal pengajuan penerima beasiswa mahasiswa dan mahisiswi berprestasi yang disediakan sekertarisnya di mejanya. Perusahaannya memang aktif memberikan beasiswa bagi mahasiswa dan mahasiswi berprestasi. Rata-rata judul proposal yang mereka ajukansangat menarik, dibacanya satu persatu Lima besar yang lolos untuk menerima beasiswa dari Foundation-nya periode ini. Di CV terakhir dia menemukan Nama yang tak asing baginya Marta Agnes. Ditelitinya pas foto yang menempel di form Foundation itu dengan seksama, ya, dia tidak salah melihat, itu adalah Marta yang menampar pipinya lima tahun lalu. Ah, tamparan itu masih terasa panas dipipinya.tapi diingatnya kembali bibir Marta yang kenyal dan belum tersentuh itu dia benar-benar merindukan gadis berwajah s
“Khiel, beasiswanya gue reject,” katanya di sela-sela musik yang terdengar kencang di acara parade Fashion Show Event milik Laura sahabatnya yang juga kekasih Khiel itu. “I want revenge her, for five years past," kata Leo lagi. “Hanya dia cewek yang berani nolak dan gampar gue ketika gue pengen sebuah Kiss,” kata Leo pada Khiel. “Mabuk loe Leo, waktu itu, kan, Marta baru lima belas tahun Bud” jawab Khiel. “Belum, gue belum mabuk, tetap aja penolakannya bikin terniang-niang di kepala bahkan sampe empat tahun khiel” kata Leo “Dia banyak berubah Khiel, semakin dewasa dan sekarang jadi jauh lebih cakep danManis,” kata Leo ditengah tegukan wine-nya. “Hati-hati Cindy bisa mendengarmu bisa dibunuhnya loe, tahu tunangannya suka ama anak bau kencur dan dari masa lalu, bisa-bisa pernikahan loe ama Cindy gagal karena loe mikirin yang loe udah berusaha lupakan” kata Khiel mencoba memberi advise kepada sah
Marta menjatuhkan tubuhnya begitu kencang ke tempat tidur, menikmati ranjang barunya yang luas serta empuk itu dengan vegas yang membuat tubuhnya serasa berayun diatasnya, dan Bedcover-nya yang tebal dan lembut didominasi warna putih yang membuatnya nyaman dinikmatinya dengan mengusap kedua tangannya diatas pembaringan itu, Marta belum pernah memiliki tempat tidur sebagus itu dan itu berhasil membuatnya tertidur pulas dan lupa mengunci kamarnya, sehingga Leo bisa masuk dan meneliti dan menonton wajah gadis yang sudah tak ABG itu lagi. “I still fall in love you, sama seperti pertama aku melihatmu enam tahun lalu” bisiknya di telinga gadis dalam buaian itu. Dipandanginya guratan setiap wajah itu dan betapa cantik dan manisnya gadis itu bahkan ketika terlelap. Dibenarinya selimut gadis
“Ica, tolong carikan Cake ulang tahun, kirimkan jam tujuh ke Penth-ku, Text Leo, ke sektarisnya yang kocak itu, yang kebetulan masih Lunch diluar. “Model dan artis alay mana nih yang bikin si boss kepincut? tumben suruh nyariin Cake untuk ulang tahun, si mbak Cindy ulang tahun aja dia kaga ingat," gumam Ica pada layar HP-nya. “Lilinnya yang ke brapa Pak boss?” balas Ica pada message W******p Leo. “Dua puluh dua,” balas Leo lagi. “Assiap Pak boss,” balas Ica. Marta sedang mengotak-atik bukunya di meja belajarnya ketika Leo sudah sampai dirumah, dan dia tidak menyadari kehadiran Leo dari balik pintu kamarnya. “Kamu ada terima paket Cake dari Ica,” tanya Leo tiba-tiba mengagetkan Marta karena tidak memberi aba-aba dari luar kamar. “Ada, saya masukin ke Refrigerator," jawab Marta gugup. “Itu buat kamu, kamu ulang tahun hari ini,
Marta menuruni anak tangga, mencari Leo yang tak muncul dari tadi, padahal waktu sudah menujukkan pukul sepuluh malam dan perutnya juga sudah mulai keroncongan, tapi tanda-tanda Leo dari balik pintu belum jua ada dan Marta memutuskan menunggu di sofa ruang TV. Jadi kalau-kalau Leo pulang dia bisa mendengarnya, walaupun gadis itu harus tertidur dalam kelaparan setidaknya saat Leo pulang dia bisa membangunkanya jika dia ketiduran. Entah jam berapa Leo pulang dia dan Khiel juga Laura pergi ke acara Brithday Party-nya Cindy tunangannya dan Cindy sudah ngebela-belain merayakan di Jakarta padahal dia berdomisili di Singapore demi Leo. Party itu sampai subuh dia lupa memberi tahu Marta kalau dia tidak akan makan malam dirumah dan pualng telat. Saat Leo pulang, Leo sudah setengah mabuk jadi Leo tak terpikir melihat jam. Dia hanya berfokus pada Marta yang tertidur meringkuk pulas di atas sofa. Ditelitinya cinta pertamanya itu, k
Malam masih panjang untuk dilalui. Huru-hara keramaian mall tak cukup membuat Marta nyaman dengan apa yang dilihatnya saat direstoran tadi. Melihat Leo yang seolah-olah tidak mengenalinya tadi itu membuatnya kepikiran dan menggangu suasanaa hatinya. "Kita menonton di VIP aja ya adik-adik" kata David kepada Marta dan Ratna seraya menyerahkan cup ice cream ke tangan keduanya dan itu membuyarkan lamunan Marta."Woow, sering di traktirin aja ya kya gini. “Sahut Ratna dengan riang"Kenapa mereka disni juga,"kata Ratna tiba-tibaSiapa?" Tanya Marta bingung, "Best couple yang tadi, Lee Joon Gi nya Indonesia ama coupleannya yang di restoran jepang tadi kata Ratna. "Tuff..., jantung Marta berdegup lebih kencang lagi, jantungnya terlalu cepat memompa dan membuatnyasalah tingkah.Marta bingung kenapa dia setakut itu kepada Leo serta Marta bingung dengan rasa degupan yang menakutinya tapi rasa itu membuatnya nyaman."Serius Kita di VIP, Tanya Rat
Bukk…satu pukulan tiba-tiba mendarat di wajah David dari Leo. Hingga membuat David berpindah dari posisinya semula yang duduk di teras bertiga bersama Marta dan Ratna. Bukan tanpa alasan Leo mendaratkan pukulan itu. Leo jelas kesal sudah tiga hari ini Marta kabur dari rumah sejak kejadian beberapa hari sebelumnya, Marta sebenarnya kabur ke kostan Ratna.Tapi, karena dia mengetahui Marta menginap disana. David jadi sering berkunjung kesana. Dan yang membuat Leo kesal dari orang-orangnya Leo mendapatkan informasi kalau David menempel terus pada Marta.“Ta…, itu bukannya Lee Joon Gie versi Indonesia itu ya? Ih, gemesnya. Kata Ratna dengan mata-mata yang berbinar, melupakan David yang babak belur dan berdarah di bibirnya.“Awas kalau kamu berani, dekat-dekatin dia lagi tamat riwayatmu” kata Leo dengan nada mengancam.“Maksudnya gimana nih, Ta, loe kenal dia?” kata Ratana dengan air muka yang tiba-tiba berubah sement