Share

BAB 3- The First We Talk Each Other

Pekerjaan pertama Leo dan sembilan temannya selama berada di desa ini adalah membuat persediaan toilet dan supply air bersih. Para gadis remaja lalu-lalang menebar pesonanya masing-masing kepada Leo dan teman-temannya terkecuali Marta.

Leo melihatnya melewati area project ketika gadis itu pulang dari sekolah. Tetapi Marta hanya berlalu tanpa melempar pandangan sedikitpun ke arah Leo dan teman-temannya. Sepertinya gadis itu cukup cuek dan dingin dengan orang baru.

 Leo ingin berbicara dengan gadis itu walau hanya sekedar menyapanya. Tapi Leo tidak berani melakukannya. Dia hanya bisa menatap gadis itu lekat dari jauh. Lagi pula ini adalah perkampungan, tidak mungkin untuknya berlaku se aggresif itu. Orang sekampung bisa menggebukinya dan Leo tidak ingin membayangkan itu terjadi.

Jika di kota besar mungkin siswi SMP seusianya, sudah mempunyai pacar walau hanya sekedar cinta monyet. Apalagi usianya sebentar lagi sudah memasuki SMA. Bahkan jika itu di negara maju tempat Leo tinggal sekarang, orang tua mereka sudah membekali mereka dengan alat kontrasepsi dari rumah.

“Hffffh …" Leo menarik nafas dalam-dalam, sulit baginya untuk mendekati gadis ABG itu dan bingung bagaimana caranya. Karena jelas gadis itu tidak bisa diperlakukan seperti gadis yang tumbuh dan dibesarkan di kota besar atau negara dimana tempat Leo tinggal.

"Hi what happened?" tanya Mark yang sadari tadi mengamati Leo yang menghentikan aktivitasnya dan begitu lekat menatap gadis remaja yang baru saja akan hilang dari pandangan netranya hingga Leo tidak menyadari bahwa, Mark sudah sejak tadi berdiri di sampingnya.

"Kamu lihat gadis itu? Tanya Leo seraya menujuk ke arah Marta yang hampir menghilang ditelan kejauhan.

"Ya, aku memperhatikanmu, dan aku melihat matamu tertuju padanya!” jawab Mark menggoda.

She is to sweet for you Bro, dia masih terlalu muda dan naif bagimu untuk bersenang-senang” jawab Mark.

"Hei, what fuck you talking about?" Leo mencoba melepaskan rangkulan Mark dari lehernya dan menyingkirkannya yanag entah sudah berapa lama nangkring di antara bahunya.

"Seriously she doesnt want to see us. Even yesterday I met her, she is not impress at all like another girl's in this village" Leo mencoba memberi pembelaan.

"Hei seriously, you want her?”

She still fourteen or maybe fifteen years old Bro!" sahut Khiel menimpali pembicaraan Leo dan Mark.

Hei don't say if you pedhofil?” canda Kim turut menimpali lagi seraya mengerutkan dahinya.

“I bet you, she is almost sixteen years old I think cos yesterday I met her, I saw her books she is grade nine now, its mean this March if I count. So, she almost sixteen years old," sahut Leo membela diri tak mau di cap pedhofil oleh teman- temannya hanya karena dia tertarik dengan Marta. Gadis ABG yang berhasil mengacaukan Mata dan hatinya.

What’s going on here?” kata Leo menyadari aktifitas mereka berhenti dari tadi.

Come on Dude, Back to our mission the show has over.” Kata Leo lagi seraya mendorong tiga teman-temannya itu.

Leo melihat lagi, Marta berlalu dari pandanganya saat ia melewati melalui area proyek yang Leo dan timnya sedang mereka kerjakan, Leo mengamati lingkungan sekitarnya. Masih begitu lengang, karena jam seperti itu orang-orang di desa masih sibuk dengan sawah dan ladang mereka masing-masing

" ini kesempatanku bicara padanya" gumam Leo dalam hati dan ia bergegas setengah berlari mengejar Marta yang sudah beberapa puluh meter di hadapanya.

"Hai ...," sapa Leo dengan napas berat dan terengah-engah karena mengejar Marta.

"Aku Leo, yang datang ke rumahmu beberapa hari yang lalu." Desisnya seraya memegangi tengkuknya dan leher yang tiba- tiba ingin di garuk walau tak terasa gatal.

“Ya saya tahu," jawab Marta merespon singkat tapi tidak menatap lawan bicara yang berada di sampingnya dan hanya fokus pada perjalananya.

"Bolehkah aku ikut? tanya Leo berharap mendapat persetujuan dari Marta.

"Dari tadi kan sudah ngikutin" jawab Marta dengan datar, mematahkan basa-basi Leo.

“Oh shit, ngomong ama anak SMP gini bangat ya? pikirnya.

"Kok bisa mati kutu aku dan kehabisan kata-kata" gumam  Leo lagi.

Sementara Marta hanya menunduk berjalan tepat di sampingnya dan Leo hanya mengikutinya. Mempercayakan perjalanan mereka kepada Marta.  Marta tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Pandangan gadis itu hanya tertuju pada arah perjalanannya yang entah kemana tujuanya. Terkadang berbelok dan berlahan turun menuruni perbukitan dengan anak tangga dibentuk di atas tanah. Ini pertama kalinya Leo berpetualang ke alam yang tujuannya dan ujungnya tidak tau di titik mana berhenti. Tapi percaya pada pemandu wisatanya yang pelit bicara tapi mengikuti saja.

“Maaf kalau boleh saya tahu berapa usiamu sekarang? cetus Leo meskipun Leo tahu negaranya tinggal menayakan  usia adalah hal yang tidak sopan, tapi di negerinya sendiri itu adalah hal lazim.

“Pertengahan Agustus nati enam belas tahun” jawab Marta dingin.

"Februari lalu aku dua puluh dua tahun" balas Leo menimpali tapi Marta masih dingin tidak menanggapi Leo. Hanya melirik Leo sekilas.

"Bang,” desis Marta 

"Shirr,"Apakah dia baru saja memanggilku Abang " gumam Leo dalam hati dan itu membuat jantungnya semakin berdebar kencang.

"Kita sudah sampai," tambah Marta mematahkan debaran jantungnya yang baru saja bergelora.

“Oppung! Oppung!” panggil Marta mencari kakek dan neneknya.

“Oung … "suara sahutan terdengar dari  dari balik pohon mangga yang tumbuh besar di dekat pinggir persawahan.

“Ada orang yang mencari Oppung ini" kata Marta menyambut keduanya keluar dari balik pohon kueni. Membuat Leo kehabisan kata-kata merasa Marta mengerjainya.

"Siapa?" Tanya Oppung semakin mendekat ke arah Marta dan Leo.

"Bang Leo Oppung" ucap Marta membuat Leo kehilangan kosa kata. Seingatnya tak sepatah kata pun dia mengatakan ingin bertemu dengan Pak tua itu.

“Masih ada lagi yang kurang dari diskusi kita kemarin anak muda? Sehinggah engkau menyusulku ke sawah ini? ” tanya Oppung.

Sementara Marta tampak sumringah, puas mengerjai Leo dan berhasil Menikmati ekspresi Leo yang terlihat kikuk dan merasa berada di tengah-tengah terkaman singa.

"Ini tidak ada hubungannya dengan yang kemarin Oppung, aku hanya ingin melihat hamparan sawah lebih dekat," Leo menjawab, memberikan alasan terlalu mengada-ada dan kakek tua itu menangkap alasan yang tak loogis itu.

"Jauh sekali kalau begitu, bukankah didekat Campmu itu di depanya hamparan sawah?" tanya oppung seolah menyelidik tapi dengan nada meledek. Marta hanya mengamati Leo karena berhasil membuat Leo terlihat kikuk dan tak mampu lagi menjawab dengan benar kakek tua itu.

"Baiklah, ayo kita pulang ini sudah sore" kata kakek itu untuk membuyarkan rasa kalut pada Leo.

"Ambil ini kayu bakarnya" kata neneknya kepada Marta sambil menunjukkan ikatan kayu itu. Lalu Marta bergegas menggulung sarung yang dibawanya dari rumah. Membentuknya menjadi lingkaran meletakkannya di atas kepalanya. Lalu Nenek mengangkat Ikatan kayu itu  untuk di letakkan di junjungan  Marta.

“Leo pulanglah dulu dengan Marta kami menyusul nanti, karena kami akan ganti baju dulu” kata lelaki tua itu menunjukkan bajunya yang berbekas lumpur.

“Iya Oppung" Sahut Leo, mengikuti langkah Marta dari belakang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status