Beranda / Romansa / Istri Palsu Presdir / 7. Sekretaris yang Perhatian

Share

7. Sekretaris yang Perhatian

Penulis: Velmoria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-27 17:20:42

Cepat, Ivy memalingkan wajah, menutupi kesalahannya. “Kalau kau tidak mau menjawab, tidak perlu menjawab. Jangan membuat pembicaraan ini menjadi memusingkan.”

Ethan mengamati Ivy dalam diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya dia mendengus dingin dan berkata, “Tidak peduli sejauh apa perubahanmu, tapi sekarang pernikahan kita tetap berjalan. Jadi, jalanilah tanggung jawabmu sebagai istri yang baik seperti biasanya, dan jangan berbuat onar lagi.”

Kemudian, pria itu berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Ivy yang tercengang di tempatnya.

Isla baru saja kecelakaan, dan pria itu menganggapnya sebagai ‘membuat onar’?

Tangan Ivy mengepal. ‘Dia memang benar-benar seorang bajingan.’

***

Hampir setiap hari setelah Ivy masuk ke tempat Ethan, Ivy menghabiskan waktunya di dalam mansion.

Pagi ia duduk di ruang makan, kadang sendiri, kadang bersama Ethan.

Meski percakapan di antara mereka hampir tak pernah terjadi.

Siang menjelang sore, ia biasa duduk di ruang keluarga, secangkir teh di tangan, matanya mengikuti pergerakan di dalam mansion.

Ia mulai mengenali ritme tempat ini.

Jam berapa setiap area ruang mulai sepi. Di mana barang-barang kecil biasa diletakkan. Waktu pergantian shift para penjaga dan pelayan. Waktu santai dan istirahat mereka.

Semua itu jam-jam kecil yang membentuk pola di balik rutinitas setiap hari di tempat ini.

Ia mengamati semuanya, termasuk raut-raut kebingungan mereka terhadap kebiasaan ‘Isla’ yang pasti berubah.

Namun itu tidak penting bagi Ivy.

Ia cuma perlu menyesuaikan, itu saja.

Sesekali, Ivy berdiri di balkon lantai dua saat malam turun. Menyandarkan tangan di pagar besi, mengamati jalur masuk, cahaya lampu taman, dan waktu saat sopir mulai mengganti posisi mobil.

Belum waktunya Ivy bergerak keluar pagar. Nanti, di saat yang tepat, ia akan menjalankan perannya sambil tetap menyelidiki semuanya, satu persatu sesuai rencana.

Sudah dua minggu ini, rutinitas itu yang Ivy lakukan, mengamati dan mengingat detail kecil yang mungkin berguna. Sampai semuanya bisa ia gunakan untuk menyelidiki keluarga Winchester. Pelan-pelan, tanpa jejak.

Di satu pagi hari, seorang pelayan membukakan pintu, dan seorang wanita dengan setelan kerja elegan melangkah masuk tanpa ragu.

Ivy baru saja turun dari kamar, ketika melihat wanita yang ia lihat di rumah sakit saat pertama kali membuka mata, berjalan menuju meja makan, tempat Ethan sedang menikmati kopi sambil membaca dokumen. Tanpa melihat Ivy sedikit pun, ia meletakkan beberapa berkas di meja dengan gerakan cepat.

“Ada rapat penting pagi ini,” kata Stella. Nada suaranya terdengar profesional, tapi sedikit lebih akrab dari sekadar urusan pekerjaan. “Aku tahu kau tidak suka membawa pekerjaan ke rumah, jadi aku putuskan datang lebih awal.”

Stella berasal dari keluarga terpandang, keluarga Roswell yang terkenal dengan bisnis perhotelan mereka. Sebenarnya, tidak perlu bagi wanita itu bekerja, tapi … dengan alasan dia ingin mencari pengalaman sebelum mengambil alih sebagian bisnis keluarga, dia berakhir menjadi sekretaris Ethan—sesuatu yang semua orang tahu adalah alasan untuk terus berada di sekitar Ethan.

Ethan melirik berkas itu sekilas. “Aku bisa melihatnya nanti di kantor.”

Stella tersenyum tipis, lalu kemudian menoleh ke arah Ivy, baru menyadari keberadaan wanita itu. “Oh, kau sudah keluar dari rumah sakit, Isla? Aku tidak sempat melihatmu. Selamat pagi!” sapanya dengan senyum manis memuakkan.

Ivy tidak membalas sapaan Stella. Dia hanya memandang Stella dari ujung kepala ke ujung kaki, lalu berkata dengan wajah datar, “Kau datang pagi sekali. Begitu berdedikasi,” katanya santai selagi menuangkan teh ke dalam cangkirnya.

Stella agak terkejut, menangkap kalimat sindiran Ivy. Dia memaksakan senyuman selagi membalas, “Aku hanya ingin memastikan segalanya berjalan lancar untuk Ethan.” Dia merapikan salah satu berkas dengan gerakan lembut. “Kau tahu, dia sangat sibuk.”

Ivy tersenyum, lalu membalas, “Kalau tahu dia sibuk, seharusnya cukup ganggu dia di kantor. Tidak perlu sampai ke rumah di pagi hari seperti ini, bukan begitu?”

Sontak, ruangan hening. Bukan hanya Stella yang terbelalak kaget mendengar balasan Ivy, tapi Ethan sendiri beralih menatap wanita itu lekat.

Namun, sebelum ada yang kembali bersuara, Ivy menambahkan dengan senyuman manis, “Tapi terima kasih, melihat ada yang begitu perhatian padanya, Ethan pasti sangat bersyukur memiliki sekretaris sepertimu. Lanjutkan kerja kerasmu.”

Di tempatnya, Stella hanya bisa mengepalkan tangan. Sebenarnya, dia sengaja datang pagi sekali seperti ini untuk menunjukkan pada Ivy bahwa Ethan akan menerimanya kapan pun.

Tapi, siapa sangka wanita itu malah merendahkannya seperti ini dan mengingatkan statusnya lagi sebagai seorang sekretaris?!

Tidak bisa memberikan balasan yang lebih baik, akhirnya Stella pun menggertakkan gigi selagi tersenyum. “Tentu saja, Isla.” Dia kemudian beralih pada Ethan. “Aku … akan menunggumu di kantor.”

Ethan mengangguk kecil tanpa melihat Stella. Perhatiannya masih tertuju pada dokumen di tangannya, sementara tangan satunya meraih cangkir kopi dan menyesapnya pelan.

“Tutup pintu saat keluar,” titahnya datar, tampak sama sekali tidak peduli maupun menghargai Stella yang telah datang begitu pagi untuk menemuinya.

Mendengar hal itu, Stella semakin merasa dipermalukan. Akhirnya, dia pun melangkah pergi dengan lebih cepat meninggalkan kediaman tersebut.

Sebelum benar-benar keluar, dia berhenti sejenak di ambang pintu dan menatap tajam ke arah Ivy.

‘Isla, tunggu saja. Akan ada waktunya aku menggantikan posisimu sebagai istri Ethan!’

Begitu pintu tertutup, Ivy menyesap tehnya pelan. “Sekretarismu cukup perhatian,” katanya tanpa menoleh ke Ethan.

Ethan sendiri juga tidak melihat ke arah Ivy. “Hmm.”

“Menarik.” Ivy tersenyum kecil. “Mungkin ini kenapa orang-orang berpikir dia lebih cocok jadi istrimu, ya?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Palsu Presdir   65. Apa Kau Keberatan Sekamar Malam Ini?

    Leonard meletakkan sendoknya perlahan di sela makan malamnya. Wajahnya menegang sesaat sebelum akhirnya ia berkata, “Aku baru sadar ... aku belum menanyakan keadaanmu, Isla.”Nada suaranya tak lagi setegas tadi. Lebih pelan. “Maafkan aku. Seharusnya itu jadi pertanyaan pertama saat kita bertemu tadi.”Ivy langsung menoleh, sedikit terkejut. “Tidak apa-apa, Kakek,” jawabnya lembut.Leonard tersenyum tipis, “Kuharap kau memaklumiku. Ingatanku tidak terlalu bagus di usiaku sekarang ini.”Ivy menggeleng dengan senyum hangat. “Tidak masalah, Kakek. Lagipula, aku baik-baik saja.”Leonard menatap Ivy dengan raut serius. “Ya, kau memang terlihat baik-baik saja sekarang, tapi yang kudengar, dua kali kau mengalami insiden yang hampir membuatmu kehilangan nyawa.”Ivy tidak terkejut Leonard mengetahui dua kecelakaan yang menimpanya.Wajar saja. Apa pun yang terjadi pada keluarga nomor satu di Alden pasti jadi sorotan.“Begitulah, Kek, tapi aku beruntung masih di sini sekarang.” Ia tersenyum lagi,

  • Istri Palsu Presdir   64. Penyesuaian Diri

    Beberapa menit diam, tatapan Ethan yang lurus ke depan, kini menatap Ivy. Menyadari sedang ditatap, Ivy menoleh sekilas. Pelan-pelan rasanya tidak secanggung sebelumnya. “Kau tidak dingin?” Sambil bertanya, ia menggosok lengannya ringan, menahan dingin yang mulai terasa.Tanpa menjawab pertanyaan Ivy, Ethan langsung berdiri dan berkata, “Ayo masuk.”Posisinya tepat di samping Ivy. Menunggu sampai wanita itu berdiri, barulah ia melangkah menuju tangga.Satu anak tangga baru dipijak Ivy, tangannya langsung ditarik pelan, digenggam oleh Ethan.Meski sempat terkejut, tapi Ivy mulai terbiasa. Ia sudah menyesuaikan diri. Namun, walau tangannya digenggam, ia tidak membalas. Cuma membiarkan.Mereka terus berjalan menuruni tangga batu kecil yang menghubungkan balkon ke sisi dalam mansion.Tapi tidak bersisian. Ethan di depan, memimpin jalan seolah bukan menuruni tangga biasa. Lalu tiba-tiba bertanya, “Masih dingin?” Ia menoleh melewati bahunya, sekilas.“Sudah tidak lagi,” jawab Ivy cepat.

  • Istri Palsu Presdir   63. Bingung dan Serba Salah

    Kenapa Ethan tidak langsung menuntut penjelasan, atau memaksa Ivy mengaku?Sepertinya tidak mungkin Ethan mencurigai sesuatu, apalagi sampai tahu sesuatu. Kalau Ethan tahu, pria itu tidak akan setenang ini. Tidak akan … bersikap sehangat tadi dan seperti sebelum-sebelumnya. Tapi bagaimana jika Ethan memang tahu dan hanya sedang menunggu waktu yang tepat?Apa itu mungkin?Ivy mengalihkan pandangannya cepat, seolah takut pikirannya bisa terbaca. Tapi dalam dadanya, jantung terus berdetak tak terkendali.Ia kembali meneguk tehnya. Kali ini lebih lambat, tapi tak terasa hangatnya.Ia hanya butuh alasan untuk tetap sibuk. Lalu diam sebentar, sebelum akhirnya meletakkan cangkir ke nampan perak dengan pelan.“Kalau begitu, aku ke atas dulu,” katanya singkat, menahan intonasi agar terdengar biasa.Baru saja ia berbalik, suara Ethan terdengar. “Ada yang ingin kau lakukan?”Ivy berhenti. Ia menoleh, perlahan. “Tidak. Hanya ingin istirahat lagi,” jawabnya, menjaga nada tetap netral. Matanya tida

  • Istri Palsu Presdir   62. Apa Dia Tahu Siapa Aku?

    Begitu duduk di balik kemudi, tangannya gemetar sedikit saat menyalakan mobil.Bukan karena rasa bersalah, tapi karena ledakan adrenalin yang belum reda.Mobil melaju keluar dari kawasan industri yang sunyi, meninggalkan gedung tua itu dan mayat yang nantinya tidak akan ditemukan oleh siapa pun.Bukti lenyap. Bahkan tidak ada kamera CCTV di lokasi kejadian. Stella menyusuri jalanan menuju kantor.Ia mengetuk layar dashboard, menyambungkan panggilan ke Anastasia lewat sistem suara mobil.Beberapa detik kemudian, suara dingin terdengar dari speaker.“Ya? Jadi bagaimana hasilnya?”Stella menelan ludah kecil, lalu berbicara dengan suara serendah dan selembut mungkin. “Maafkan aku, Nyonya. Rencana kita kemarin gagal. Isla diselamatkan oleh Ethan.”Hening.Hanya suara mesin mobil dan dentingan kecil dari dashboard yang terdengar, sebelum Anastasia di seberang sana akhirnya menjawab.“Rupanya kemarin kau terlalu percaya diri ya, Stella,” sindir Anastasia sambil memijat kening.Stella mengg

  • Istri Palsu Presdir   61. Tidak Ada Kesempatan Kedua

    Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda.Sebelum ke kantor, Stella memutar kemudi menuju bangunan tua yang berada di ujung kawasan industri yang sudah lama mati.Tersembunyi di balik pagar tinggi dan deretan kontainer kosong, tempat itu nyaris tak terlihat dari jalan utama.Dulunya hotel kecil milik keluarga Roswell, kini hanya gedung kosong berlapis debu.Ayahnya bahkan sudah lupa pernah mendirikan bangunan itu di sana.Stella memanfaatkan tempat itu selama ini sebagai ruang pertemuan, mengatur rencana dan memberi perintah pada orang-orang suruhannya. Dan tidak ada siapa pun yang tahu ia sering datang ke sini.Semalam, Stella menerima kabar kegagalan itu tepat setelah makan malam usai di kediaman utama Roswell.Suara notifikasi masuk ke ponselnya begitu ia duduk rapi di ruang tamu rumah keluarganya, yang dikelilingi oleh orang tua dan satu-dua tamu yang tengah berbasa-basi soal bisnis.Ia membaca laporan singkat di bawah meja, wajahnya tetap tenang.Bibirnya tersenyum tipis, tapi

  • Istri Palsu Presdir   60. Jangan Biarkan Hatimu Jatuh

    Udara kamar sudah terasa menghangat, begitu juga tubuh Ivy.Ia tidak lagi menggigil, tapi tetap diam dalam pelukan Ethan. Napasnya tenang, tapi matanya terbuka, menatap langit-langit.Ia belum bisa tidur.Bukan karena nyeri, atau rasa sakit lainnya.Tapi karena jantungnya yang masih terus berdetak terlalu keras, terlalu cepat, sampai enggan kembali normal.Meski begitu, anehnya, semua rasa sakit dan lelahnya terasa ... hilang begitu saja.Seolah tubuhnya lupa bahwa beberapa jam lalu ia nyaris mati.Yang tersisa kini hanya kehangatan, nyaman, dan damai.Terasa aneh.Bukan cuma hangat, tapi seperti ada sesuatu yang diam-diam mengisi kekosongan dalam dirinya.Bukan sekadar rasa nyaman. Tapi rasa ... dijaga.Seakan tubuhnya tahu, ini tempat paling aman yang pernah ada.Tapi itu menakutkan.Ia takut terlalu terbiasa.Takut tidak bisa membedakan lagi mana rasa syukur karena selamat dan mana rasa yang mulai tumbuh diam-diam tanpa izin.Ivy menggigit bibir pelan. Tangannya nyaris ingin menyen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status