Share

6. Bertahan dalam Pernikahan

Author: Velmoria
last update Huling Na-update: 2025-03-27 17:20:04

Apa? Ivy mengernyit tidak senang. Harusnya cuma kemarahan Leonard yang dia dengar. Dia pikir, mungkin pertemuan ini hanya sekadar mendengarkan emosi kakeknya Ethan sesaat, lalu berakhir dengan Leonard yang bisa menerima keputusan Ethan untuk menceraikan Ivy.

Ethan, yang sejak tadi hanya diam, mengangkat kepalanya perlahan. Rahangnya mengeras, tetapi ekspresinya tetap tenang. Sekilas, matanya berkilat, sesuatu yang sulit diterjemahkan, sebelum akhirnya dia bersuara.

“Kakek—”

“Tutup mulutmu, Ethan!” hardik Leonard pada si cucu yang memang langsung menutup mulutnya, walau tanpa ekspresi.

Tangan Ethan mengepal di atas lututnya, tetapi tidak mengatakan apa pun. Hanya sikapnya yang sedikit berubah—punggungnya yang semula santai kini tegak lurus, seperti seseorang yang sedang menahan sesuatu di balik ketenangannya.

“Aku tahu kebenarannya. Istrimu tidak selingkuh.”

Ethan melirik Ivy. Seketika, tatapan mereka bertemu.

Dingin.

Bukan hanya dari Ivy, tapi juga dari Ethan.

Ethan mengamati Ivy lebih lama dari yang seharusnya, seolah menilai sesuatu yang hanya Ethan sendiri yang tahu jawabannya.

Leonard bersandar di kursinya, menghela napas dalam. Lalu, dengan nada santai tapi menusuk, dia berkata, “Dan kalau kau tetap ingin menceraikannya, aku tidak akan menjalani operasi itu.”

Keheningan menyelimuti ruangan.

Ethan tetap di tempatnya, nyaris tanpa ekspresi. Hanya rahangnya yang sedikit mengatup, keningnya mengerut samar.

Di ruang rapat, suaranya adalah keputusan. Di hadapan direksi, dialah pemegang kendali. Tapi di hadapan pria tua itu, dia tetaplah seorang cucu. Karena rasa hormatnya, Ethan tidak pernah bisa menang dari kakeknya. “Jangan gunakan itu untuk mengancamku, Kek.”

Leonard mendengus, matanya menyipit tajam. “Aku tidak mengancam. Aku hanya memberitahumu konsekuensi dari keputusan bodohmu.” Dia mengetuk ujung tongkatnya lagi ke lantai, suaranya bergema di ruangan. “Kau pikir aku takut mati? Kalau kau menceraikan Isla, aku tidak akan menjalani operasi itu. Kau yang akan menanggung akibatnya.”

Ethan, Frederick dan Anastasia tahu Leonard bukan hanya bicara omong kosong. Kondisi jantung pria tua itu sudah memburuk dalam beberapa bulan terakhir, dan dokter sudah menyarankan operasi sebelum terlambat. Tapi Leonard, dengan keras kepalanya, terus menunda. Sekarang dia justru menggunakannya sebagai senjata untuk mengendalikan Ethan.

Ivy sama sekali tidak menyangka akan jadi begini. Dia tidak bertanya tentang Leonard pada Mara, pun sebaliknya, Mara tidak memberitahu perihal kondisi tetua Winchester itu padanya atau memang masalah ini merupakan rahasia besar yang cuma diketahui oleh anggota keluarga Winchester saja.

Ivy benar-benar tidak menduga hal ini bisa terjadi.

Dan Ivy baru sadar kalau Ethan rupanya sedang menatapnya. Apa? Apa arti tatapan si pria berengsek ini padanya? Ivy sungguh tidak paham. Memintanya membujuk si kakek yang keras kepala? Atau melawan yang hasilnya sudah jelas?

“Ayah, tolong jangan begitu. Ayah tidak bisa main-main dengan kesehatan Ayah hanya karena urusan ini.” Tiba-tiba Anastasia mengeluarkan suaranya. Raut wajahnya yang gelisah, tidak sepenuhnya diartikan sebagai rasa khawatir dan peduli oleh Ivy.

Leonard mendengus. “Aku tidak main-main. Kalian tahu aku selalu melakukan apa yang kukatakan.” Tatapannya menyapu mereka semua, tajam dan penuh kepastian yang tak tergoyahkan.

Lalu, dia menoleh pada Ivy. Suaranya menurun, lebih rendah, lebih lembut, tapi tetap berwibawa. “Dan Isla, aku tidak meminta ini pada cucuku, melainkan padamu. Setelah semua ini, masihkah kau bersikeras mengabulkan keinginan Ethan untuk menceraikanmu?”

Ivy bingung awalnya. Namun, saat dia melihat Ethan yang masih menatapnya, tekad lain muncul dalam hati Ivy. Apalagi ketika dia merasakan ekspresi berbeda dari ibu mertuanya Isla. Ada sesuatu dalam dirinya yang mendorong kuat keputusannya agar tetap maju.

Ivy tersenyum. Bukan senyum hangat atau bahagia, melainkan senyum yang tidak mencapai matanya. “Tidak, Kek. Aku tidak bersalah. Jadi, aku akan bertahan dalam pernikahan ini.”

Ethan akhirnya mengalihkan tatapannya. Pelan, tanpa perubahan ekspresi. Seakan jawaban Ivy bukan sesuatu yang mengejutkan, tapi juga bukan sesuatu yang sudah pria itu duga sepenuhnya.

Sejenak, keheningan menyelimuti ruangan. Dan kemudian, Leonard tertawa. Suaranya dalam, penuh kepuasan, seolah ini adalah jawaban yang sudah dia harapkan sejak awal. “Bagus! Begitu seharusnya.” Dia mengetuk-ngetuk tongkatnya ke lantai, matanya berbinar. “Jangan biarkan bocah bodoh ini lolos dengan mudah.”

“Tentu saja, Kakek.” Ivy mengangguk tanpa ragu-ragu. Benar. Ivy tidak akan membiarkan Ethan lolos begitu saja, setelah semua ketidakadilan yang diterima oleh Isla.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Presdir, Istri Palsumu Akan Menuntut Balas!   16. Ciuman Tak Terduga

    Sedikit tenang, Ethan meraih tangan Ivy, menyusupkan jemarinya ke sela-sela jemari istrinya. Ia berbalik, menatap Ivy dalam diam, tanpa sadar genggamannya mengerat.Dari sudut mata, Ethan melihat presdir Bluecrest mencoba berdiri dengan susah payah. Amarahnya memuncak lagi. Namun ketika kembali menatap Ivy, Ethan melihat wanita itu menggeleng pelan, menarik tangannya dan membawanya pergi dari sana.Ethan membiarkan Ivy membawanya menuju ke parkiran. Begitu sudah berada di samping mobil, Ivy yang lebih dulu melepaskan genggaman tangan mereka.Tanpa bicara, Ethan membuka pintu mobil. Disusul Ivy setelahnya. Sepanjang perjalanan, Ethan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia menyetir dengan kencang, pandangannya lurus ke depan, kedua tangannya mencengkeram setir seolah menyalurkan amarah yang masih tersisa.Ivy duduk diam. Tidak berniat membuka percakapan. Masih berdebar, terguncang oleh kejadian di koridor tadi. Atau lebih tepatnya, pada reaksi Ethan yang begitu emosi. Bukan hanya mara

  • Presdir, Istri Palsumu Akan Menuntut Balas!   15. Kemarahan Seorang Suami

    “Mr. Winchester.” Seorang pria paruh baya dengan jas abu-abu gelap menghampiri. “Beberapa kolega dari Venture & Rye ingin bertemu Anda. Mereka sudah menunggu di tengah.”Ethan menoleh sebentar ke arah Ivy yang sudah menghilang di tikungan koridor. Rahangnya mengeras, lalu ia mengangguk singkat.Tanpa melepas pandangannya ke koridor, Ethan melangkah bersama pria itu.Sementara di toilet, Ivy menatap bayangannya di cermin. Ia menarik napas, mencoba menetralisir detak jantungnya yang sempat kacau.Jangan bodoh. Jangan lengah.Bukan saatnya untuk terbuai oleh sikap manis Ethan. Tangannya mengepal kuat. “Sadarlah, Ivy. Ingat semua penderitaan Isla dan Ibu.”Ivy memejamkan mata ketika memangku tubuhnya dengan kedua tangan di sisi wastafel.Bahkan keberadaan ibunya sampai saat ini, Ivy masih belum tahu.Ivy membuang napas, lalu membuka mata dan kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Ia harus fokus dengan tujuannya.Setelah menenangkan diri, Ivy melangkah keluar dari toilet dan baru mema

  • Presdir, Istri Palsumu Akan Menuntut Balas!   14. Tampil Sebagai Pasangan

    Ivy melangkah turun dari lantai dua mengenakan gaun hitam sederhana, namun tetap terlihat elegan. Gaun itu berlengan panjang, terbuat dari bahan satin yang halus, pas membentuk lekuk tubuhnya tanpa berlebihan.Leher gaun berbentuk V rendah tapi sopan, memperlihatkan garis leher yang anggun. Panjang gaun mencapai mata kaki, dengan potongan sedikit melebar di bawah, membuat langkah Ivy terlihat percaya diri. Rambutnya disisir rapi dan tergerai lembut di bahu.Ethan berdiri di bawah, menunggu Ivy. Ia terlihat tampan dan berwibawa dalam setelan jas hitam klasik yang rapi dengan dasi abu-abu gelap. Ekspresinya dingin dan tenang. Begitu melihat Ivy sedang menuruni tangga, matanya seketika fokus menatap wanita itu tanpa berkedip.Cantik, anggun, elegan dan tidak berlebihan.Sambil mengingat-ingat, kening Ethan berkerut samar, tapi tatapannya sama sekali tidak lepas dari Ivy.Selama pernikahan mereka, belum pernah Ethan melihat Isla mengenakan gaun seperti itu. Apa selera Isla berubah? Aura w

  • Presdir, Istri Palsumu Akan Menuntut Balas!   13. Pria Aneh

    “Ya, sedikit.” Ivy menghela napas, menatap Ethan yang juga menatapnya. Mereka masih saling bertatapan sampai pelayan kembali dari dapur sambil membawakan nampan untuk Ivy.Ivy mulai dengan secangkir air hangat lemon. Disesap pelan, matanya tidak lepas dari pria di hadapannya. Selain sangat membenci Ethan, ia tidak bisa menampik perubahan mendadak sikap pria itu padanya. Heran dan bingung yang bercampur dengan rasa penasaran.Memperhatikan Ethan, Ivy tahu kalau sebenarnya pria itu sudah selesai sarapan sejak tadi. Melihat dari waktunya, biasanya di jam ini Ethan sudah bersiap-siap ke kantor. Namun, Ivy tidak mempertanyakan, karena pikirannya masih dipenuhi rasa ingin tahu tentang ibunya.Dan ketika Ivy masih memikirkan bagaimana cara untuk menemukan ibunya, suara ketukan high heels wanita bergema di ruang makan, makin mendekat ke arah mereka.Ivy tersenyum tipis menyambut kedatangan Stella.“Selamat pagi, Ethan. Kupikir kau sudah berangkat ke kantor,” katanya ramah dengan senyum lebar

  • Presdir, Istri Palsumu Akan Menuntut Balas!   12. Nyaris Mencium

    Napas Ivy tenang. Matanya tertutup. Rupanya wanita itu sudah tertidur. Mendekati tempat tidur, Ethan menurunkan Ivy dengan hati-hati, membaringkannya di atas kasur. Ivy tidak bergerak. Napasnya masih teratur. Tidurnya tampak nyaman dan lelap. Berdiri di sisi ranjang, Ethan menatap wajah Ivy cukup lama. Beberapa helai rambut jatuh ke pipi wanita itu. Dengan satu gerakan ringan, Ethan menyibakkannya. Ada sesuatu yang tiba-tiba bergerak di pikirannya, tapi ia tidak tahu pasti apa. Tatapan Ethan turun perlahan ke arah bibir Ivy. Diam. Terlalu lama. Hingga akhirnya ia membungkuk, mendekat sampai cukup membuat bayangan wajahnya jatuh tepat di atas wajah Ivy. Jarak yang hanya tinggal satu gerakan. Namun tiba-tiba, Ethan berhenti. Ekspresi kecil muncul di wajahnya. Lalu ia menarik diri perlahan. Tidak tergesa. Tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Berdiri kembali dengan tenang, Ethan berbalik dan melangkah keluar dari kamar. Di belakangnya, pintu ditutup perlahan, tanpa suara. *** Ter

  • Presdir, Istri Palsumu Akan Menuntut Balas!   11. Peran dari Suami

    Beberapa orang tertawa pelan. Tak lama, terdengar celetukan ringan dari sisi meja lain. “Stella Roswell.” Tawa makin terdengar, meski tidak keras. Stella menoleh dengan raut bingung penuh empati, seolah tidak tahu apa yang terjadi. Tapi matanya tidak bisa menyembunyikan kepuasan kecil. Dia percaya diri kalau sebagian dari karyawan yang hadir malam ini, masih berada di pihaknya. Ivy menegakkan bahu. Tidak bicara. Tidak membalas. Lalu Stella tiba-tiba menatap Ivy. Tersenyum manis penuh arti, sambil berkata. “Terima kasih teman-teman, tapi jangan lupa kalau kita juga punya Isla Everlily sebagai istrinya Presdir di sini. Selama ini, dia pasti juga telah menjadi sosok yang luar biasa untuk Presdir, bukan?” Semua perhatian orang-orang, kini tertuju pada Ivy. Tersenyum tipis, Ivy paham maksud Stella. Membuat perbandingan jelas antara Isla dan Stella di hadapan para karyawan Ethan lewat sindiran halus. Staf pria yang tadi mengajak bersulang, tertawa pelan dengan nada mengejek. “Oh, kau b

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status