"Aaahkkk! Sial!" Teriak Kelvin. Pria berusia dua puluh tujuh tahun tersebut tengah bertarung dengan hawa panas di dadanya.
Kelvin meremas kuat kain yang menutupi ranjangnya. Ia pun sesekali mengusap kasar wajahnya, bahkan berulang kali ke kamar mandi hanya untuk membasuh wajah.Kelvin menatap cermin di kamar mandinya, matanya penuh dendam mengingat apa yang baru saja terjadi di pesta temannya itu."Hahaha, aku memberi obat perangsang padanya agar dia bisa segera merasakan bagaimana nikmatnya seorang perempuan."Beruntung Kelvin mendengar ucapan orang yang ia anggap teman tersebut. Ia mengepalkan tangan dan berlalu pergi dari pesta tersebut, tanpa memberitahu mereka.Namun keputusannya untuk segera pulang membuatnya tersiksa. Obat perangsang ya tak sengaja ia minum tengah bereaksi hebat, hingga membuatnya seperti gila.Ding dong…Suara bel rumah yang berbunyi membuat Kelvin semakin kesal. Ia berusaha mengabaikan, tapi bunyi bel tersebut semakin memancing emosinya. Ia melangkah ke arah pintu dan melihat siapa yang datang.Seperti menemukan sebuah berlian, seorang gadis datang ke apartemennya di saat obat perangsang hampir menguasai seluruh otaknya."Tuan Kelvin, ada kiriman buat—""Bantu aku," potong Kelvin yang langsung menarik tangan gadis tersebut. Kelvin pun langsung menarik gadis tersebut masuk kedalam rumah."Tunggu, tuan Kelvin, saya kemari untuk mengantarkan ini pada anda. Saya harus—"Ucapan gadis yang bernama Hanna kembali terpotong saat Kelvin tiba-tiba mencium bibirnya. Hanna tercengang kaget, tapi saat itu juga ia sadar dan berusaha untuk mendorong Kelvin.Ia terus memberontak, tapi sayangnya tenaganya tak sebanding dengan sang lawan. Kelvin terus mencumbunya, memeluk erat tubuhnya hingga ia kesulitan untuk bernafas.Kelvin melepaskan ciumannya, dan langsung berpindah ke leher Hanna."Tuan Kelvin, tolong hentikan. Saya mohon," ucap Hanna memberontak. Ia terus berusaha melepaskan diri dari Kelvin yang tengah kesetanan.Hanna memukul punggung Kelvin, mendorong dengan sekuat tenaga. Namun tetap saja ia tak bisa lepas dari pria yang sedang membabi buta oleh nafsu yang tak terkendalikan. Kelvin terus melakukan aksinya tanpa peduli dengan Hanna yang mulai menangis."Lepaskan saya tuan, tolong hentikan," rengek Hanna.Alih-alih menghentikan aksinya, Kelvin justru menggendong Hanna ke kamarnya. Hanna yang bertubuh kecil terus memberontak. Ia memukul punggung Kelvin dengan sangat keras, tapi tetap tak bisa menghentikannya.Bug….Kelvin menghempaskan tubuh Hanna di atas ranjang, Hanna yang mulai ketakutan langsung mundur. "Jangan, saya mohon jangan," ucapnya di iringi tangisan.Hanna semakin takut saat melihat tatapan mata Kelvin yang bengis penuh nafsu.Kelvin tak peduli, ia langsung melucuti pakaiannya dan kembali melakukan aksinya. Menarik tubuh Hanna dan memaksa Hanna untuk melayani nafsu bejatnya."Tolong! Seseorang tolong—""Diam!" Suara bentakan Kelvin membuat Hanna seketika terdiam."Tolong tuan, jangan lakukan ini. Saya mohon," ucap Hanna dengan bibir yang mulai gemetar.Kelvin merasa kesal dengan Hanna yang terus menolak, ia pun akhirnya mencekik Hanna. "Layani aku dan jangan menolakku, atau kamu akan tahu akibatnya," ancamnya.Hanna yang tercekik hanya bisa menggeleng. Air mata yang mengalir di abaikan oleh Kelvin.Melihat Hanna yang mulai tenang, Kelvin pun mulai melakukan aksinya kembali. Ia menciumi setiap inci tubuh Hanna, hingga merenggut kesucian gadis tersebut.Airmata dan isakan tak ia pedulikan. Yang penting baginya hari ini adalah nafsunya tersalurkan dan tak menyiksa dirinya sendiri.Hanna meringkuk di balik selimut, menahan rasa sakit yang terasa bukan hanya di tubuhnya, tapi di batin dan jiwanya.Kelvin yang sudah berpakaian tengah menghisap rokok sambil menatap keluar jendela apartemennya. Ia kembali masuk ke dalam kamar untuk menemui Hanna."Ambil ini dan pergilah," ucap Kelvin sambil memberikan segepok uang pada Hanna.Hanna melirik ke arah uang yang diberikan Kelvin, lalu kembali beralih menatap Kelvin. Sorot matanya terlihat jelas penuh amarah. Rasa sakit semakin terasa menusuk, karena baginya uang yang diberikan Kelvin adalah sebuah bentuk penghinaan."Aku bukan wanita murahan, uangmu tak bisa menggantikan lukaku atas perbuatanmu ini, tuan," ucap Hanna menatap tajam ke arah Kelvin dengan berani.Plakk…Kelvin melempar gepokan uang ke arah Hanna hingga mengenai pipinya. Sakit, itu pasti."Jangan sok jual mahal. Aku tahu wanita apa sepertimu. Ambil uang itu dan pergi dari sini," ucap Kelvin sambil menyunggingkan senyuman. Ia melangkah keluar kamar dan kembali menyalakan rokoknya.Sementara Hanna segera memakai pakaiannya, ia mengambil pakaiannya yang sudah lusuh, lalu ia tutup dengan blazer.Hanna melirik sekilas ke arah Kelvin penuh kebencian, lalu melangkah kembali ke arah pintu utama. Dengan berjalan menahan sakit, Hanna langsung menuju lobi dan meninggalkan apartemen, yang bagaikan neraka baginya untuk beberapa menit itu.***Enam tahun berlalu."Apa kamu sudah menemukan gadis itu?" tanya seorang wanita paruh baya yang tengah menatap keluar jendela ruang kerjanya, yang berada dilantai dua rumahnya."Maaf nyonya, kami belum bisa menemukan dimana ia sekarang. Setelah ayahnya meninggal, ia pindah keluar kota tanpa ada yang mengetahui keberadaannya."Temukan dia sampai dapat, aku tidak mau cucu keluarga Wirautama terlantar," ucap wanita paruh baya tersebut tanpa menoleh ke arah pengawalnya.Pengawalnya pun mengangguk, lalu ia undur diri dari ruang kerja sang majikan. melangkah hendak menuruni tangga hingga akhirnya langkahnya terhenti oleh sebuah panggilan. "Haris," panggil seorang pria padanya."Selamat pagi tuan muda Kelvin?" sapa Haris pada pria yang memanggilnya."Apa mama masih menanyakannya?""Beliau ingin saya tetap mencari wanita tersebut tuan," jawab Haris."Ck, untuk apa juga mama masih saja mencarinya," ucap Kelvin berdecak kesal.Kelvin terlihat menghela nafasnya, lalu niatnya menemui sang ibu harus ia urungkan. Ia tak ingin berdebat lagi dengan sang ibu, jika saat ini menemuinya. Ia pun kembali menuruni tangga."Kelvin," panggil Lidya, ibu Kelvin.Kelvin menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah sang ibu."Kamu masih berhubungan dengan Rebecca?" tanya Lidya dingin."Ma, aku menyukai dan mencintainya, jadi tolong jangan terus memintaku untuk meninggalkannya," sahut Kelvin."Kamu harus mencari keberadaan anakmu, Vin. Bagaimanapun juga dia adalah darah dagingmu, cucu keluarga Wirautama," ucap Lidya kembali."Ma, apa mama yakin dia adalah anakku? Bisa saja dia tidur dengan pria lain. Wanita miskin sepertinya hanya membutuhkan uang, jadi jangan terlalu dipikirkan.""Mama bilang cari anakmu! Mama tidak peduli kamu menikah dengan Rebeca atau pun wanita lainnya. Tapi mama ingin kamu membawa cucu mama ke dalam rumah ini," ucap Lidya dengan tegas.Tatapan amarah Lidya membuat Kelvin tak berani membantah. Lidya pun kembali ke ruang kerjanya.Kelvin kembali menoleh ke arah Haris. "Apa kamu benar-benar tidak tahu di mana dia?" tanya Kelvin pada Haris."Maaf tuan, saya baru mendapat informasi dan ini masih diselidiki. Jika kami sudah memastikan keberadaan wanita tersebut, kami pasti akan langsung memberitahu anda," jawab Haris."Sial! wanita ini benar-benar menyusahkan aku," umpat Kelvin merasa kesal.Sementara di tempat lain, seorang bocah kecil berusia lima tahun menyambut kedatangan sang ibu yang menjemputnya. "Mama!" panggilnya sambil berlari menuju pintu gerbang."Halo Clayton sayang," ucap sang ibu yang langsung memeluk sang anak, lalu menggendongnya."Hanna, tumben telat jemput? dari tadi Clayton nanyain kamu terus loh," tanya Aisah teman Hanna. Aisah yang saat ini menjaga Clayton karena Hanna harus bekerja, dan kebetulan ia tak bisa memiliki momongan, sehingga ia merasa sangat senang saat Hanna memberikan kepercayaan padanya untuk menjaga Clayton."Tadi jalanan macet, jadi aku terlambat," jawab Hanna yang langsung kembali menoleh ke arah sang anak, yang saat ini ada di gendongannya. "Maafin mama ya sayang," ucapnya.Clayton pun mengangguk dan langsung mencium sang mama.Hanna mengajak Aisah berbincang sebelum ia pulang ke rumah. Namun perbincangan mereka harus terhenti saat ada seorang wanita memasuki gerbang yang terbuka dengan dua orang pria di sampingnya. Mereka pun lan
Sepertinya kedatangan Hanna dan Clayton benar-benar sangat ditunggu oleh pemilik rumah tersebut. Terbukti saat pintu utama di buka, di sana seorang wanita paruh baya yang penuh wibawa duduk menunggu.Lidya Wirautama, pengusaha kaya raya dengan gurita bisnisnya yang tak asing di mata media.Hanna mengenal wanita di depannya itu, tapi ia masih belum percaya jika anak semata wayang keluarga besar tersebutlah yang telah menghancurkan masa depannya. Mungkin karena sosok Kelvin yang saat itu sangat jarang disorot media.Hanna semakin yakin jika yang ada di hadapannya adalah bagian dari masalalunya yang menyakitkan. Ia yakin setelah melihat foto Keluarga tersebut yang ada di dinding rumah, dan disanalah pria yang paling ia benci berdiri di antara kedua orang tuanya.Lidya bangun dari duduknya, dengan senyum teduh dan ramah ia menghampiri Hanna. "Selamat datang Hanna," ucapnya, lalu ia menoleh ke arah Clayton yang saat ini tengah menatapnya. "Apa kabar cucu omah? Kamu benar-benar mirip papamu
"Dengarkan aku Hanna, kamu tidak punya hak untuk menolak dengan alasan apapun," jawab Lidya dengan tatapan dinginnya.Hanna merasa kesal, tapi ia tidak bisa melakukan apapun saat Lidya menatapnya dingin. "Dan kamu harus menuruti perintah mama," ucap Lidya pada Kelvin."Aku tidak bisa ma. Aku hanya akan menikah dengan Rebecca," ucap Kelvin tetap menolak keputusan sang ibu."Kita bisa mengambil anak ini sesuai keinginan mama, tapi bukan berarti kita menerima wanita ini di keluarga kita. Menutup mulut awak media bukan hal yang sulit bagi kita, ma," imbuh Kelvin, lalu menoleh ke arah Hanna."Dan kamu, berapa yang kamu inginkan tinggal sebutkan saja nominalnya. Aku bisa memberikan seberapa pun yang kamu minta, asal kamu memberikan anak itu pada kami, dan segera pergi dari hadapanku, tanpa pernah muncul kembali," ucapnya pada Hanna.Hanna menyunggingkan senyuman. "Kamu ingin aku meninggalkan Clayton bersama kalian? Sayangnya itu tidak akan pernah terjadi, karena aku bukan seorang ibu yang
"Apa kamu belum puas telah menghancurkan masa depanku? Dan sekarang kamu pun merenggut kebebasan hidupku. Kamu benar-benar manusia tak punya hati," ucap Hanna.Kelvin mendekat ke arah Hanna. "Lebih baik kamu manfaatkan waktu bersama anakmu ini, sebelum kamu benar-benar kehilangannya," ucap Kelvin. Ia menoleh ke arah seorang wanita yang ditugaskan oleh ibunya untuk mengurus Clayton."Pastika kamu bisa mengambil hatinya agar ia betah di sini. Sekarang antaranya mereka ke kamar yang sudah disediakan," ucap Kelvin."Baik tuan muda," jawab wanita tersebut dengan sedikit membungkukan badannya. Lalu ia pun menoleh ke arah Hanna. "Mari ikut saya," ucapnya. Hanna terpaksa menurut, karena tetap berdiri di sana pun hanya akan membuatnya melanjutkan perdebatan dengan Kelvin."Mama, kita kemana?" tanya Clayton yang menggandeng tangan Hanna."Kita mau ke kamar yang pasti tuan kecil menyukainya," sahut wanita yang mengantarkan mereka."Ma," panggil Clayton untuk mendapat jawaban dari sang mama."Iy
"Kenapa diam? Asal kamu tahu, aku tak punya banyak waktu untuk mengurus hal semacam ini. Segeralah tanda tangan atau kesempatan kamu bersama dengan Clayton cukup sampai hari ini," ucap Lidya.Wanita paruh baya yang wajahnya terlihat garang itu menggertak Hanna. Hanna seperti tak punya pilihan, ia pun akhirnya menandatangani surat perjanjian tersebut.Lidya menarik kertas yang sudah di tandatangani Hanna. "Kalian akan menikah akhir pekan ini," ucapnya."Maka kami akan menikah di pekan berikutnya," ucap Rebecca.Lidya hanya melirik sekilas ke arah Rebecca. Ia tidak terlalu suka dengan gadis tersebut. Bagi Lidya, Rebecca adalah gadis yang sombong dan terlalu berani padanya, karena Kelvin yang selalu mempertahankannya. Namun meski demikian, Lidya juga tak bisa memaksa Kelvin untuk menjauhinya. Itu karena Kelvin yang mengancam tidak akan meneruskan mengurus perusahaan, jika ia tak di izinkan bersama Rebecca.Sementara Hanna hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Ia tidak tahu bagaimana sela
Hanna sedikit merasa kecewa karena pemandangan indah tersebut harus hilang, tapi apa yang bisa ia lakukan. Tak mungkin ia menegur Kelvin.Hanna melihat sekelilingnya, ia mencari tas isi baju gantinya yang seharusnya ada di kamar tersebut."Di mana tas bajuku?" tanyanya.Kelvin hanya menoleh tanpa memberikan jawaban. Ia langsung membuka jas penggantinya, melemparnya sembarang arah, lalu berbaring di atas ranjang.'Ck, apa dia tuli?' batin Hanna menatap kesal pada Kelvin. Ia pun mencari ke setiap pojok ruangan hingga akhirnya ia menemukan tas bajunya.Daster yang memang selalu ia pakai setiap kali ia tidur menjadi pilihan. Hanna segera mengganti pakaiannya dan berbaring di sofa. Tak ada bantal ataupun selimut yang ia gunakan, dan ia pun menggunakan gaun pengantin sebagai selimut untuk menahan hawa dingin di ruangan tersebut.Rasa lelah tak membuat Hanna segera memejamkan matanya. Ia merindukan Clayton, karena ini adalah kali pertamanya ia melewati malam tanpa sang buah hati.'Bahkan aku
"Kita pulang," suara Kelvin berhasil mengagetkan Hanna.Hanna pun menoleh ke arah Kelvin. "Kamu dari mana?" tanya Hanna. Ia menatap Kelvin dengan penuh keberanian."Jangan kamu pikir setelah berstatus sebagai istriku, maka kamu wajib tahu kemana aku pergi. Ingat, pernikahan ini hanya sebuah status yang tak akan pernah bisa mengubah pandanganku terhadap," ucap Kelvin dengan tatapan sinis."Aku tahu, dan aku hanya sekedar bertanya. Jika kamu tidak berkenan menjawab juga aku nggak akan memaksa," sahut Hanna. Ia melangkah menuju tas bajunya hendak mengambil baju ganti. Tidak mungkin juga kan dia keluar dari hotel mengenakan daster yang ia gunakan untuk tidur."Kamu sangat berani padaku," ucap kelvin membuat Hanna menghentikan langkah di dekatnya, dan mereka pun saling berdiri memunggungi."Apa yang harus aku takutkan dari seorang pria pengecut sepertimu?" sahut Hanna.Jawaban Hanna pun berhasil memancing amarah Kelvin. Ia mengangkat tangannya hendak menampar Hanna, tapi terhenti di udara
Hanna merasa kesal dengan jawabn Rena. Ia pun semakin mendekat ke arah Rena sambil menyunggingkan senyuman."Aku tahu kamu tidak bisa menghargai siapa aku di sini, karena aku bukan wanita yang diharapkan keluarga ini. Tapi untuk menungguku angkat kaki dari sini, maka kamu harus bisa lebih bersabar," ucap Hanna.Hanna pun melangkah melewati Rena dengan menabrak lengan gadis tersebut. Hanna langsung menaiki tangga dan menuju kamar Kelvin. 'Sepertinya kesabaranku harus di atas rata-rata untuk menghadapi mereka semua,' batin Hanna.Ia berdiri di depan pintu kamar Kelvin. Hendak mengetuknya, tapi penuh keraguan.'Apa aku harus masuk ke dalam kandang macan ini?' batin Hanna.Setelah berpikir beberapa menit, Hanna pun akhirnya mengumpulkan keberaniannya dan mengetuk pintu.Tok tok tok Ketukan pintu pertama tak di hiraukan, tak ada jawaban dari dalam sana. Ia pun kembali mengetuk dan hasilnya sama. Akhirnya Hanna pun membuka pintu secara perlahan tanpa menunggu persetujuan Kelvin.Hanna tak