Share

bab2. Membujuk Hanna

Sementara di tempat lain, seorang bocah kecil berusia lima tahun menyambut kedatangan sang ibu yang menjemputnya. "Mama!" panggilnya sambil berlari menuju pintu gerbang.

"Halo Clayton sayang," ucap sang ibu yang langsung memeluk sang anak, lalu menggendongnya.

"Hanna, tumben telat jemput? dari tadi Clayton nanyain kamu terus loh," tanya Aisah teman Hanna.

Aisah yang saat ini menjaga Clayton karena Hanna harus bekerja, dan kebetulan ia tak bisa memiliki momongan, sehingga ia merasa sangat senang saat Hanna memberikan kepercayaan padanya untuk menjaga Clayton.

"Tadi jalanan macet, jadi aku terlambat," jawab Hanna yang langsung kembali menoleh ke arah sang anak, yang saat ini ada di gendongannya. "Maafin mama ya sayang," ucapnya.

Clayton pun mengangguk dan langsung mencium sang mama.

Hanna mengajak Aisah berbincang sebelum ia pulang ke rumah. Namun perbincangan mereka harus terhenti saat ada seorang wanita memasuki gerbang yang terbuka dengan dua orang pria di sampingnya. Mereka pun langsung menghampiri Hanna dan Aisah.

"Hanna Caroline?" ucap wanita tersebut.

Hanna dan Aisah saling tatap. Mungkin mereka tengah berpikir, bagaimana wanita tersebut mengetahui nama Hanna, dan siapa mereka sebenarnya.

"Iya, itu saya," sahut Hanna.

"Ikut kami, dan juga bawa anakmu," ucap wanita tersebut dingin. Tentu saja itu tak membuat Hanna langsung menuruti ucapannya, memang siapa mereka.

"Maaf, siapa kalian?" tanya Hanna.

"Aku Cindy, dan mereka adalah orang-orang dari keluarga Wirautama. Kami ditugaskan untuk menjemput anda ke kediaman nyonya besar Wirautama," jelas wanita tersebut membuat Hanna dan Aisah semakin bingung.

"Aku tidak mau, karena aku tidak mengenal keluarga tersebut," tolak Hanna secara halus. Siapa juga yang akan langsung percaya pada orang asing yang tiba-tiba datang, dan mengajaknya untuk pergi ke tempat yang tak ia ketahui di mana itu.

"Anda mungkin tidak mengenal keluarga besar Wirautama, tapi nyonya besar sangat mengenal anda, dan sedang menunggu kedatangan anda terutama putra anda, nona Hanna," jelas Cindy.

"Maaf, tapi apapun alasannya, aku tetap tidak berkenan mengikutimu. Selain aku tidak mengenal siapa kalian, aku juga tidak tahu apa tujuan kalian," jawab Hanna.

"Sepertinya anda tidak bisa di jemput secara halus," ucap wanita tersebut yang langsung memberikan kode pada anak buahnya.

Kedua pria berbadan kekar di belakang Cindy maju dan menghampiri Hanna yang menggendong Clayton.

Mereka menggapai tanganga Hanna dan hendak menariknya.

"Lepasin mama Clay, jangan sakiti mama," ucap Clayton dengan suara imutnya menghalangi dua pria yang hendak menarik sang ibu, sambil mengayunkan tangan hendak memukul.

Kedua pria berbadan kekar tersebut tak mempedulikan ucapan anak kecil seperti Clayton. Mereka kembali menarik tangan Hanna.

"Lepasin mama Clay," ucap Clayton kembali sementara Hanna berusaha menenangkan Clayton dan semakin mempererat pelukannya. Clayton langsung mendapat tatapan tajam dari salah satu pria tersebut, hingga membuatnya merasa takut dan membenamkan wajah di pelukan sang ibu.

"Lepaskan aku! apa kalian mau aku laporkan ke polisi akan tindakan pemaksaan ini?" pekik Hanna mengancam.

Cindy menyunggingkan senyuman, lalu melangkah mendekati Hanna.

"Nona Hanna, apa anda tidak tahu siapa keluarga Wirautama? bahkan polisi saja ada dalam kendali kami. Saran saya sebaiknya anda jangan mempersulit diri anda sendiri," ucap Cindy. Meski wanita tersebut terlihat tegas, tapi ia tetap berbicara ramah pada Hanna.

"Tidak," bantah Hanna. Ia tetap tak ingin mengikuti mereka, karena ia bukan orang yang mudah untuk pergi bersama orang yang asing baginya.

"Tolong jangan mempersulit keadaan, nona," ucap Cindy masih berusaha sabar.

"Lagian kalian ini siapa dan mau apa sih? Tiba-tiba datang dan maksa Hanna untuk ikut," celetuk Aisah.

"Sebaiknya anda jangan ikut campur daripada berurusan dengan keluarga Wirautama," sahut Cindy. Berbeda dengan cara bicaranya pada Hanna, kali ini suara Cindy terdengar dingin dan ketus pada Aisah.

Aisah terdiam dan mencoba untuk mengingat-ingat siapa sebenarnya mereka dan keluarga Wirautama.

Aisah mendekat ke arah Hanna dan membisikan sesuatu. "Itu adalah keluarga pemilik hotel, apartemen, dan sebuah tempat wisata dengan nama yang sama yaitu Sky Garden. Keluarga yang terkenal kejam."

Mendengar nama Sky Garden membuat Hanna mengingat tempat kerjanya dulu. Tempat di mana ia mengais rezeki, dan tempat dimulainya kehancuran hidupnya.

"Aku tidak akan pernah ikut kalian, apa lagi untuk bertemu pria tanpa perasaan itu," ucap Hanna.

"Anda tidak bisa menolaknya, nona," ucap Cindy. Ia memberikan kode pada kedua anak buahnya untuk memaksa Hanna.

"Lepaskan aku!" pekik Hanna.

Clayton pun kembali memukul tangan orang-orang tersebut. "Lepasin mama Clay, jangan sakiti mama Clay," ucapnya.

"Adik kecil, ibumu akan dibuang jika dia tidak menurut dan terus memberontak. Dan itu artinya anda tidak bisa bertemu dengannya lagi," ucap salah satu dari mereka membuat Clayton merasa takut.

"Nona, apa bisa kalian jangan memaksa Hanna untuk ikut?" ucap Aisah yang ingin membantu, akan tetapi ia pun merasa takut jika harus berurusan dengan keluarga Wirautama.

Cindy mendekat ke arah Aisah, ia mencengkram pipi Aisah hingga bibirnya mengerucut, dan pipinya terasa sakit.

"Diamlah jika kamu masih ingin melihat matahari terbit esok hari," ancam Cindy lalu menghempaskan wajah Aisah.

Aisah hanya bisa menelan ludahnya penuh ketakutan. Suara ancaman cindy yang dingin membuat nyali ya seketika menciut.

"Bawa dia," ucap Cindy pada anak buahnya. Mereka pun menyeret Hanna hingga membuat Clayton takut.

Melihat Clayton yang ketakutan, akhirnya Hanna mengalah. "Biarkan aku jalan sendiri, tolong jangan buat anakku takut," ucapnya. Dan akhirnya ia pun terpaksa menurut untuk ikut.

Clayton yang masih ketakutan terus bersembunyi di pelukan sang Ibu, ia tidak ikut bicara maupun menegur orang yang memaksa ibunya naik ke dalam mobil.

***

Kediaman keluarga besar Wirautama.

Dua mobil memasuki halaman rumah yang sangat luas. Mewah, dan megah hanya itu yang bisa digambarkan untuk rumah tersebut.

"Rumah siapa ma, kok besar banget?" tanya Clayton dengan polosnya.

"Ini rumah orang kaya, sayang," jawab Hanna. Ia lebih memilih untuk menjawab demikian pada anaknya yang memang selalu banyak bertanya di usianya.

Mereka turun dari mobil. Clayton memilih untuk berjalan sendiri, ia langsung memegang tangan sang ibu dengan erat saat melihat pria yang sempat membuatnya takut tadi.

Clayton berulang kali melirik ke arah pria yang sedikitpun tak menunjukan senyuman padanya, dan akhirnya Clayton pun kembali meminta Hanna untuk menggendongnya.

"Mama, gendong lagi, Clay takut sama om itu. Dia galak melebihi om badut di ulang tahun teman Clay," ucap Clay yang memang sangat takut dengan badut.

Hanna pun langsung menggendong Clayton. "Sini sayang," ucapnya.

"Silahkan masuk, nyonya Wirautama sudah menunggu," ucap Cindy saat mereka sudah berada di ambang pintu utama.

Hanna menuruti ucapan Cindy, mereka memasuki rumah besar tersebut. Jantung Hanna merasa berdebar saat ia mulai menginjakan kaki untuk pertama kalinya ke rumah orang yang telah menghancurkan hidupnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status