Share

Bertemu

Author: Dinara Sofia
last update Last Updated: 2023-06-27 19:09:05

"Allahuakbar ..." ucap Sisy dan Meliana melihat tingkah Diandra.

Sisy dan Meliana saling pandang, kemudian membuang nafas kasar.

"Dek. Perhatikan Kakak, ya," perintah Meliana.

Gadis itu berbicara dengan nada pelan namun, suara gemeratak gigi terdengar jelas.

Meliana mencontohkan cara berjalan yang benar dan bagaimana membawa tas. Sepuluh menit kemudian, dia meminta Diandra mempraktekkan yang sudah diperagakannya tadi.

Diandra mulai berjalan anggun. Sisy dan Meliana senang, namun ada hal yang membuat mereka kembali mengelus dada.

Gadis tomboy itu berjalan sangat lambat, mirip pengantin tetapi sambil sedikit mengayunkan tubuhnya.

"Sudah bagus, Diandra. Ayo kita pulang," ajak Sisy karena merasa sudah putus asa.

Sisy keluar ruangan. Diandra mengganti pakaiannya, melepas sepatu yang di pakai. Lalu di masukkan ke dalam kantong belanja. Kemudian menyusul ibu dan kakaknya. Meliana kemudian berpesan kepada karyawan, agar menutup butik.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam. Sisy meminta mereka untuk bersiap-siap. Diandra tampak bersemangat. Di dalam pikirannya, lelaki yang akan di jodohkan adalah sosok yang sangat tampan, bersikap dingin, namun romantis.

Gadis itu selesai membersihkan tubuhnya, menyemprotkan wewangian dan mengenakan pakaian yang di bawa dari butik tadi. Mematut diri di cermin namun, merasa ada yang kurang.

"Ah riasan. Aku belum make up," gumamnya.

Diandra menuju ke kamar Meliana namun, orang yang di carinya tidak tampak. Dia mengambil beberapa peralatan make up, perona pipi dan mata serta dua pasang bulu mata palsu. Lalu ke luar dari kamar kakaknya.

"Diandra kemana sih? Kok belum turun? Papa cek dulu deh, ke kamarnya," pinta Sisy kepada Darwin.

Lelaki itu pun melangkah menuju lantai dua ke kamar putri bungsunya. Setelah sampai Darwin mengetuk pintu kamar sambil memanggil nama Diandra. Tak lama pintu terbuka. Darwin terkejut bukan main melihat penampilan putrinya.

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim," teriak Darwin.

Sisy, Aris dan Meliana terkejut. Mereka berlari menuju sumber suara.

"Astaghfirullah ... " ucap Sisy dan kedua anaknya.

"Papa! Apaan sih sampe baca ayat kursi begitu? Mama juga," sungut Diandra.

Aris dan Darwin saling pandang lalu mereka turun. Sementara Sisy dan Meliana menutup mata mereka, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan perlahan.

"Gimana Papa ga baca ayat kursi kalau penampilan kamu begini," keluh Meliana.

"Loh keren kan. Pasti kalian terpukau karena aku makin cantik," sahut Diandra.

Gadis itu tersenyum. Nampak lipstik di antara gigi depan bagian atas.

"Cantik dari alam gaib. Coba kamu liat penampilan kamu dengan Mama dan Kakak, beda, kan." cibir Sisy sambil mendudukkan putri bungsunya di kursi meja rias.

Sisy meminta Meliana untuk menghapus riasan wajah adiknya yang tampak menakutkan.

Bagaimana tidak, alisnya diukir mirip seperti kumis ikan Lele. Lalu perona pipi atau blush on antara yang kiri dengan kanan berbeda warna yang di bentuk miring, mulai dari dekat cuping hidung, hingga ke batas ekor mata. Lalu membubuhkan perona mata atau eye shadow dari kelopak mata hingga menyentuh alis, dengan model setengah lingkaran dan dengan dua warna.

Kemudian bulu mata yang dipasang terbalik, yang di bawah di letak di atas dan sebaliknya. Sementara bibir di beri lipstik yang melebihi ukuran sehingga tampak bibirnya membesar dan tebal, lipstik juga menempel di beberapa gigi depan, lalu membuat tahi lalat di dekat ujung bibir.

Meliana sudah selesai membersihkan wajah adiknya itu. Kini, giliran Sisy yang merias Diandra.

Sisy memoles riasan tipis pada wajah putrinya. Membuat bingkai alis dengan baik, lalu memberi arsiran pada bagian yang sudah di gambarnya.

Selesai alis, Sisy memberikan lipstik berwarna merah muda.

"Masya Allah ... Cantik sekali putri bungsu Mama," puji Sisy setelah selesai.

Sisy mematut hasil riasan ibunya. Gadis itu merasa asing dengan wajahnya yang tampak cantik.

Sisy mengajak kedua anaknya itu untuk turun, agar tidak terlambat ke acara pertemuan keluarga.

Diandra turun dengan langkah yang anggun. Sisy dan Meliana merasa sangat bahagia senyum terkembang menghiasi bibir keduanya. Darwin dan Aris terpaku menatap penampilan Diandra yang nampak sangat cantik malam ini.

Suasana tenang itu buyar seketika. Diandra melompat di anak tangga terakhir lalu bergelayut di leher Darwin. Hilang sudah senyum di wajah Sisy dan Meliana.

"Aduh ... Dek. Papa sama Kakakmu udah seneng liat penampilan sama riasan kamu, kok malah balik lagi ke setelan pabrik," tukas Darwin,

Darwin mengelus rambut putri kesayangannya. Diandra hanya tertawa lalu mengatakan bahwa cara berjalan seperti perempuan itu sangat menyiksa.

Sisy yang kesal segera mengajak mereka untuk berangkat menuju rumah keluarga Hutomo.

Dua puluh menit kemudian mereka akhirnya sampai di kediaman Hutomo. Tampak Julia sudah menunggu mereka di teras depan.

"Om, Tante, Mel, dan yang lainnya. Mari masuk," sapa Julia.

Darwin dan Aris berjalan di depan Julia. Sementara Sisy, Meliana mengapit Diandra di belakang. Sisy berulang kali meminta putri bungsunya itu agar bersikap anggun.

Mereka tiba di ruang keluarga, tampak Hari Hutomo dan Willa Sartika sudah menunggu mereka.

"Selamat datang, Pak Darwin beserta keluarga. Perkenalkan, saya Hari Hutomo dan ini istri tercinta saya Willa Sartika. Silahkan duduk, sebentar lagi Handoko turun,"  sambut Hari ramah.

Darwin sekeluarga pun duduk di seberang Hari Hutomo dan keluarganya. Tak lama tampak seorang lelaki turun dari lantai dua. Lalu duduk berjejer dengan keluarga.

"Ini putra kami, Handoko Hutomo. Han, kenalkan mereka adalah keluarga Darwin," ucap Willa lembut.

Handoko pun sedikit menundukkan kepalanya, sebagai bentuk penghormatan. Lelaki itu memandangi satu persatu keluarga Darwin.

Diandra terkejut bahkan hampir berdiri namun, Meliana segera menahannya dan mengulas senyum serta menepuk punggung tangan adiknya itu tetapi, tatapan galak menyertai senyum itu.

"Baiklah biarkan anak-anak berkenalan. Pak Darwin, Bu Sisy, Nak Aris, mari kita ke kebun belakang supaya lebih santai. Ladies, tinggalkan mereka berdua," ujar Hari.

"Iya, Pa. Kami nyusul sebentar lagi," sahut Julia. 

Tentu saja itu adalah alasan.

Mereka berlima pun menuju taman belakang. Di sana tampak sebuah meja bulat yang penuh dengan makanan dan minuman.

Tinggallah kini Julia, Meliana, Handoko dan Diandra. Handoko duduk dengan menyandarkan bahu di sofa, menyilangkan kakinya lalu menatap sinis kepada Diandra. Di pandangi seperti itu, kesabaran Diandra pun habis.

"Heh, bulu ketek biawak. Kamu ngapain ngeliatin aku begitu? Kalah cantik kamu? Hah!" sergah Diandra marah.

Bagaimana reaksi Handoko?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Lihat, Pria Gemulai Itu Suamiku (Tamat)

    [Syarat? Apakah sulit? Apa itu?] tanya Diandra.[Tidak sulit, aku akan memberitahumu nanti jika sudah ku pikirkan,] jawab Jhon.Diandra tidak mengungkapkan isi pembicaraannya dengan Jhon beberapa waktu lalu. Dia khawatir jika nanti Dara dan kakaknya menolak untuk berbulan madu.Bosan berbincang, mereka kemudian membubarkan diri menuju kamar masing-masing. Diandra termenung seorang sendiri, dia memikirkan apa syarat yang akan diajukan oleh Jhon kepadanya.‘Kira-kira apa ya syaratnya? Kok aku jadi was-was, ya? Duh mana boleh aku berburuk sangka begini,’ pikir Diandra.Waktu berlalu, kini Diandra serta keluarga yang lainnya sudah berada di bandar udara. Mereka mengantar tiga pasang pengantin baru untuk berbulan madu.“Hati-hati selama di kampung orang. Jaga tata krama, patuh sama peraturan setempat,” pesan Darwin.Berbagai macam pesan pun mereka lontarkan untuk para pasangan yang akan berbulan madu. Pengumuman akan keberangkatan negara tujuan pun terdengar. Mereka berpelukan dan melepas

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Pernikahan Beruntun

    “Apaan sih teriak-teriak!’ sembur Sisy.Tampak Diandra berjalan kian kemari mencari sesuatu. Sesekali dia menggaruk kepalanyan lalu menarik rambutnya karena kesal sambil menggerutu.Keluarganya dan yang lain memperhatikan perangai Diandra yang terbilang ... ajaib. Bagaimana tidak, usai berteriak, dia hilir mudik sambil menggerutu. Berbagai pertanyaan juga diabaikan begitu saja tanpa menjawab.“Hei ... wajan ikan paus. Kamu ini kenapa sih? Duduk dulu coba, kepala kami pusing liat kamu mondar mandir gak karuan. Liat tuh Mama sama Papa lengkap sama keluarga inti melototin kamu dari tadi.” Dara mendudukkan Diandra di atas tempat tidur.“Anu ... cincin tunangan aku ilang. Kan mahal itu,” ungkap Diandra.Semua yang mendengar terkejut, bagaimana bisa Diandra seceroboh itu. Sisy menghampiri Diandra dan segera menjewer telinganya karena gemas.“Itu yang gantung di kalung kamu apa? Setan? Pagi-pagi bikin emosi jiwa aja deh. Bisa rusak perawatan mukaku gara-gara kelakuan edan kamu itu,” geram Si

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Memantapkan Hati

    “Entahlah, aku aja bingung sama perasaanku,” keluh Diandra.“Apa ... aku boleh memberi saran? Menurutku dia yang terbaik untukmu. Ini dari sudut pandangku sebagai lelaki, seandainya kau gagal dengannya aku bersedia menikahimu, hahaha,” ujar Jhon berseloroh.Diandra tergelak, di dalam hati dia menggerutu bagaimana bisa pernikahan dibuat gurauan. Baginya pernikahan sekali seumur hidup dan jangan sampai melakukan kesalahan.Usai makan siang, mereka kembali ke kantor Diandra. Tiba di kantor, dia mendapat kabar dari bagian produksi kalau pesanan pria asing itu sudah selesai. Mereka menuju ruang produksi, tampak empat buah busana sudah terpajang di sana. Jhon mengamati dengan rinci setiap jahitan dan juga polanya. Dia tersenyum puas dan mengagumi busana yang sudah dipesan tersebut. Lelaki itu merogoh saku dan mengambil benda pipih dari dalam, lalu menghubungi timnya agar mempersiapkan penerbang an kembali ke negara asalnya.“Aku sangat puas, rasanya tidak sabar untuk memamerkan karya ini d

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Dara Bertunangan

    Lelaki itu adalah Handoko. Dia menatap rumah Dara dengan tangan terkepal, wajah memerah menahan amarah. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan ke rumah Diandra.Sesampainya di sana, Mahendra dan keluarganya di sambut dengan hangat. Berbagai makan dan minuman sudah di sediakan dengan cepat, bahkan beberapa makanan ringan akan menyusul kemudian.Acara lamaran pun di mulai dengan sangat sederhana. Namun, terasa khidmat. Dara terharu dengan keluarga Diandra dan juga ketulusan dari Orangtua Leofrand. Tukar cincin pun usai, pernikahan akan di laksanakan tiga minggu kemudian.“Cieee, selamat ya. Udah laku aja nih,” seloroh Diandra.“Selamat untuk kalian berdua. Sebagai sahabat dari Diandra, aku akan memberikan hadiah berbulan madu di pulau pribadi milikku selama satu bulan,” ujar Jhon.Suasana terasa hangat. Beberapa kali Dara menyeka air mata yang selalu menetes, dan Leofrand perhatikan itu.Suguhan makanan ringan dan teh dengan kualitas terbaik pun di suguhkan, mereka sangat meni

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Nasihat Jhon

    Diandra menoleh ke arah sumber suara. Tampak olehnya lelaki asing tersebut berjalan ke arahnya.“Tuan Jhon? Saya kira Anda kembali ke hotel untuk beristirahat,” cakap Diandra dengan menggunakan bahasa asing.“Tidak, saya ingin tahu bagaimana pakaian yang luar biasa itu tercipta,” sahut Jhon.Diandra kemudian mengajak pria asing itu duduk di sebuah bangku panjang yang berada di sudut. Keduanya duduk di sana sambil mengamati pekerja yang sedang melaksakana tugasnya dengan serius.“Maaf jika aku lancang karena ini adalah ranah pribadi, apakah lelaki yang di rumah sakit tadi adalah tunanganmu?” tanya Jhon.Diandra menoleh sebentar, kemudian menatap lurus dan menceritakan kisah cintanya. Satu jam sudah Jhon menjadi pendengar setia tanpa menyela sepatah katapun.“Anda luar biasa. Di tengah drama hidup percintaan masih bersikap profesional, salut.” Jhon bertepuk tangan pelan.Senyum patah nan pahit terukir dari bibir Diandra.‘Orang bule ini aneh banget sih. Orang lagi galau begini malah di

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Bertemu Fikri

    “Apa aku boleh masuk? Enak bener makan sendirian ga ngajak-ngajak,” sapa Fikri.Diandra mengangguk sambil meneguk air karena batuk tersedak.“Aku duduk ya.” Fikri menutup pintu kemudian duduk di depan Diandra.Diandra segera membersihkan tangan dengan tisu, jantungnya berdebar dan suasana sedikit kaku karena kehadiran lelaki yang kini duduk di hadapannya.Fikri menatap lembut gadis yang diam-diam sangat di rindui selama beberapa bulan ini. Ingin rasanya dia memeluk tubuh Diandra, jika saja tidak melanggar peraturan agama yang di anut.Fikri segera menyadari kesalahannya. Duduk berdua dalam ruangan tertutup saja akan menimbulkan fitnah dan dosa. Dia kemudian mengajak Diandra duduk di sofa yang di peruntukkan bagi pelanggan.“Maaf aku tadi lancang. Kangen banget sama kamu, Di,” ungkap Fikri.Diandra diam saja. Hatinya memang berdebar saat lelaki yang pernah menjadi penghuni hati datang tiba-tiba. Dia juga tidak menampik jika bahagia datang begitu saja saat mendengar suara serta senyum t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status