Share

Kalem, Ladies

"Bangun ... Diandra!" teriak Sisy.

Wanita menggedor pintu kamar anak bungsunya itu. Seperti biasa, ritual membangunkan Diandra memang memakan waktu. Meski kamar tidak di kunci namun mereka tidak ada yang menerobos masuk ke kamar, jika tidak dalam keadaan darurat.

Kemudian terdengar suara pintu di buka dari dalam. Tampak lah wajah bangun tidur Diandra.

"Kamu ini, anak perawan bangun jam sepuluh. Cepat mandi sana kita mau ke salon," perintah Sisy.

Diandra hanya mengangguk, lalu kembali ke dalam kamar dengan pintu yang masih terbuka. Lalu menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai, gadis itu menutup pintu kamarnya. Lalu memilih pakaian yang akan di kenakan. Kaos oblong berwarna abu-abu dan celana pendek se lutut, berbahan jeans, menjadi pilihan. Kemudian keluar kamar menuju ruang tamu.

"Astagaaaa ... Begini pakaian kamu ke salon? Apa ga bisa pakai rok atau apalah yang mencerminkan kalau kamu itu perempuan," keluh Sisy kesal.

Dia resah melihat penampilan anaknya. Sementara Diandra hanya tersenyum.

"Gini juga keren kok, Ma. Masa ke salon kayak mau ke kondangan sih," tangkis gadis cantik itu.

Sisy malas menjawab kalimat anaknya itu. Kemudian mengajak Diandra untuk menuju mobil yang sudah menunggu mereka di depan. Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, mereka menuju salon langganan Sisy.

Perjalanan lima belas menit, mereka sampai di sebuah salon. Tempat itu nampak besar dan mewah. Ruang tunggu di buat sangat nyaman dan wangi juga tentunya.

Seorang pegawai menyambut mereka pun ramah. Diandra diberi minuman dan makanan ringan berupa keripik pisang karena itu sudah termasuk ke dalam tagihan biaya salon mereka nantinya.

Bukan Diandra, jika memakan makanannya dengan anggun. Suara kriuk renyah dari keripik itu mulai menggema di ruang tunggu itu. Bahkan saat minum pun terdengar suara tegukan. Sisy hanya bisa mendelikkan mata. Sayangnya Diandra tidak peduli.

"Nyonya Sisy, silahkan masuk," ucap salah seorang petugas yang berparas cantik dan anggun.

Sisy menarik lengan Diandra untuk masuk ke dalam. Melihat mulut gadis itu asik mengunyah, dengan geram Sisy mencubit tangan Diandra.

"Awwww ... Sakit loh ini, Bu Sisy," protes Diandra.

Gadis itu meringis kesakitan. Namun Sisy malah membelalakkan matanya semakin lebar. Diandra pun menunduk.

"Halo, Nyonya Sisy. Siapa yang akan melakukan perawatan?" tanya petugas itu.

"Ini anak saya Diandra. Tolong di lulur, di pijet juga. Perawatan mukanya yang paling bagus ya. Biar segar dan glowing gak dekil begini," jawab Sisy.

Diandra terbelalak, kemudian berusaha kabur. Sisy menarik tangannya dan memaksa untuk berganti pakaian yang sudah di sediakan oleh pihak salon. Sisy tetap di dalam ruangan itu mengawasi kalau-kalau berbuat ulah lagi.

Gadis itu di minta untuk tidur telungkup. Lilin aromaterapi pun dinyalakan, suara alunan musik pun mendayu-dayu.

Seorang petugas mulai memijat bahu Diandra dengan lembut. Memakai minyak zaitun dan campuran lainnya. Pijatan awal adalah bagian kepala Diandra, kemudian berpindah ke bagian tubuh yang lain.

"Nah enak, Mbak. Itu dikit lagi agak ke bawah, pegel banget itu. Nah bener," celetuk Diandra.

Sisy mendehem Diandra pun diam. Petugas itu hanya tersenyum. Dia yakin bahwa ini pasti pertama kali pelanggannya ini datang ke salon.

Pijatan lembut dan menenangkan itu membuat Diandra tertidur. Satu jam kemudian, petugas itu kembali membawa lulur. Lalu mengoleskan ke tubuh putri Sisy lalu memulai perawatan lulur. Diandra tidur dengan lelap karena menikmati pijatannya. Sisy membiarkan saja dengan terus membaca majalah mode.

Sisy membangunkan putrinya lalu meminta untuk membersihkan diri di sebuah bath up yang berisi air yang sangat wangi. Diandra pun menceburkan diri, sehingga air melimpah keluar membasahi lantai.

Tak lama petugas itu keluar, lalu membawa seseorang bersamanya. Kemudian membersihkan dan mengeringkan lantai. Petugas lain menambah air kemudian menuangkan kembali cairan wangi ke dalam bath tub.

Satu jam kemudian Diandra keluar. Gadis itu merasa tubuhnya terasa segar sekali. Kemudian Sisy mengajak ke ruangan lain. Disana perawatan wajah di mulai.

Total waktu perawatan itu adalah empat setengah jam. Memakan biaya sebesar tiga puluh lima juta rupiah. Mahal sekali bagi sebagian orang, namun tidak bagi Sisy. Setelah usai perawatan, wajah Diandra menjadi lebih cerah dan bercahaya. Kulitnya juga semakin halus serta tampak bersinar.

Sisy membayar biaya salon dengan sebuah kartu berwarna hitam lalu mengajak Diandra menuju butik. Sampai di sana ternyata Meliana sudah menunggu mereka.

"Ah, cantik sekali adikku ini. Sepertinya harus sering di bawa ke salon, Ma," puji Meliana.

"Ga mau, Kak. Masa setengah hari di salon doang mana mahal banget lagi. Buat beli mie ayam udah se gerobak selama dua minggu," tolak Diandra.

Meliana dan Sisy hanya tersenyum saja mendengar celotehan Diandra. Meliana mengajak mereka berdua masuk ke dalam ruang kerja butik itu.

Di dalam ruang kerja itu, sudah terpajang pada manekin tiga buah dress berbeda warna dan model. Yang pertama berwarna hijau muda, modelnya sederhana namun elegan, seperti pakaian khas bangsawan luar negeri dengan lengan baju sebatas siku.

Model kedua, berwarna merah muda. Panjangnya di bawah lutut, modelnya  seperti baju peri. Model terakhir berwarna hitam, sebatas lutut berlengan panjang dengan model balon pada bagian atas.

Ada tiga pasang sepatu hak tinggi atau di kenal dengan sebutan high heels. Juga tiga warna yaitu Hitam, putih dan merah muda.

Meliana meminta Diandra untuk memakai baju itu satu persatu. Untuk menilai yang sesuai dengan gadis muda itu. Setelah semua dicoba, ternyata baju berwarna hijau muda itu lebih cocok untuk Diandra.

Baju yang cocok sudah di dapatkan. Kini menyesuaikan sepatu. Yang cocok adalah berwarna hitam. Sisy meminta Diandra untuk berjalan.

"Waduh mana bisa, Ma. Ini sepatu apaan? Ga bisa gitu ganti sepatu kets atau apa kek," protes Diandra.

"Ga bisa. Ga cocok," tolak Sisy.

Diandra mulai berjalan, kaku dan oleng. Tangannya mengangkat baju yang dipakai, lalu melangkah lebar. Hingga kemudian Diandra hampir terjatuh. Sisy menepuk dahinya.

"Bukan lebar begitu jalannya, Diandra. Perhatikan Mama," titah Sisy.

Wanita yang masih nampak cantik itu pun mulai mencontohkan cara berjalan dengan anggun.

Diandra mengikuti cara berjalan Sisy namun, malah lebih mirip seperti raksasa berjalan. Meliana mengusap wajah dengan kedua tangannya.

Sisy keluar dari ruangan, lalu mencari sepatu berwarna putih dengan tapak datar dan sebuah tas kecil berwarna senada yang tampilannya manis sekali.

"Nih, kamu coba dulu pakai sepatu ini." Sisy berjalan menuju Diandra sambil menyodorkan sepatu yang baru.

"Nah ... Ini baru masuk alam, eh masuk akal," sahut Diandra sambil menerima sepatu itu.

Diandra memakai sepatu dengan mengangkat tinggi kakinya sehingga pakaian tersingkap, menampakkan bagian tubuh dan pakaian dalam.

"Aduuuh, Dek. Kamu bisa ga sih pake sepatu itu yang normal? Kaya perempuan biasanya. Anggun gitu. Bukan kaya laki-laki gitu, liat tuh paha sama pakean dalem kamu keliatan kemana-mana," gerutu Meliana kesal.

Kepala Sisy selalu saja berdenyut jika berurusan dengan anak bungsunya yang satu ini.

"Mungkin ini salah Mama waktu ngidam kali yah? Waktu itu ngidam telor ikan Lele yang hasil kawin dengan ikan Arwana," sesal Sisy.

"Widiiih, serem amat, Ma. Emang ngaruh gitu?" celetuk Diandra yang mendengar gumam ibunya.

"Enggak!" seru Sisy dan Meliana bersamaan.

Diandra terkejut karena ibu dan kakak nya itu setengah berteriak.

"Kalem ladies ga usah nge gas. Galak amat," gerundel Diandra.

"Ya sudah. Sekarang coba kamu jalan, sekalian bawa tas ini," pinta Sisy.

Wanita itu kemudian menyodorkan tas kecil kepada Diandra.

Diandra pun mencoba berjalan dengan sengaja menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Tampak lebih mirip orang terkena sakit encok daripada terlihat anggun. Sementara tas kecil itu, bukan ditenteng tetapi diusung seperti membawa sebuah karung berisi beras.

"Allahuakbar ..." ujar Sisy dan Meliana resah melihat tingkah Diandra.

Bagaimana pakaian Diandra si gadis tomboy itu besok malam? Berhasilkah usaha Sisy dan Meliana merubah penampilan Diandra?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status