Share

Kalem, Ladies

Author: Dinara Sofia
last update Last Updated: 2023-06-27 18:45:33

"Bangun ... Diandra!" teriak Sisy.

Wanita menggedor pintu kamar anak bungsunya itu. Seperti biasa, ritual membangunkan Diandra memang memakan waktu. Meski kamar tidak di kunci namun mereka tidak ada yang menerobos masuk ke kamar, jika tidak dalam keadaan darurat.

Kemudian terdengar suara pintu di buka dari dalam. Tampak lah wajah bangun tidur Diandra.

"Kamu ini, anak perawan bangun jam sepuluh. Cepat mandi sana kita mau ke salon," perintah Sisy.

Diandra hanya mengangguk, lalu kembali ke dalam kamar dengan pintu yang masih terbuka. Lalu menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai, gadis itu menutup pintu kamarnya. Lalu memilih pakaian yang akan di kenakan. Kaos oblong berwarna abu-abu dan celana pendek se lutut, berbahan jeans, menjadi pilihan. Kemudian keluar kamar menuju ruang tamu.

"Astagaaaa ... Begini pakaian kamu ke salon? Apa ga bisa pakai rok atau apalah yang mencerminkan kalau kamu itu perempuan," keluh Sisy kesal.

Dia resah melihat penampilan anaknya. Sementara Diandra hanya tersenyum.

"Gini juga keren kok, Ma. Masa ke salon kayak mau ke kondangan sih," tangkis gadis cantik itu.

Sisy malas menjawab kalimat anaknya itu. Kemudian mengajak Diandra untuk menuju mobil yang sudah menunggu mereka di depan. Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, mereka menuju salon langganan Sisy.

Perjalanan lima belas menit, mereka sampai di sebuah salon. Tempat itu nampak besar dan mewah. Ruang tunggu di buat sangat nyaman dan wangi juga tentunya.

Seorang pegawai menyambut mereka pun ramah. Diandra diberi minuman dan makanan ringan berupa keripik pisang karena itu sudah termasuk ke dalam tagihan biaya salon mereka nantinya.

Bukan Diandra, jika memakan makanannya dengan anggun. Suara kriuk renyah dari keripik itu mulai menggema di ruang tunggu itu. Bahkan saat minum pun terdengar suara tegukan. Sisy hanya bisa mendelikkan mata. Sayangnya Diandra tidak peduli.

"Nyonya Sisy, silahkan masuk," ucap salah seorang petugas yang berparas cantik dan anggun.

Sisy menarik lengan Diandra untuk masuk ke dalam. Melihat mulut gadis itu asik mengunyah, dengan geram Sisy mencubit tangan Diandra.

"Awwww ... Sakit loh ini, Bu Sisy," protes Diandra.

Gadis itu meringis kesakitan. Namun Sisy malah membelalakkan matanya semakin lebar. Diandra pun menunduk.

"Halo, Nyonya Sisy. Siapa yang akan melakukan perawatan?" tanya petugas itu.

"Ini anak saya Diandra. Tolong di lulur, di pijet juga. Perawatan mukanya yang paling bagus ya. Biar segar dan glowing gak dekil begini," jawab Sisy.

Diandra terbelalak, kemudian berusaha kabur. Sisy menarik tangannya dan memaksa untuk berganti pakaian yang sudah di sediakan oleh pihak salon. Sisy tetap di dalam ruangan itu mengawasi kalau-kalau berbuat ulah lagi.

Gadis itu di minta untuk tidur telungkup. Lilin aromaterapi pun dinyalakan, suara alunan musik pun mendayu-dayu.

Seorang petugas mulai memijat bahu Diandra dengan lembut. Memakai minyak zaitun dan campuran lainnya. Pijatan awal adalah bagian kepala Diandra, kemudian berpindah ke bagian tubuh yang lain.

"Nah enak, Mbak. Itu dikit lagi agak ke bawah, pegel banget itu. Nah bener," celetuk Diandra.

Sisy mendehem Diandra pun diam. Petugas itu hanya tersenyum. Dia yakin bahwa ini pasti pertama kali pelanggannya ini datang ke salon.

Pijatan lembut dan menenangkan itu membuat Diandra tertidur. Satu jam kemudian, petugas itu kembali membawa lulur. Lalu mengoleskan ke tubuh putri Sisy lalu memulai perawatan lulur. Diandra tidur dengan lelap karena menikmati pijatannya. Sisy membiarkan saja dengan terus membaca majalah mode.

Sisy membangunkan putrinya lalu meminta untuk membersihkan diri di sebuah bath up yang berisi air yang sangat wangi. Diandra pun menceburkan diri, sehingga air melimpah keluar membasahi lantai.

Tak lama petugas itu keluar, lalu membawa seseorang bersamanya. Kemudian membersihkan dan mengeringkan lantai. Petugas lain menambah air kemudian menuangkan kembali cairan wangi ke dalam bath tub.

Satu jam kemudian Diandra keluar. Gadis itu merasa tubuhnya terasa segar sekali. Kemudian Sisy mengajak ke ruangan lain. Disana perawatan wajah di mulai.

Total waktu perawatan itu adalah empat setengah jam. Memakan biaya sebesar tiga puluh lima juta rupiah. Mahal sekali bagi sebagian orang, namun tidak bagi Sisy. Setelah usai perawatan, wajah Diandra menjadi lebih cerah dan bercahaya. Kulitnya juga semakin halus serta tampak bersinar.

Sisy membayar biaya salon dengan sebuah kartu berwarna hitam lalu mengajak Diandra menuju butik. Sampai di sana ternyata Meliana sudah menunggu mereka.

"Ah, cantik sekali adikku ini. Sepertinya harus sering di bawa ke salon, Ma," puji Meliana.

"Ga mau, Kak. Masa setengah hari di salon doang mana mahal banget lagi. Buat beli mie ayam udah se gerobak selama dua minggu," tolak Diandra.

Meliana dan Sisy hanya tersenyum saja mendengar celotehan Diandra. Meliana mengajak mereka berdua masuk ke dalam ruang kerja butik itu.

Di dalam ruang kerja itu, sudah terpajang pada manekin tiga buah dress berbeda warna dan model. Yang pertama berwarna hijau muda, modelnya sederhana namun elegan, seperti pakaian khas bangsawan luar negeri dengan lengan baju sebatas siku.

Model kedua, berwarna merah muda. Panjangnya di bawah lutut, modelnya  seperti baju peri. Model terakhir berwarna hitam, sebatas lutut berlengan panjang dengan model balon pada bagian atas.

Ada tiga pasang sepatu hak tinggi atau di kenal dengan sebutan high heels. Juga tiga warna yaitu Hitam, putih dan merah muda.

Meliana meminta Diandra untuk memakai baju itu satu persatu. Untuk menilai yang sesuai dengan gadis muda itu. Setelah semua dicoba, ternyata baju berwarna hijau muda itu lebih cocok untuk Diandra.

Baju yang cocok sudah di dapatkan. Kini menyesuaikan sepatu. Yang cocok adalah berwarna hitam. Sisy meminta Diandra untuk berjalan.

"Waduh mana bisa, Ma. Ini sepatu apaan? Ga bisa gitu ganti sepatu kets atau apa kek," protes Diandra.

"Ga bisa. Ga cocok," tolak Sisy.

Diandra mulai berjalan, kaku dan oleng. Tangannya mengangkat baju yang dipakai, lalu melangkah lebar. Hingga kemudian Diandra hampir terjatuh. Sisy menepuk dahinya.

"Bukan lebar begitu jalannya, Diandra. Perhatikan Mama," titah Sisy.

Wanita yang masih nampak cantik itu pun mulai mencontohkan cara berjalan dengan anggun.

Diandra mengikuti cara berjalan Sisy namun, malah lebih mirip seperti raksasa berjalan. Meliana mengusap wajah dengan kedua tangannya.

Sisy keluar dari ruangan, lalu mencari sepatu berwarna putih dengan tapak datar dan sebuah tas kecil berwarna senada yang tampilannya manis sekali.

"Nih, kamu coba dulu pakai sepatu ini." Sisy berjalan menuju Diandra sambil menyodorkan sepatu yang baru.

"Nah ... Ini baru masuk alam, eh masuk akal," sahut Diandra sambil menerima sepatu itu.

Diandra memakai sepatu dengan mengangkat tinggi kakinya sehingga pakaian tersingkap, menampakkan bagian tubuh dan pakaian dalam.

"Aduuuh, Dek. Kamu bisa ga sih pake sepatu itu yang normal? Kaya perempuan biasanya. Anggun gitu. Bukan kaya laki-laki gitu, liat tuh paha sama pakean dalem kamu keliatan kemana-mana," gerutu Meliana kesal.

Kepala Sisy selalu saja berdenyut jika berurusan dengan anak bungsunya yang satu ini.

"Mungkin ini salah Mama waktu ngidam kali yah? Waktu itu ngidam telor ikan Lele yang hasil kawin dengan ikan Arwana," sesal Sisy.

"Widiiih, serem amat, Ma. Emang ngaruh gitu?" celetuk Diandra yang mendengar gumam ibunya.

"Enggak!" seru Sisy dan Meliana bersamaan.

Diandra terkejut karena ibu dan kakak nya itu setengah berteriak.

"Kalem ladies ga usah nge gas. Galak amat," gerundel Diandra.

"Ya sudah. Sekarang coba kamu jalan, sekalian bawa tas ini," pinta Sisy.

Wanita itu kemudian menyodorkan tas kecil kepada Diandra.

Diandra pun mencoba berjalan dengan sengaja menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Tampak lebih mirip orang terkena sakit encok daripada terlihat anggun. Sementara tas kecil itu, bukan ditenteng tetapi diusung seperti membawa sebuah karung berisi beras.

"Allahuakbar ..." ujar Sisy dan Meliana resah melihat tingkah Diandra.

Bagaimana pakaian Diandra si gadis tomboy itu besok malam? Berhasilkah usaha Sisy dan Meliana merubah penampilan Diandra?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Lihat, Pria Gemulai Itu Suamiku (Tamat)

    [Syarat? Apakah sulit? Apa itu?] tanya Diandra.[Tidak sulit, aku akan memberitahumu nanti jika sudah ku pikirkan,] jawab Jhon.Diandra tidak mengungkapkan isi pembicaraannya dengan Jhon beberapa waktu lalu. Dia khawatir jika nanti Dara dan kakaknya menolak untuk berbulan madu.Bosan berbincang, mereka kemudian membubarkan diri menuju kamar masing-masing. Diandra termenung seorang sendiri, dia memikirkan apa syarat yang akan diajukan oleh Jhon kepadanya.‘Kira-kira apa ya syaratnya? Kok aku jadi was-was, ya? Duh mana boleh aku berburuk sangka begini,’ pikir Diandra.Waktu berlalu, kini Diandra serta keluarga yang lainnya sudah berada di bandar udara. Mereka mengantar tiga pasang pengantin baru untuk berbulan madu.“Hati-hati selama di kampung orang. Jaga tata krama, patuh sama peraturan setempat,” pesan Darwin.Berbagai macam pesan pun mereka lontarkan untuk para pasangan yang akan berbulan madu. Pengumuman akan keberangkatan negara tujuan pun terdengar. Mereka berpelukan dan melepas

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Pernikahan Beruntun

    “Apaan sih teriak-teriak!’ sembur Sisy.Tampak Diandra berjalan kian kemari mencari sesuatu. Sesekali dia menggaruk kepalanyan lalu menarik rambutnya karena kesal sambil menggerutu.Keluarganya dan yang lain memperhatikan perangai Diandra yang terbilang ... ajaib. Bagaimana tidak, usai berteriak, dia hilir mudik sambil menggerutu. Berbagai pertanyaan juga diabaikan begitu saja tanpa menjawab.“Hei ... wajan ikan paus. Kamu ini kenapa sih? Duduk dulu coba, kepala kami pusing liat kamu mondar mandir gak karuan. Liat tuh Mama sama Papa lengkap sama keluarga inti melototin kamu dari tadi.” Dara mendudukkan Diandra di atas tempat tidur.“Anu ... cincin tunangan aku ilang. Kan mahal itu,” ungkap Diandra.Semua yang mendengar terkejut, bagaimana bisa Diandra seceroboh itu. Sisy menghampiri Diandra dan segera menjewer telinganya karena gemas.“Itu yang gantung di kalung kamu apa? Setan? Pagi-pagi bikin emosi jiwa aja deh. Bisa rusak perawatan mukaku gara-gara kelakuan edan kamu itu,” geram Si

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Memantapkan Hati

    “Entahlah, aku aja bingung sama perasaanku,” keluh Diandra.“Apa ... aku boleh memberi saran? Menurutku dia yang terbaik untukmu. Ini dari sudut pandangku sebagai lelaki, seandainya kau gagal dengannya aku bersedia menikahimu, hahaha,” ujar Jhon berseloroh.Diandra tergelak, di dalam hati dia menggerutu bagaimana bisa pernikahan dibuat gurauan. Baginya pernikahan sekali seumur hidup dan jangan sampai melakukan kesalahan.Usai makan siang, mereka kembali ke kantor Diandra. Tiba di kantor, dia mendapat kabar dari bagian produksi kalau pesanan pria asing itu sudah selesai. Mereka menuju ruang produksi, tampak empat buah busana sudah terpajang di sana. Jhon mengamati dengan rinci setiap jahitan dan juga polanya. Dia tersenyum puas dan mengagumi busana yang sudah dipesan tersebut. Lelaki itu merogoh saku dan mengambil benda pipih dari dalam, lalu menghubungi timnya agar mempersiapkan penerbang an kembali ke negara asalnya.“Aku sangat puas, rasanya tidak sabar untuk memamerkan karya ini d

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Dara Bertunangan

    Lelaki itu adalah Handoko. Dia menatap rumah Dara dengan tangan terkepal, wajah memerah menahan amarah. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan ke rumah Diandra.Sesampainya di sana, Mahendra dan keluarganya di sambut dengan hangat. Berbagai makan dan minuman sudah di sediakan dengan cepat, bahkan beberapa makanan ringan akan menyusul kemudian.Acara lamaran pun di mulai dengan sangat sederhana. Namun, terasa khidmat. Dara terharu dengan keluarga Diandra dan juga ketulusan dari Orangtua Leofrand. Tukar cincin pun usai, pernikahan akan di laksanakan tiga minggu kemudian.“Cieee, selamat ya. Udah laku aja nih,” seloroh Diandra.“Selamat untuk kalian berdua. Sebagai sahabat dari Diandra, aku akan memberikan hadiah berbulan madu di pulau pribadi milikku selama satu bulan,” ujar Jhon.Suasana terasa hangat. Beberapa kali Dara menyeka air mata yang selalu menetes, dan Leofrand perhatikan itu.Suguhan makanan ringan dan teh dengan kualitas terbaik pun di suguhkan, mereka sangat meni

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Nasihat Jhon

    Diandra menoleh ke arah sumber suara. Tampak olehnya lelaki asing tersebut berjalan ke arahnya.“Tuan Jhon? Saya kira Anda kembali ke hotel untuk beristirahat,” cakap Diandra dengan menggunakan bahasa asing.“Tidak, saya ingin tahu bagaimana pakaian yang luar biasa itu tercipta,” sahut Jhon.Diandra kemudian mengajak pria asing itu duduk di sebuah bangku panjang yang berada di sudut. Keduanya duduk di sana sambil mengamati pekerja yang sedang melaksakana tugasnya dengan serius.“Maaf jika aku lancang karena ini adalah ranah pribadi, apakah lelaki yang di rumah sakit tadi adalah tunanganmu?” tanya Jhon.Diandra menoleh sebentar, kemudian menatap lurus dan menceritakan kisah cintanya. Satu jam sudah Jhon menjadi pendengar setia tanpa menyela sepatah katapun.“Anda luar biasa. Di tengah drama hidup percintaan masih bersikap profesional, salut.” Jhon bertepuk tangan pelan.Senyum patah nan pahit terukir dari bibir Diandra.‘Orang bule ini aneh banget sih. Orang lagi galau begini malah di

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Bertemu Fikri

    “Apa aku boleh masuk? Enak bener makan sendirian ga ngajak-ngajak,” sapa Fikri.Diandra mengangguk sambil meneguk air karena batuk tersedak.“Aku duduk ya.” Fikri menutup pintu kemudian duduk di depan Diandra.Diandra segera membersihkan tangan dengan tisu, jantungnya berdebar dan suasana sedikit kaku karena kehadiran lelaki yang kini duduk di hadapannya.Fikri menatap lembut gadis yang diam-diam sangat di rindui selama beberapa bulan ini. Ingin rasanya dia memeluk tubuh Diandra, jika saja tidak melanggar peraturan agama yang di anut.Fikri segera menyadari kesalahannya. Duduk berdua dalam ruangan tertutup saja akan menimbulkan fitnah dan dosa. Dia kemudian mengajak Diandra duduk di sofa yang di peruntukkan bagi pelanggan.“Maaf aku tadi lancang. Kangen banget sama kamu, Di,” ungkap Fikri.Diandra diam saja. Hatinya memang berdebar saat lelaki yang pernah menjadi penghuni hati datang tiba-tiba. Dia juga tidak menampik jika bahagia datang begitu saja saat mendengar suara serta senyum t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status