Home / Romansa / Pria Gemulai Itu Suamiku / Tunggu pembalasanku

Share

Tunggu pembalasanku

Author: Dinara Sofia
last update Last Updated: 2023-06-21 22:07:05

Leofrand pun kembali melajukan mobilnya, meninggalkan rumah Diandra.

Lelaki itu kembali ke rumahnya. Hilang sudah keinginannya untuk kembali ke diskotik itu. Sesampainya di rumah, dirinya melihat ayahnya belum tidur. Masih nampak sibuk dengan pekerjaan dengan laptop di depannya.

"Dari mana kamu? Gimana dengan anak bungsu Darwin? Apa kamu sudah berhasil mendekatinya?" tanya Mahendra, ayah Leofrand.

"Sejauh ini baru aja kenalan Pa. Anak itu persis seperti informasi yang Papa berikan. Gadis aneh dan unik," jawab Leofrand.

Mahendra pun merapikan kertas-kertas yang berada di mejanya. Lalu mengajak Leofrand untuk beristirahat, karena besok ada presentasi penting, merebut tender besar untuk perusahaan mereka.

Di dalam kamar, Leofrand tidak bisa tidur. Lelaki itu selalu terbayang wajah Diandra dan tingkah konyolnya itu. Lalu tersenyum sendiri. Dua jam setelahnya akhirnya tertidur.

Matahari mulai menyembul malu-malu dari peraduannya. Beberapa burung gereja berkejaran, hinggap di balkon kamar Leofrand. Suara bising burung itu, membangunkan lelaki itu.

"Sudah pagi ternyata," gumamnya. Kemudian beranjak dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi. Untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai, lelaki itu melangkah menuju sebuah ruangan yang masih berada di dalam kamarnya. Di dalamnya terdapat banyak sekali pakaian yang di gantung rapi. Pada bagian bawah, terdapat laci dengan kaca di bagian atasnya sehingga nampak isi dalam laci tersebut. Di dalam laci itu banyak dasi yang tersusun rapi, dua buah laci setelahnya berisi jam tangan dan tiga buah laci di sudut, berisi pakaian dalam serta kaus kaki.

Lelaki itu pun memilih pakaian yang akan dipakainya. Lalu memilih dasi, kaus kaki serta jam tangan yang akan dikenakannya. Terakhir, memilih salah satu jas dari puluhan jas yang menggantung. Lelaki itu mematut dirinya di sebuah cermin besar, mengagumi penampilan dan wajah tampannya itu. Merasa sudah puas dengan penampilannya dirinya pun keluar dari ruangan itu.

Di dekat pintu kamar terdapat sebuah lemari dengan tinggi satu meter dan panjang tiga meter. Bagian depan terdapat kaca transparan yang menampakkan banyak sekali sepatu berbagai macam jenis yang tersusun rapi. Kemudian memilih salah satu, lalu mengenakan kaus kaki dan sepatu yang sudah dipilihnya kemudian berjalan keluar dari kamar.

"Selamat pagi, Pa, Ma," sapa Leofrand, sambil mencium pipi ibunya.

Ibu Leofrand bernama Agnes. Berdarah campuran Tionghoa dan Jawa.

"Pagi juga sayang. Kamu cakep banget hari ini, mau rapat?" tanya Agnes.

Leofrand menjelaskan kepada ibunya, bahwa hari ini akan menghadiri rapat untuk presentasi tender besar yang akan dia dan ayahnya tangani.

Setelah berbincang sejenak, mereka pun mulai memakan sarapan yang sudah disajikan. Usai sarapan, Leofrand dan ayahnya, Mahendra, berjalan menuju mobil dan melajukannya ke sebuah gedung dimana mereka akan berebut tender itu.

Saat mereka memasuki ruangan, Darwin sudah duduk disana. Nampak sibuk dengan laptopnya. Mahendra memandangnya sinis, sementara yang dipandangi tidak melihat tatapan itu.

Tak lama, beberapa orang berpenampilan perlente mulai memenuhi ruangan itu. Jaka, seorang asisten pribadi dari pemilik grup Neo sebagai penyelenggara tender, mempersilahkan vendor untuk mempresentasikan tawaran mereka. Leofrand mendapat urutan kedua untuk melakukan presentasi tawarannya, sementara Darwin menjadi yang terakhir dari lima vendor yang hadir.

Menit ke empat puluh pun terlewati. Kini giliran Darwin untuk mempresentasikan tawarannya.

"Baik, terima kasih. Kami akan mengumumkan hasil pemenang tender satu jam ke depan, melalui sebuah pesan elektronik," tutur Jaka.

Kemudian satu persatu mereka meninggalkan ruangan itu. Saat Darwin keluar, nampak Mahendra sudah menunggunya.

"Sudahlah, Darwin. Sebaiknya kamu mundur saja, proyek ini terlalu besar untukmu," cibir Mahendra.

Darwin hanya tersenyum lalu berjalan mengabaikan mereka berdua. Lalu membetulkan celana bagian belakangnya, seperti ada yang terselip. Sepertinya kita sudah tahu dari mana sumber sikap Diandra yang ajaib itu.

Mahendra nampak kesal dengan ulah Darwin yang dianggap mengejeknya itu.

"Huh, tunggu saja. Sebentar lagi, anakku akan menghancurkan hati anak kesayangan mu itu, hahahaha," cetus Mahendra.

Keduanya pun tertawa.

* * *

Sementara itu di tempat lain, di sebuah taman tepatnya. Nampak dua orang gadis sedang yang sedikit aneh. Bagaimana tidak, seorang gadis membonceng yang lainnya, sementara gadis yang di bonceng, nampak memegangi sepeda, bukan di naiki.

"Stop. Kita berhenti di sini yuk, tepat di depan danau," saran seorang gadis yang sedang di bonceng.

Gadis itu menghentikan sepedanya. Kemudian berjalan, lalu duduk meninggalkan temannya yang nampak kesusahan turun dari sepeda itu.

"Dasar ga punya perasaan! Udah tau repot begini bukannya di bantu, malah di tinggal, semprul," gerutu Diandra.

Setelah selesai dengan sepeda, Diandra pun mendekati Dara sahabatnya itu dan duduk di sebelahnya. Tak lama penjual kue mendekati mereka, dan menawarkan dagangannya. Mereka berdua pun memilih makanan kesukaan masing-masing. Tak lupa membeli air mineral juga.

Dara Kadita Saraswati, begitulah nama sahabat Diandra yang cantik itu. Sikapnya dingin, sulit tersenyum, acuh tetapi di balik itu, Dara gadis yang cerdas dan berhati lembut. Diandra dan Dara sedang menikmati makanan mereka. Tiba-tiba sepeda meluncur dengan kencang ke arah mereka. Dara terkejut dan menendang sepeda itu sekuat tenaga. Hasilnya sepeda itu kini tenggelam di danau.

Nampak seorang lelaki berenang ke tepi danau. Kemudian berjalan ke arah Diandra dengan marah.

"Hei! Kamu mau bunuh aku ya!" hardik lelaki itu.

"Heh, Domo. Itu mulut di kepang dulu sebelum ngomong. Kamu itu hampir aja bikin kami celaka tau ga," keluh Diandra.

Sementara Dara duduk kembali menikmati makanannya. Domo dan Diandra yang sedang bertengkar itu seperti musik pengiring baginya.

"Kamu itu dimana-mana selalu saja membuat kekacauan!" bentak Domo, bukan, Handoko marah.

"Heloooow, bukannya kamu yang doyan cari masalah? Pake acara cosplay segala," balas Diandra.

Handoko malas beradu mulut dengan Diandra. Lelaki itu kini kembali menuju pinggiran danau, memeriksa sepedanya, apakah masih bisa di selamatkan atau tidak.

Tepat saat Handoko melihat ke arah danau dengan membungkukkan tubuhnya, Dara kembali menendang Handoko hingga tercebur ke dalam danau itu sekali lagi.

Dara bergegas menaiki sepedanya dan mengayuhnya dengan cepat. Melihat sahabatnya kabur, Diandra juga segera menuju sepedanya dan pergi dari tempat itu.

Mereka berdua akhirnya sampai di tempat yang mereka rasa aman.

"Dasar gila kamu, kasian tau si Domo, pantas saja tidak ada lelaki yang mau mendekati mu, hahaha," seloroh Diandra.

"Cih, bukankah kita memiliki persamaan? Hingga kita bisa sedekat ini," balas Dara.

Diandra pun tertawa. Benar apa yang dikatakan sahabat nya itu. Tidak ada lelaki yang mau mendekati mereka karena tingkah dan penampilan mereka yang di luar nalar. Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Dara mengantar Diandra menggunakan mobilnya.

"Dasar cewek gila. Aku selalu saja sial jika bertemu gadis tomboy urakan itu," gerundel Handoko.

Kemudian dirinya kembali pulang ke rumahnya, dalam keadaan basah kuyup. Sepanjang jalan, Handoko cemberut. Hatinya merasa sangat kesal bukan main.

"Gadis tomboy, lihat saja pembalasan ku nanti!"  tekadnya Handoko sambil memukul stir mobilnya dengan tangan kirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Lihat, Pria Gemulai Itu Suamiku (Tamat)

    [Syarat? Apakah sulit? Apa itu?] tanya Diandra.[Tidak sulit, aku akan memberitahumu nanti jika sudah ku pikirkan,] jawab Jhon.Diandra tidak mengungkapkan isi pembicaraannya dengan Jhon beberapa waktu lalu. Dia khawatir jika nanti Dara dan kakaknya menolak untuk berbulan madu.Bosan berbincang, mereka kemudian membubarkan diri menuju kamar masing-masing. Diandra termenung seorang sendiri, dia memikirkan apa syarat yang akan diajukan oleh Jhon kepadanya.‘Kira-kira apa ya syaratnya? Kok aku jadi was-was, ya? Duh mana boleh aku berburuk sangka begini,’ pikir Diandra.Waktu berlalu, kini Diandra serta keluarga yang lainnya sudah berada di bandar udara. Mereka mengantar tiga pasang pengantin baru untuk berbulan madu.“Hati-hati selama di kampung orang. Jaga tata krama, patuh sama peraturan setempat,” pesan Darwin.Berbagai macam pesan pun mereka lontarkan untuk para pasangan yang akan berbulan madu. Pengumuman akan keberangkatan negara tujuan pun terdengar. Mereka berpelukan dan melepas

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Pernikahan Beruntun

    “Apaan sih teriak-teriak!’ sembur Sisy.Tampak Diandra berjalan kian kemari mencari sesuatu. Sesekali dia menggaruk kepalanyan lalu menarik rambutnya karena kesal sambil menggerutu.Keluarganya dan yang lain memperhatikan perangai Diandra yang terbilang ... ajaib. Bagaimana tidak, usai berteriak, dia hilir mudik sambil menggerutu. Berbagai pertanyaan juga diabaikan begitu saja tanpa menjawab.“Hei ... wajan ikan paus. Kamu ini kenapa sih? Duduk dulu coba, kepala kami pusing liat kamu mondar mandir gak karuan. Liat tuh Mama sama Papa lengkap sama keluarga inti melototin kamu dari tadi.” Dara mendudukkan Diandra di atas tempat tidur.“Anu ... cincin tunangan aku ilang. Kan mahal itu,” ungkap Diandra.Semua yang mendengar terkejut, bagaimana bisa Diandra seceroboh itu. Sisy menghampiri Diandra dan segera menjewer telinganya karena gemas.“Itu yang gantung di kalung kamu apa? Setan? Pagi-pagi bikin emosi jiwa aja deh. Bisa rusak perawatan mukaku gara-gara kelakuan edan kamu itu,” geram Si

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Memantapkan Hati

    “Entahlah, aku aja bingung sama perasaanku,” keluh Diandra.“Apa ... aku boleh memberi saran? Menurutku dia yang terbaik untukmu. Ini dari sudut pandangku sebagai lelaki, seandainya kau gagal dengannya aku bersedia menikahimu, hahaha,” ujar Jhon berseloroh.Diandra tergelak, di dalam hati dia menggerutu bagaimana bisa pernikahan dibuat gurauan. Baginya pernikahan sekali seumur hidup dan jangan sampai melakukan kesalahan.Usai makan siang, mereka kembali ke kantor Diandra. Tiba di kantor, dia mendapat kabar dari bagian produksi kalau pesanan pria asing itu sudah selesai. Mereka menuju ruang produksi, tampak empat buah busana sudah terpajang di sana. Jhon mengamati dengan rinci setiap jahitan dan juga polanya. Dia tersenyum puas dan mengagumi busana yang sudah dipesan tersebut. Lelaki itu merogoh saku dan mengambil benda pipih dari dalam, lalu menghubungi timnya agar mempersiapkan penerbang an kembali ke negara asalnya.“Aku sangat puas, rasanya tidak sabar untuk memamerkan karya ini d

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Dara Bertunangan

    Lelaki itu adalah Handoko. Dia menatap rumah Dara dengan tangan terkepal, wajah memerah menahan amarah. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan ke rumah Diandra.Sesampainya di sana, Mahendra dan keluarganya di sambut dengan hangat. Berbagai makan dan minuman sudah di sediakan dengan cepat, bahkan beberapa makanan ringan akan menyusul kemudian.Acara lamaran pun di mulai dengan sangat sederhana. Namun, terasa khidmat. Dara terharu dengan keluarga Diandra dan juga ketulusan dari Orangtua Leofrand. Tukar cincin pun usai, pernikahan akan di laksanakan tiga minggu kemudian.“Cieee, selamat ya. Udah laku aja nih,” seloroh Diandra.“Selamat untuk kalian berdua. Sebagai sahabat dari Diandra, aku akan memberikan hadiah berbulan madu di pulau pribadi milikku selama satu bulan,” ujar Jhon.Suasana terasa hangat. Beberapa kali Dara menyeka air mata yang selalu menetes, dan Leofrand perhatikan itu.Suguhan makanan ringan dan teh dengan kualitas terbaik pun di suguhkan, mereka sangat meni

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Nasihat Jhon

    Diandra menoleh ke arah sumber suara. Tampak olehnya lelaki asing tersebut berjalan ke arahnya.“Tuan Jhon? Saya kira Anda kembali ke hotel untuk beristirahat,” cakap Diandra dengan menggunakan bahasa asing.“Tidak, saya ingin tahu bagaimana pakaian yang luar biasa itu tercipta,” sahut Jhon.Diandra kemudian mengajak pria asing itu duduk di sebuah bangku panjang yang berada di sudut. Keduanya duduk di sana sambil mengamati pekerja yang sedang melaksakana tugasnya dengan serius.“Maaf jika aku lancang karena ini adalah ranah pribadi, apakah lelaki yang di rumah sakit tadi adalah tunanganmu?” tanya Jhon.Diandra menoleh sebentar, kemudian menatap lurus dan menceritakan kisah cintanya. Satu jam sudah Jhon menjadi pendengar setia tanpa menyela sepatah katapun.“Anda luar biasa. Di tengah drama hidup percintaan masih bersikap profesional, salut.” Jhon bertepuk tangan pelan.Senyum patah nan pahit terukir dari bibir Diandra.‘Orang bule ini aneh banget sih. Orang lagi galau begini malah di

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Bertemu Fikri

    “Apa aku boleh masuk? Enak bener makan sendirian ga ngajak-ngajak,” sapa Fikri.Diandra mengangguk sambil meneguk air karena batuk tersedak.“Aku duduk ya.” Fikri menutup pintu kemudian duduk di depan Diandra.Diandra segera membersihkan tangan dengan tisu, jantungnya berdebar dan suasana sedikit kaku karena kehadiran lelaki yang kini duduk di hadapannya.Fikri menatap lembut gadis yang diam-diam sangat di rindui selama beberapa bulan ini. Ingin rasanya dia memeluk tubuh Diandra, jika saja tidak melanggar peraturan agama yang di anut.Fikri segera menyadari kesalahannya. Duduk berdua dalam ruangan tertutup saja akan menimbulkan fitnah dan dosa. Dia kemudian mengajak Diandra duduk di sofa yang di peruntukkan bagi pelanggan.“Maaf aku tadi lancang. Kangen banget sama kamu, Di,” ungkap Fikri.Diandra diam saja. Hatinya memang berdebar saat lelaki yang pernah menjadi penghuni hati datang tiba-tiba. Dia juga tidak menampik jika bahagia datang begitu saja saat mendengar suara serta senyum t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status