Share

Rencana perjodohan

Penulis: Dinara Sofia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-27 15:21:16

"Diandra ini kemana, sih. Udah sore begini belum pulang juga," resah Sisy.

Wanita itu terus menatap ke arah pintu masuk.

"Non Diandra biasanya sebentar lagi pulang, Nyonya," ucap Bi Munih.

Kemudian Sisy menuju ruang keluarga dan duduk di sana. Lima menit kemudian, kembali gelisah. Anak bungsu kesayangan tetap juga belum tampak batang hidungnya.

"Assalamualaikum, selamat petang pemirsa," sapa Diandra.

Gadis itu melepas sepatunya, lalu melemparkan begitu saja ke sembarang arah.

"Wa'alaikumussalam. Diandra, kamu ambil gak sepatu kamu itu! Simpan di rak, atau Mama buang!" perintah Sisy.

Dia kesal dengan tingkah laku putri bungsunya itu. Diandra pun segera menuruti perintah ibunya itu, dengan memungut kembali sepatu yang sudah di lemparkan sembarangan itu, kemudian meletakkan di rak sepatu.

"Mama, mau minta tolong sama kamu. Anterin ke butik ada perlu," titah Sisy.

"Boleh, Ma. Syaratnya pakai motor ya. Sama si Bejo," sahut Diandra.

Sisy menimbang sejenak. Dirinya sangat jarang, bahkan nyaris tidak pernah keluar memakai motor atau dibonceng sepeda motor. Namun karena ada pertemuan mendadak mau tidak mau dia harus setuju.

"Ga bahaya, tah?" tanya Sisy.

"Yo, bahaya," jawab Diandra asal.

Sisy menepuk bahu Diandra kesal. Memang anak bungsunya ini jarang sekali bisa di ajak berbicara dengan serius.

Gadis itu menyerahkan pelindung kepala atau biasa di kenal dengan  sebutan helm kepada Sisy. Lalu memakai helm untuknya juga. Setelah selesai Diandra melajukan sepeda motor menuju butik.

Di sepanjang jalan Sisy berteriak ketakutan. Bagaimana tidak, Diandra melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang cenderung tinggi, kemudian menyalip mobil dan motor lainnya sesukanya.

Sesampainya di halaman parkir butik, Sisy memarahi putrinya itu. Diandra mendengar omelan sang ibu dengan menundukkan kepalanya.

"Sudahlah, Mama itu seneng bener mempermasalahkan masalah yang tidak terlalu bermasalah karena dengan begitu, masalah yang sedang menjadi masalah akan lebih bermasalah," balas Diandra tidak mau kalah.

"Udah ah, pusing Mama ngomong sama kamu. Nanti Mama pulang sendiri, kamu langsung pulang aja," perintah Sisy.

Wanita itu kemudian masuk ke dalam butik. Meninggalkan Diandra sendirian di tempat parkir.

Diandra pun tertawa, kemudian melajukan sepeda motor menuju rumah milik kedua orangtua nya.

"Maaf, sudah menunggu lama?" tanya  Sisy dengan perasaan tidak enak.

"Belum, Tante Sisy. Baru juga tiga puluh menit," jawab Julia.

Kemudian Sisy mengajak Julia, tamunya itu untuk berbicara di dalam kantor saja. Supaya lebih leluasa.

"Tante sudah dengar dari Meliana, apa kalian serius dengan rencana itu? Julia sudah tahu kan Diandra itu bagaimana. Menurutku, sedikit mengkhawatirkan jika menjodohkan mereka," beber Sisy.

"Saya dan Meli yakin. Kami berusaha untuk memperbaiki kepribadian keduanya yang terbalik. Handoko berada di tangan yang tepat," tandas Julia yakin.

Sisy masih mengkhawatirkan tingkah laku putri bungsunya itu. Keluarga Julia bukanlah yang bisa di singgung. Jika ini terjadi tentu akan berimbas pada bisnis Darwin.

Julia seperti memahami pikiran Sisy. Kemudian dia menjelaskan bahwa akan merundingkan tentang hal perjodohan ini dan berjanji tidak akan berpengaruh apapun jika seandainya gagal.

Sisy menghembuskan nafas lega. Kemudian mengatakan kapan pun siap jika keluarga Hutomo akan mengadakan pertemuan keluarga terlebih dahulu. Satu jam berlalu, pembicaraan mereka pun selesai. Julia mengantarkan Sisy kembali ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Julia mendengar suara tawa dari adik dan kedua orangtuanya.

"Waaah, sepertinya seru sekali. Ada apa ini?" tanya Julia sambil mencium pipi ibunya.

 Willa pun menceritakan kisahnya di masa kecil dulu. Ketika dirinya semasa kecil di kejar seekor anjing dan nekat memanjat pohon, namun tak bisa untuk turun dan hampir tiga jam berada di atas pohon lalu menangis ketakutan.

Julia pun ikut tertawa. Kemudian gadis itu menyampaikan kepada kedua orang tuanya, untuk menjodohkan Handoko dengan putri bungsu dari Darwin.

Handoko menanggapi dengan sikap dingin. Raut tidak suka tergambar di wajahnya.

"Darwin? Aku pernah mendengarnya. Dia lelaki yang baik, tegas serta jujur. Papa menyukainya. Anak-anaknya juga punya masa depan yang bagus. Kalau tidak salah, Meliana sahabatmu kan? Ma, sebaiknya kita atur saja pertemuan keluarga secepatnya," pinta Hari.

"Nanti Mama atur harinya. Tiga hari dari sekarang sepertinya bagus," sambung Willa.

Julia pun mengatakan akan menghubungi pihak Darwin segera dan mempertemukan calon tunangan Handoko.

"Tuan, Nyonya. Makan malam sudah siap," ujar Bi Surti.

Mereka ber empat pun berjalan menuju meja makan. Bi Surti sudah menghidangkan semua makanan di meja makan. Peralatan makan pun sudah tersusun rapi.

Mereka kemudian mulai makan malam. Tidak ada pembicaraan selama makan malam berlangsung. Hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring yang terdengar.

Hari ini semua menjalani aktivitas seperti biasa. Termasuk Diandra, pagi ini gadis itu sudah tiba di butiknya. Diandra nampak sibuk dengan pembukuan. Banyak tagihan yang harus di urus, termasuk gaji karyawan yang harus dibayarkan sore ini.

Diandra tenggelam dengan kesibukannya. Hingga pukul delapan malam, ponselnya berdering. Sang Ratu, demikian nama yang tertera pada ponselnya. Tentu saja itu adalah nomor ponsel Sisy, ibu Diandra.

"Assalamualaikum, Ma. Ada apa?" tanya Diandra.

"Wa'alaikumussalam, kamu kok belum pulang, Nak. Ini sudah jam delapan loh," jawab Sisy.

Diandra pun mengatakan, bahwa dirinya akan pulang setengah jam lagi. Gadis itu kini bersiap untuk pulang ke rumah. Tampak karyawan sedang bergurau sambil menutup butik itu.

  "Terima kasih atas kerja samanya hari ini, semangat habiskan uang gaji ya, hahaha," seloroh Diandra.

  Mereka pun tertawa, satu persatu karyawan sudah meninggalkan butik. Diandra adalah orang terakhir. Tak butuh waktu lama gadis itu sudah sampai di rumahnya.

"Di, sini sebentar, Nak. Ada yang mau kami bicarakan," panggil Sisy.

Diandra pun mendekati kedua orang tua dan kedua kakaknya. Lalu duduk di samping Meliana.

"Diandra, besok malam kita mau ke rumah pengusaha besar. Papa harap kamu gak buat ulah di sana," kata Darwin serius.

"Jaga sikap kamu, Mama sudah siapkan pakaian yang bakal kamu pakai besok malam," imbuh Sisy.

Diandra hanya diam. Memandang wajah kedua orang tua dan kedua kakaknya dengan tatapan bingung.

"Eheem ... Jadi gini, Dek, besok itu pertemuan keluarga. Kami berniat menjodohkan kamu sama anak bungsu dari keluarga itu," ungkap Aris.

Diandra tiba-tiba berdiri. Namun tangannya di tarik oleh Meliana agar duduk kembali.

Gadis itu termenung. Kemudian tersenyum dan mengatakan setuju dengan rencana keluarganya itu. Diandra memang tampak urakan tetapi dia adalah anak yang penurut. Meski sering bertindak sesuka hati.

Setelah selesai, Diandra pun pamit untuk ke kamarnya. Kedua orang tuanya mengangguk, gadis itu pun berlalu menuju kamar.

Sesampainya di kamar, Diandra membersihkan tubuhnya. Lalu mengganti pakaian dan merebahkan diri di kasur empuk nan nyaman itu.

"Hmmm ... Seperti apa ya lelaki yang akan di jodohkan untukku?" gumam Diandra.

  Apa yang terjadi besok? Apakah sesuai dengan angan-angan Diandra? Atau ... Malah jadi kacau?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Lihat, Pria Gemulai Itu Suamiku (Tamat)

    [Syarat? Apakah sulit? Apa itu?] tanya Diandra.[Tidak sulit, aku akan memberitahumu nanti jika sudah ku pikirkan,] jawab Jhon.Diandra tidak mengungkapkan isi pembicaraannya dengan Jhon beberapa waktu lalu. Dia khawatir jika nanti Dara dan kakaknya menolak untuk berbulan madu.Bosan berbincang, mereka kemudian membubarkan diri menuju kamar masing-masing. Diandra termenung seorang sendiri, dia memikirkan apa syarat yang akan diajukan oleh Jhon kepadanya.‘Kira-kira apa ya syaratnya? Kok aku jadi was-was, ya? Duh mana boleh aku berburuk sangka begini,’ pikir Diandra.Waktu berlalu, kini Diandra serta keluarga yang lainnya sudah berada di bandar udara. Mereka mengantar tiga pasang pengantin baru untuk berbulan madu.“Hati-hati selama di kampung orang. Jaga tata krama, patuh sama peraturan setempat,” pesan Darwin.Berbagai macam pesan pun mereka lontarkan untuk para pasangan yang akan berbulan madu. Pengumuman akan keberangkatan negara tujuan pun terdengar. Mereka berpelukan dan melepas

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Pernikahan Beruntun

    “Apaan sih teriak-teriak!’ sembur Sisy.Tampak Diandra berjalan kian kemari mencari sesuatu. Sesekali dia menggaruk kepalanyan lalu menarik rambutnya karena kesal sambil menggerutu.Keluarganya dan yang lain memperhatikan perangai Diandra yang terbilang ... ajaib. Bagaimana tidak, usai berteriak, dia hilir mudik sambil menggerutu. Berbagai pertanyaan juga diabaikan begitu saja tanpa menjawab.“Hei ... wajan ikan paus. Kamu ini kenapa sih? Duduk dulu coba, kepala kami pusing liat kamu mondar mandir gak karuan. Liat tuh Mama sama Papa lengkap sama keluarga inti melototin kamu dari tadi.” Dara mendudukkan Diandra di atas tempat tidur.“Anu ... cincin tunangan aku ilang. Kan mahal itu,” ungkap Diandra.Semua yang mendengar terkejut, bagaimana bisa Diandra seceroboh itu. Sisy menghampiri Diandra dan segera menjewer telinganya karena gemas.“Itu yang gantung di kalung kamu apa? Setan? Pagi-pagi bikin emosi jiwa aja deh. Bisa rusak perawatan mukaku gara-gara kelakuan edan kamu itu,” geram Si

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Memantapkan Hati

    “Entahlah, aku aja bingung sama perasaanku,” keluh Diandra.“Apa ... aku boleh memberi saran? Menurutku dia yang terbaik untukmu. Ini dari sudut pandangku sebagai lelaki, seandainya kau gagal dengannya aku bersedia menikahimu, hahaha,” ujar Jhon berseloroh.Diandra tergelak, di dalam hati dia menggerutu bagaimana bisa pernikahan dibuat gurauan. Baginya pernikahan sekali seumur hidup dan jangan sampai melakukan kesalahan.Usai makan siang, mereka kembali ke kantor Diandra. Tiba di kantor, dia mendapat kabar dari bagian produksi kalau pesanan pria asing itu sudah selesai. Mereka menuju ruang produksi, tampak empat buah busana sudah terpajang di sana. Jhon mengamati dengan rinci setiap jahitan dan juga polanya. Dia tersenyum puas dan mengagumi busana yang sudah dipesan tersebut. Lelaki itu merogoh saku dan mengambil benda pipih dari dalam, lalu menghubungi timnya agar mempersiapkan penerbang an kembali ke negara asalnya.“Aku sangat puas, rasanya tidak sabar untuk memamerkan karya ini d

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Dara Bertunangan

    Lelaki itu adalah Handoko. Dia menatap rumah Dara dengan tangan terkepal, wajah memerah menahan amarah. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan ke rumah Diandra.Sesampainya di sana, Mahendra dan keluarganya di sambut dengan hangat. Berbagai makan dan minuman sudah di sediakan dengan cepat, bahkan beberapa makanan ringan akan menyusul kemudian.Acara lamaran pun di mulai dengan sangat sederhana. Namun, terasa khidmat. Dara terharu dengan keluarga Diandra dan juga ketulusan dari Orangtua Leofrand. Tukar cincin pun usai, pernikahan akan di laksanakan tiga minggu kemudian.“Cieee, selamat ya. Udah laku aja nih,” seloroh Diandra.“Selamat untuk kalian berdua. Sebagai sahabat dari Diandra, aku akan memberikan hadiah berbulan madu di pulau pribadi milikku selama satu bulan,” ujar Jhon.Suasana terasa hangat. Beberapa kali Dara menyeka air mata yang selalu menetes, dan Leofrand perhatikan itu.Suguhan makanan ringan dan teh dengan kualitas terbaik pun di suguhkan, mereka sangat meni

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Nasihat Jhon

    Diandra menoleh ke arah sumber suara. Tampak olehnya lelaki asing tersebut berjalan ke arahnya.“Tuan Jhon? Saya kira Anda kembali ke hotel untuk beristirahat,” cakap Diandra dengan menggunakan bahasa asing.“Tidak, saya ingin tahu bagaimana pakaian yang luar biasa itu tercipta,” sahut Jhon.Diandra kemudian mengajak pria asing itu duduk di sebuah bangku panjang yang berada di sudut. Keduanya duduk di sana sambil mengamati pekerja yang sedang melaksakana tugasnya dengan serius.“Maaf jika aku lancang karena ini adalah ranah pribadi, apakah lelaki yang di rumah sakit tadi adalah tunanganmu?” tanya Jhon.Diandra menoleh sebentar, kemudian menatap lurus dan menceritakan kisah cintanya. Satu jam sudah Jhon menjadi pendengar setia tanpa menyela sepatah katapun.“Anda luar biasa. Di tengah drama hidup percintaan masih bersikap profesional, salut.” Jhon bertepuk tangan pelan.Senyum patah nan pahit terukir dari bibir Diandra.‘Orang bule ini aneh banget sih. Orang lagi galau begini malah di

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Bertemu Fikri

    “Apa aku boleh masuk? Enak bener makan sendirian ga ngajak-ngajak,” sapa Fikri.Diandra mengangguk sambil meneguk air karena batuk tersedak.“Aku duduk ya.” Fikri menutup pintu kemudian duduk di depan Diandra.Diandra segera membersihkan tangan dengan tisu, jantungnya berdebar dan suasana sedikit kaku karena kehadiran lelaki yang kini duduk di hadapannya.Fikri menatap lembut gadis yang diam-diam sangat di rindui selama beberapa bulan ini. Ingin rasanya dia memeluk tubuh Diandra, jika saja tidak melanggar peraturan agama yang di anut.Fikri segera menyadari kesalahannya. Duduk berdua dalam ruangan tertutup saja akan menimbulkan fitnah dan dosa. Dia kemudian mengajak Diandra duduk di sofa yang di peruntukkan bagi pelanggan.“Maaf aku tadi lancang. Kangen banget sama kamu, Di,” ungkap Fikri.Diandra diam saja. Hatinya memang berdebar saat lelaki yang pernah menjadi penghuni hati datang tiba-tiba. Dia juga tidak menampik jika bahagia datang begitu saja saat mendengar suara serta senyum t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status