"Pak Simon, anda sudah siap?" Alessa terlihat berbeda hari ini, membuat simon mengernyitkan alisnya heran. Sebagai pria normal, dia jelas tergoda melihat sesuatu di balik pakaian tipis dan tembus pandang yang dipakai wanita itu, disertai dengan riasan di wajahnya yang membuat Simon sedikit aneh, membuat suhu tubuh panas dingin. "Alessa, kamu tidak demam kan? Kamu ..." "Kenapa? Anda menyukainya bukan? Bagaimana menurut anda penampilanku sekarang?" Lakukan tubuhnya terlihat jelas sekali, Simon menelan ludah dibuatnya. "Bukannya kamu bilang kita akan pergi menemui nyonya Felicia? Alessa, dia itu nenek dari istriku ...""Tapi, dia menyuruh kalian bercerai kan?" Alessa menaikkan sebelah alisnya.Simon menarik nafas. "Sudahlah, ikut aku ganti pakaian, setelah itu baru pergi." "Tapi ..." Alessa tak dapat melanjutkan ucapannya, karena sang atasan bersikap tak acuh dan berlalu begitu saja. "Hu-uh."Alessa merunggut sebal."Sudahlah, ayo cepet pergi! Sampai kapan kamu berdiri di sana?" Sege
Tengah malam, Sandra terbangun dan merasa kepalanya begitu sakit, saat itu mulutnya terasa kering, dia berencana ke belakang mengambil air hangat. “Belakangan ini aku selalu tak sehat, padahal besok aku harus menghadiri kompetisi fashion terbaik.” Meski separuh ingatannya hilang, bukan berarti dia melupakan hobinya merancang busana eksklusif terbaru.“Kuharap hari pernikahan kami akan berlangsung setelah kompetisi selesai.” Sampai di ruang makan dia mengambil minuman, lalu membuka kulkas dan mengambil beberapa cemilan.“Kenapa Gerald belum menelponku?” Ia memijat keningnya dan hendak menutup kulkas sebelum kembali ke kamar.Namun, samar-samar dia mendengar suara aneh dari ruangan sebelah. “Apa orang yang tinggal di sebelah sudah kembali dari liburannya?” Sandra sedikit merinding dengan suara-suara itu, namun rasa penasarannya membuatnya diam-diam menguping ke tembok. “Ada suara seorang wanita …”“Kamu nggak takut jika ketahuan Sandra?”Suara seseorang terdengar, namun tidak terl
"Bagaimana keadaan calon istri saya dokter?" Gerald memasang tampang paling menyedihkan di antara kedua orang tua Sandra. Saat itu dokter yang memeriksanya, tersenyum memberi ketenangan. "Nada tenang saja pak Gerald. Nona Sandra hanya butuh istirahat, mungkin sebelummya dia beraktifitas banyak, jadi saya sudah memberikan resep obat dengan multivitamin di dalamnya." Tiba-tiba pintu kamar terbukanya, membuat semua mata tertuju ke arah pintu. "Alessa ..." Dia muncul bersama seorang dokter, namun ketika melihat tatapan yang menyorot, wajah dokter itu terlihat salah tingkah. Dia malu, dan berbicara dengan nada serius. "Ternyata sudah ada dokter disini, sepertinya saya datang ke tempat yang salah. Kalau begitu saya pergi, permisi." Sang dokter berbalik, namun tanpa diduga nyonya Felicia terlihat mengangkat tangannya. "Tunggu!"Langkah dokter tadi berhenti, dia lebih kaget lagi ketika nenek tua itu mendekatinya dengan kursi roda. "Mari kita bicara di luar." Dia berbisik pelan sebelum meni
Dia berharap pria itu tak menyinggung apa yang terjadi tadi malam. Tiba-tiba mulutnya bergerak-gerak. "Alessa, kenapa kamu lama sekali?" Simon berkata dengan nada dingin.Alessa sedikit kebingungan. Bagaimana caranya menjawab? Haruskah kuberitahu yang sebenarnya? "Alessa, kamu tahu sesuatu kenapa semalam aku mabuk?" Simon mengernyitkan dahi, menunggu jawaban Alessa. Alih-alih menjawab, ia hanya melihat wanita itu menggeleng. Simon kembali berpikir, auranya terlihat lebih dingin dari biasanya. Alessa tak berani duduk, atau melakukan apa pun di ruangan itu selain mematung, memperhatikan Simon yang mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. "Sudahlah, urusan kita masih banyak. Temani aku pergi ke suatu tempat." Alessa bersusah payah mengangguk, lalu ia langsung keluar tanpa bicara apapun. "Loh? Kamu mau pergi kemana? saya belum selesai bicara,tolong kembali duduk." Simon berkata dengan tegas.Astaga! Apalagi yangkulakukan? Apa aku membuatkesalahan? Alessa membatin dan mulai cemas.
"Hufft! Untung saja mereka hanya mencari Sandra."Elsa mengusap peluhnya, lalu meninggalkan acara kompetisi setelah Sandra turun dari mobilnya. "Tak apa jika tak jadi bernegosiasi, asal mereka bukan menyoroti perihal yang kulakukan pada Simon. Semoga saja Alessa bisa menjaga rahasia."Sampai Elsa tiba di kediamannya, dia melihat ibunya sedang duduk menunggu di sofa dengan wajah murung. "Darimana saja kamu?” Elsa bersikap santai tanpa rasa bersalah, ia menggerakkan bibirnya menjawab, "Aku baru saja kembali menghadiri acara ekslusif dan …”Brak!Tiba-tiba ibunya melemparkan selembar foto ke atas meja sambil memaki. "Malam itu kamu pergi ke hotel dengan seorang pria, bahkan dia adalah suami orang. Bagaimana reputasimu nanti di kantor? ingat kamu seorang pepimpin konsorsium terbesar, akan seperti apa kehidupan kita nanti jika kamu melakukan hal bodoh itu.”Melihat foto itu, wajah Elsa memucat. Di foto itu, dirinya sedang memapah seorang pria masuk ke kamar hotel.Elsa buru-buru menjelas
“Sebentar lagi namamu akan di panggil, kamu tak bersiap-siap?”Sandra menggangguk, “Terima kasih sudah mengingatkan, maaf sudah merepotkan anda, Pak Brian.” “Kalau begitu kita cari dulu Nona Elsa, kemana dia?” Sandra berbelok, mencari sosok yang dimaksud, bahkan dia keluar gedung kantor, mencari sang pimpinan korsorsium.Di tengah kebingungan itu, Gerald tiba-tiba menatap lekat wajah Sandra. "Kamu mau apa lagi? Bukannya kamu bilang, kamu belum makan? kompetisi memang penting, tapi lebih penting juga kesehatanmu." Gerald berkata seolah sangat perhatian padanya, namun Sandra tak peduli dengan itu karena kesalahannya sudah sangat fatal."Kamu tenang saja, aku bisa mengatasinya sendiri. Lagipula, aku punya tangan dan kaki untuk berjalan."“Bukan begitu, tapi aku tidak mau kamu sakit lagi.” kata-katanya melunak meskipun sangat kentara, tapi perhatiannya langsung teralihkan ketika Sandra mengeluarkan sebuah map cokelat dari tasnya.“Kamu membawa berkasnya? Apa semua sudah lengkap?” saking
"Tidak! Acara konferensi tetap berjalan setelah kompetisi." Setelah berbicara, Sandra meninggalkan mereka semua, menuju ruangan ganti.“Kebetulan, aku juga sepemikiran denganmu,” Gerald tersenyum sambil menatap punggungnya yang mulai menjauh.Sementara Simon dan Alessa termangu, mereka tak tahu apa yang sedang di rencanakan Sandra. “Semoga dia berencana baik.” Simon memandangi sosok mahakarya yang diciptakan oleh Sang Pencipta, Sandra bukan hanya luar biasa cerdas dalam berbisnis, tapi juga memiliki paras yang sempurna. Dia berharap berarti kesialannya selama beberapa waktu itu berakhir menjadi nasib baik.Pukul tujuh itu juga, Sandra sudah siap-siap kembali ke lokasi acara kompetisi, dia masih tidak menyangka panitia acara begitu menunggu kedatangannya. Tentu saja, karena konsorsium Infinity Finance Corporational memiliki level tertinggi se-internasional. "Meski pimpinan mereka belum ditemukan, namun acara masih berjalan dengan baik." Ini agak konyol menurut mereka, tapi sebagai b
Enam tahun kemudian.Kota Moskow, Apartemen Swansea."Nyonya Elsa... nyonya Elsa ..." Suara panggilan ini membuat wanita cantik yang tertidur di sandaran kursi meja kerjanya itu terbangun. Setelah membuka mata, ia mendongak dan melihat sorot mata yang tak asing berdiri dengan wajah khawatir di depannya. "Bibi Grace..."Dia baru bangun ketika sosok itu tersenyum memandanginya. "Kamu tak apa, Nyonya? Tadi kamu mengernyit seolah sedang kesakitan? Lihat wajahmu sudah penuh dengan keringat."Elsa menggeleng, lalu cepat mengusap keningnya. "Aku tak apa-apa, hanya saja tadi aku bermimpi buruk."Wanita berbaju kerja itu menghela napas dan berkata, "Nyonya Elsa, belakangan kamu terlalu sering mimpi buruk, kulihat setiap hari kamu tak bisa tidur nyenyak karenanya, apa ada sesuatu yang membuatmu begitu takut?"Lagi-lagi Elsa menggeleng, "Aku tidak tahu kenapa mimpi yang sama itu selalu muncul setiap kali aku tidur. Tapi, kamu jangan khawatir bibi, aku benar baik-baik saja."Elsa memanggilnya