Reynard menjatuhkan dirinya ke kursi kebesarannya, ia memutar kursi itu hingga dapat menikmati pemandangan kota besar yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat yang saling berlomba mencakar langit.
"Bagaimana? Wanita itu mau bicara jujur, Tuan Reynard?" tanya Marco sambil menyerahkan beberapa lembar dokumen yang harus Raymond tandatangani.
"Seperti dugaan saya. Wanita itu terlalu pengecut untuk mengakuinya. Bahkan dia tidak mengenali saya sama sekali! Bisa kau bayangkan itu? Siapa yang bisa dengan mudah melupakan wajah saya? Tidak ada sebelumnya!" jawab Reynard dengan dongkol.
Sepanjang pertemuannya dengan Zevanya tadi, berkali-kali Reynard harus menahan dirinya untuk tidak mencekik leher jenjang wanita itu. Atau mengguncang bahunya untuk memaksanya mengakui semua kejahatannya pada Reynard lima tahun yang lalu.
Tapi, kalau Reynard memberitahunya lebih awal, rencana balas dendamnya pastinya tidak akan berjalan sesuai dengan rencananya. Bisa dipastikan Zevanya akan langsung melarikan diri lagi, dan kali ini belum tentu Reynard dapat dengan mudah menemukannya.
"Wanita pintar. Karena kalau dia mengakuinya, maka bisa dipastikan penjara akan menunggunya," gumam Marco.
Menuntut Zevanya adalah hal terkahir yang akan Reynard lakukan. Ia akan menyiksa wanita itu lebih dulu, sebelum membiarkannya membusuk di penjara. Bahkan ia dapat meminta beberapa tahanan wanita untuk menyiksa Zevanya di sana.
Cepat atau lambat, Zevanya akan memilih mengakhiri hidupnya. Reynard tidak akan memberikan wanita itu pilihan lain, seperti wanita itu tidak memberinya pilihan untuk menolak penyatuan mereka enam tahun lalu.
Reynard akan memaksakan semua penderitaan pada Zevanya, seperti wanita itu memaksa Reynard menyerahkan keperjakaannya padanya. Membayangkan akan semenderita apa Zevanya nantinya, membuat sudut bibir Reynard membentuk senyuman sinis.
"Bagaimana dengan kakak laki-laki wanita itu? Masih berusaha bekerjasama dengan Star Group?"
"Ya, setelah kita menolak proposalnya tempo hari, perwakilan perusahaannya kembali mengirim proposal lainnya."
"Kakak dan adiknya hidup berkecukupan, kenapa Zevanya malah sibuk meghidupi dirinya sendiri? Kau harus segera mencaritahunya, Marco! Berikan padaku profile seluruh anggota keluarganya!" perintah tegas Reynard.
"Baik, Tuan. Mengenai penempatan Zevanya, di lantai berapa wanita itu akan bekerja?"
"Di lantai ini."
"Apa anda yakin? Anda begitu membencinya, apa tidak masalah jika anda melihatnya setiap saat?"
"Justru karena saya ingin memulai pembalasan dendam saya, maka saya harus menempatkan wanita itu langsung di bawah pengawasan saya! Saya akan menikmati setiap detik kesengsaraan wanita sialan itu!"
"Ah ya, saya mengerti. Lalu, di ruangan mana dia akan ditempatkan?"
"Mungkin di pantry dan toilet."
"Maksud anda, wanita itu akan bekerja sebagai cleaning service?"
"Tepat seperti itu! Pastikan tidak ada waktu istirahat untuknya. Dan jangan biarkan wanita itu santai, terus berikan pekerjaan untuknya!" tegas Reynard.
"Baik, Tuan."
Zevanya, nerakamu akan dimulai hari ini!
Sementara itu di bagian HRD.
"Cleaning service?" tanya Zevanya dengan nada tidak percaya.
Meski hanya memiliki ijasa strata satu, tapi Zevanya lulus dengan nilai IPK yang sempurna, ia mendapatkan predikat Summa Cumlaude di salah satu universitas bergengsi di kota besar itu. Dan posisi yang Star Group tawarkan padanya hanyalah sebagai cleaning service? Yang benar saja?
"Ya, cleaning service. Kamu bisa baca surat kontrak ini sebagai pertimbanganmu untuk mengambil keputusan nanti."
Salah satu staff recruitment itu memutar surat kontrak menghadap Zevanya. Dan Zevanya pun mulai membacanya. Isinya nyaris sama dengan surat kontrak kerja lainya, hanya saja saat membaca bagian salary, kedua matanya nyaris saja melompat keluar,
"Dua puluh juta?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Berkali-kali ia mengerjapkan matanya untuk menghitung ulang setiap nol di belakang angka dua itu.
Kalau memang sebesar itu nominal yang akan ia terima, maka gajinya jauh lebih besar dari yang Zevanya dapatkan di perusahaan sebelumnya, padahal posisinya saat itu sebagai Supervisor.
"Kalau anda setuju, sebesar itulah pendapatan yang akan anda terima. Tentunya dengan total jam kerja yang jauh berbeda dengan cleaning service biasanya. Jam kerjamu tergantung CEO kita, kalau Tuan Reynard bekerja lembur, maka kamu pun akan lembur juga. Dengan kata lain, kamu cleaning service yang ditempatkan secara khusus di lantai ruangan Tuan Reynard berada, Dan khusus melayani beliau," jelas staff itu.
Bodoh kalau Zevanya menolak tawaran menggiurkan itu. Lagipula, seberat apapun pekerjaan cleaning service, pastinya tidak akan jauh berbeda dengan yang Zevanya kerjakan di rumahnya setiap harinya.
Jadi, tanpa membaca lagi kelanjutannya, Zevanya langsung mengambil ballpoint yang tergeletak di atas meja dan langsung membubuhkan tandatangan di atas namanya. Ia membalik kembali surat kontrak itu ke staff recruitment di depannya.
"Kalau begitu, tugas saya sudah selesai. Kamu bisa mulai bekerja besok. Dan pastikan kamu masuk sebelum jam tujuh pagi. Jika kamu harus masuk lebih awal lagi, kami akan menginformasikan segera padamu. Harap ponselmu selalu dalam posisi stand by!"
"Baik, Bu. Saya janji akan bekerja dengan sangat baik, sebagai bentuk terima kasih saya karena sudah diberi kesempatan menjadi bagian dari Star Group."
"Ya, sudah seharusnya seperti itu."
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah. "Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men