Share

Kesalahan Pertama

Tiga puluh menit sebelum jam tujuh, Zevanya sudah sampai di Star Group. Ia langsung menuju lantai teratas gedung itu tempat ruang kerja Reynard berada, sesuai dengan arahan staff recruitment kemarin.

Tidak tahu harus memulai darimana, Zevanya memutuskan membersihkan ruang kerja Reynard lebih dulu. Ia cukup terpana melihat betapa besar dan mewahnya ruangan itu, hingga ia merasa kerdil saat memasukinya, atau merasa tertelan di ruangan yang super luas itu.

Tidak berselang lama, Reynard masuk bersama dengan Marco, asisten pribadi yang tidak kalah cakapnya dengan Reynard. langkah kedua pria itu terhenti saat melihat Zevanya yang sudah ada lebih dulu di ruang kerja Reynard sebelum mereka.

Tatapan mengeritik Reynard dan Marco pun tertuju padanya,

"Tidak adakah yang memberitahumu mengenai peraturan di perusahaan, kalau tidak ada satupun karyawan yang diperkenankan masuk ke ruangan ini tanpa adanya Tuan Reynard di dalamnya?" Marco yang menegurnya lebih dulu. Sementara si kulkas empat pintu hanya menatap Zevanya dengan sorot mata dinginnya.

"Ma ... Maaf atas ketidaktahuan saya, Pak Marco. Anda benar, tidak ada yang memberitahu saya mengenai larangan itu," ucap Zevanya sambil berkali-kali membungkuk.

"Kalau pun tidak ada yang memberitahumu, peraturan itu jelas tertulis di surat kontrak karyawan yang bekerja di lantai ini. Apa kau juga tidak membacanya?"

Zevanya mengerang pelan. Ia terlalu bersemangat saat melihat salary yang akan ia dapatkan di setiap bulannya, hingga ia langsung menandatangani surat kontrak itu begitu saja, tanpa membaca keseluruhan isinya lebih dulu.

"Ma ... Maafkan saya." Sekali lagi Zevanya mengucapkan permintaan maafnya. Ia baru sekali melakukan kesalahan, mereka tidak mungkin langsung memecatnya kan?

"Summa Cumlaude katamu? Saya sungguh meragukannya!"

Ucapan bernada dingin itu berasal dari mulut Reynard yang ditujukan pada Marco. Zevanya melihat pria itu dengan santainya duduk di kursi kerjanya, tanpa merasa bersalah sama sekali karena telah meragukan Zevanya. Tidak mudah mendapatkan predikat Summa Cumlaude disaat tugas Zevanya tidak hanya belajar saja, tapi harus mengurus putranya, dan juga menjadi tulang punggung keluarganya.

Tapi, Zevanya harus mengakui kalau ia memang ceroboh dalam hal ini. Namun itu sudah berlalu, dan ia tidak dapat mengelak lagi. Saat tiba di rumah nanti, Zevanya akan membaca isi surat kontraknya, dan mempelajari setiap detailnya. Termasuk juga peraturan perusahaan tempatnya bekerja itu.

"Mengingat ini adalah hari pertamamu bekerja, maka kesalahan ini akan kami maklumi. Tapi tidak untuk kesalahan berikutnya!" tegas Marco, Zevanya kembali membungkuk saat mengucapkan,

"Terima kasih, Pak Marco. Saya tidak akan mengulangi kesalahan lagi."

"Bagus! Karena kau tidak membaca surat kontrak itu, pastinya kau juga belum mengetahui kalau sudah harus ada secangkir kopi hangat di atas meja Tuan Reynard sebelum beliau datang, ya kan?" tebak Marco dan Zevanya mengangguk pelan.

"Baiklah, kalau begitu saya akan buatkan kopi untuk Tuan Reynard."

"Kau bahkan tidak bertanya kopi apa yang Tuan Reynard sukai?"

Zevanya mengumpat di dalam hatinya, lagi-lagi ia melakukan kecerobohan.

"Maaf, Pak Marco. Kalau anda tidak keberatan, bisakah anda memberitahu saya jenis kopi yang Tuan Reynard sukai?"

"Kau hanya harus ke coffee shop di lantai bawah. Pesan kopi untuk Tuan Reynard, dan mereka akan memberikan kopi racikan khusus mereka untuk Tuan Raymond," jelas Marco.

"Baik, saya pesankan kopinya sekarang."

Zevanya menyempatkan diri melirik Reynard, pria itu terlalu fokus pada monitor laptopnya, seolah tidak mendengar keributan di dekatnya, atau memang tidak peduli dengan sekitarnya.

"Tunggu apa lagi? Cepat pesankan kopi itu!"

"Ba ... Baik, Pak Marco."

Sesuai dengan ucapan Marco,Zevanya hanya menyebutkan kopi untuk Reynard, dan barista coffe shop itu pun langsung meracik kopi pesanannya. Tidak butuh waktu lama untuk kopi itu sampai di tangan Zevanya. Ia segera mengantarnya ke ruang kerja Reynard

Setelah beberapa kali mengetuk pintunya, akhirnya Marco membuka pintu untuknya, Zevanya menyerahkan gelas kopi di tangannya ke Marco, sebelah alis pria itu sedikit naik saat bertanya,

"Kau akan membiarkan Tuan Reynard minum langsung dari gelas plastik itu?"

Melihat raut kebingungan di wajah Zevanya, Marco pun menjelaskan,

"Pindahkan Kopinya ke cangkir khusus untuk Tuan Reynard. Kau akan menemukannya di pantry. Cepat, sebelum kopinya menjadi dingin!"

Memindahkan kopi dari gelas coffe shop ke cangkir khusus? PR sekali!

Meski demikian, Zevanya tetap melakukannya, ia harus mengingat kebiasaan aneh CEO dinginnya itu. Terlebih lagi Marco telah menegaskan untuk tidak ada maaf untuk kali kedua kesalahannya.

Pantry yang Marco maksud berada di ujung lorong. Dan saat Zevanya membuka salah satu rak kabinetnya, matanya langsung tertuju pada beberapa cangkir porselen, yang Zevanya yakin cangkir mahal itu pasti dibuat khusus untuk Reynard.

Aroma kopi menyeruak masuk ke lubang hidung Zevanya saat ia menuangnya ke cangkir porselen itu. Rongga mulut Zevanya seketika dipenuhi dengan liurnya hanya karena menghirup aromanya saja.

Saat Zevanya kembali ke ruang kerja Reynard, Marco memintanya untuk meletakkan sendiri kopi itu di meja Reynard, yang bahkan tanpa melihat cangkir kopi itu langsung melayangkan protesnya,

"Suhunya tidak sesuai! Ganti yang baru!"

Kedua mata Zevanya mengerjap bingung. Ia melirik Reynard dan Marco secara bergantian, berharap salah satu dari mereka memberinya penjelasan. Namun alih-alih menjelaskan langsung, Marco malah memasukkan digital food termometer ke cangkir kopi Reynard,

"Suhunya sudah di bawah lima puluh derajat. Tuan Reynard hanya mau minum kopi dengan suhu di atas itu," jelas Marco.

"Sudah pasti suhunya akan turun saat saya membawanya dari lantai dasar ke lantai tertinggi, Pak. Belum lagi antrian saat masuk lift. Semua butuh waktu yang tidak sebentar."

Zevanya tersentak kaget dan mundur selangkah saat tiba-tiba Reynard menggebrak meja dengan kedua tangannya, tatapan pria itu begitu tajam dan menusuk saat menatap Zevanya, seolah dapat membunuh Zevanya hanya dengan menatapnya saja,

"Apa saya mempekerjakanmu untuk protes? Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan! Pelajari apa yang seharusnya kamu pelajari!" geramnya sebelum melangkah keluar ruangan.

Zevanya masih terpaku di tempatnya. Ia terlalu takut bahkan hanya untuk menarik napasnya. Reynard terlihat begitu menakutkan, jauh lebih menakutkan dari melihat kemarahan Ramon, kakak tirinya.

"Dengar, jangan lakukan kesalahan yang sama. Tuan Reynard sangat membenci siapapun yang tidak becus dalam bekerja. Saya akan memberikan catatan apa saja yang Tuan Reynard sukai dan apa yang tidak. Hafalkan semua itu di luar kepalamu!" tegas Marco sebelum menyusul Reynard. Langkahnya terhenti di ambang pintu hanya untuk menambahkan,

"Memang sedikit merepotkan. Tapi secangkir kopi itu, dapat membuat Tuan Reynard melalui harinya dengan suasana hati yang baik."

Zevanya menghela napas panjang saat ia kembali sendiri di ruang kerja Reynard. Bahunya yang semula menegang seolah menjadi lebih ringan dengan kesendiriannya itu. Sementara batinnya terus menguatkan dirinya sendiri,

"Sabar, Vanya sabar. Seharusnya kamu dapat menebak kalau pekerjaanmu tidak akan mudah, mengingat jumlah uang yang mereka tawarkan padamu."

Zevanya menatap pintu yang sudah tertutup rapat itu dengan dongkol,  

"Sungguh kasihan siapapun wanita yang akan menjadi pendamping Tuan Reynard kelak. Pasti akan memiliki umur yang pendek karena tekanan batin akibat terlalu banyak tuntutan dari kulkas empat pintu itu!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
jadi penasara di buatnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status