Wajah Ruby berubah tegang saat mendengar desisan nama yang disebut oleh Louis. Angela? Dia kah Angela mantan kekasih Louis? Dia kah wanita yang membuat Louis tidak sanggup membuka pintu hatinya bagi wanita lain?Remasan erat jemarinya membuat Ruby sadar. Tatapan Louis intens padanya seolah menjawab keraguan di wajah Ruby. Louis mengelus lembut pipi Ruby, menatapnya sangat lama, lalu berkata, “Aku tidak akan menukarmu dengan apapun.”Ini bukan perkara menukar siapa-siapa. Kenyataannya adalah wanita itu berdiri di sana, menunggu kedatangan Louis. Wanita yang dicintainya kembali saat keduanya baru saja memulai hubungan mereka.Baru saja!“Kamu mau aku turun menemuinya atau tidak?” bisik Louis.Ruby melepas genggaman tangan Louis. “Jika aku mengatakan tidak, kamu tidak akan menemuinya?”“Tentu saja!” Louis menjawab dengan cepat. “By, hanya kamu wanita dalam hatiku saat ini. Aku hanya akan mendengarkanmu.”“Tapi sepertinya dia sudah menunggumu sangat lama. Bagaimana kalau kamu turun dan me
Rahang Louis mengetat. Dia dan Angela duduk berhadap-hadapan di sofa sementara gadis kecil itu sedang menyantap mie instan yang baru diseduh Angela. Wajahnya terlihat sangat kesal dan tidak nyaman.“Aku tidak tahu kamu sudah bersama wanita lain.” Angela membuka pembicaraan keduanya.“Kamu pikir aku akan setia menunggumu?” Louis mengangkat alis.“Bukan begitu Lou...”“Aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku demi kamu,” potong Louis cepat. “Jika kamu bisa memutuskan kehidupanmu tanpaku, aku juga bisa. Jangan terlalu meninggikan diri. Kamu tidak seberharga itu!” tegasnya lagi.Angela menyunggingkan senyum. “Kamu sangat kasar. Aku ingat kamu tidak pernah melakukannya dulu.”“Berhenti membahas masa lalu dan menggunakan kata dulu.” Louis menatapnya tajam. “Nyatanya kehidupanku tak akan berhenti tanpamu dan kamu seharusnya tahu itu.”“Ya,” Angela mendesah, mencuri pandang sesekali pada puterinya yang makan dengan lahap. “Namanya Mary Winston.” Angela menatap Louis kemudian. “Puteri kita anak y
James menatap gelas kaca berisi minuman beralkohol di tangannya. Dia tersenyum, lalu sedetik kemudian wajahnya kembali berubah muram. Ada banyak hal yang sudah direncanakan oleh James, tapi apa daya, kenyataan di depannya menolak untuk sejalan dengannya. James sangat menginginkan Ruby lebih dari apa pun, dan rasa cintanya pada Ruby tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.Walau sudah berjanji untuk mengikhlaskannya, namun melakukannya tidak semudah mengatakan. James kesulitan mengikis perasaannya. Semakin dia memaksa diri, dia semakin menemukan jika malah jatuh semakin dalam. Sudah terlalu banyak alkohol yang diminum James, dan kepalanya mulai terasa pusing dan berat. Belum lagi tubuhnya yang mulai terasa tidak nyaman –mungkin karena dia membiarkan pakaiannya yang basah mengering di tubuhnya karena saat tiba tadi dia sempat dihantam hujan. James menunduk di lengannya yang dia letakkan di atas meja. “Sampai bertemu besok, Ashley...”Ashley hanya tersenyum, melambaikan tangannya pada
“Kamu sudah bicara dengan Ruby tentang hal ini?” Edd menuang teh hangat ke dalam cangkir keramik putih di atas meja. Ketiganya berkumpul di ruang kerja Louis saat Louis memberanikan diri memberitahu para sahabatnya kabar mengejutkan itu.Louis melepas jasnya, mengurut pelan keningnya lalu menggeleng. Seharian dia rapat dengan beberapa klien hingga dia merasa tulang-tulangnya remuk. Louis menyandarkan tubuh dan memejamkan matanya. “Dia menginap di apartemen Liv dan aku tidak berani mengganggunya. Aku tahu dia sangat shock dan mungkin butuh waktu untuk menerimanya,” gumamnya pelan.“Tapi anak itu bisa saja bukan anakmu,” ujar James. “Kenapa kamu seolah membenarkan pernyataan Angela soal identitas anak itu?”“Dia bahkan memberiku sejumput rambut Mary untuk ku tes. Menurutmu itu sekedar ancamannya belaka?” Louis menatap Edd dan James sungguh-sungguh. “Dia begitu yakin untuk menantangku karena dia tahu hasilnya akan sesuai dengan yang dikatakannya.”“Lalu apa sekarang?” Edd mendesah. “Baga
Umpatan itu tidak serius. Kali ini Ruby tidak bersungguh-sungguh untuk mempersulit Louis. Sejak mendengar permohonan Louis padanya untuk tidak menyerah, seluruh rasa kecewanya runtuh sudah. Dia hanya berniat untuk menguji perasaan Louis padanya, walau tanpa diujipun dia sudah tahu jawabannya.“Memang.” Louis menengadah menatapnya. “Aku juga merasa sangat konyol. Tapi jika kekonyolan ini bisa membawamu kembali padaku, aku akan melakukannya setiap hari.”“Jangan klise, kita sudah dewasa dan hubungan kita bukanlah tentang perasaan membuncah seperti yang dimiliki anak remaja.” Ruby nyaris tertawa. “Kita sudah tua, oke?”“Tapi aku tidak merasa kita tua.” Louis tersenyum, dan senyuman itu sangat menawan hingga menggoda Ruby untuk menciumnya.Tak mampu menahan diri lebih lama lagi, Ruby akhirnya tersenyum. Dia menelengkan kepalanya, mengelus wajah Louis dengan lembut. Perhatiannya tertuju pada kantong hitam yang juga melingkar di bawah mata Louis.Ruby mengelusnya menggunakan ibu jari. “Kamu
Ruby tertegun mendengar ucapan Liv. Dia memutar tubuh, menatap langit malam yang gelap tanpa bintang, dan tidak menyadari jika air matanya menetes. Liv benar. Louis sudah membuktikan diri padanya berkali-kali, namun entah kenapa keraguan itu masih menyusup di dada Ruby.“Aku tahu keberadaan Angela membuatmu merasa sedikit terancam.” Liv menggenggam tangan Ruby. “Tapi percayalah padamu, percaya pada Louis dan pada hubungan kalian berdua. Walau kalian baru memulainya, yakinlah jika kalian akan memenangkan setiap situasi sulit ini. Jika kamu menyerah sekarang, bagaimana Louis akan berjuang pada hubungan kalian?”Tetesan air mata Ruby semakin mengalir deras. Dia sesenggukan, namun berusaha menenangkan diri secepatnya agar Louis tak mengetahuinya. “Aku hanya tidak bisa melupakan pengkhianatan Arden dan Dad.” Ruby menghapus air matanya. “Dan jika anak itu adalah benar anak Louis, bukankah dia juga mengkhianatiku?”Liv memilih diam dan berpikir sejenak. Dia tahu jika bayang-bayang keberadaan
Pada hari yang ditentukan, Louis dan Ruby mendatangi rumah sakit tempat dimana Louis melakukan tes paternal, disusul oleh Liv yang datang hampir bersamaan dengan Edd. Dan tidak berselang lama, James juga muncul, namun kali ini dia membawa Ashley turut serta.“Kenapa gadis itu bersamamu?” Edd berbisik.Bagaimana pun juga, masalah ini merupakan privasi bagi Louis dan jika ada pihak luar yang mengetahuinya, itu hanya mereka berempat. Ashley juga masih duduk di bangku akhir sekolah menengah, dimana usianya terpaut jauh dari usia mereka.Usia belia seperti itu terkadang masih labil. Jika Ashley membocorkannya, bagaimana selanjutnya?“Aku tidak bisa meninggalkannya.” James melepas kancing jaketnya. “Lihat lehernya yang memerah?” bisik James, dan Edd menoleh untuk melihat lingkaran merah di leher Ashley, lalu dia mengangguk. “Ibunya mencekiknya dan aku tak sengaja lewat. Aku tidak bisa meninggalkannya di sana dan membiarkannya menjadi sasaran kegilaan ibunya.”“Kenapa ibunya bertindak sepert
“Kalian...”“Aku akan membawa Mary tidur di apartemenku dan kamu tidak boleh ikut,” potong Louis cepat. “Katakan sesuatu pada Mary supaya dia bisa tidur tanpamu. Jika Mary tidak mau tidur tanpamu, maaf, aku tidak bisa membawa kalian ke apartemenku.”“Louis.” Angela setengah berteriak. “Harus kamu ingat betul jika hanya ada Mary diantara kita, tidak ada hal lain. Aku sudah memiliki kekasih yang sangat ku cintai. Aku tidak akan mempertaruhkan hubunganku dengan mengizinkanmu kembali masuk dalam kehidupanku.” “Itu sudah jadi tawaran yang paling menarik.” Edd tersenyum santai. “Jika aku adalah kamu, aku akan menyetujuinya.”“Tapi Mary tidak terbiasa tidur tanpaku,” imbuh Angela ngotot.“Dia harus memulainya dari sekarang.” Louis menarik nafasnya dalam. “Dia harus tahu jika diantara kita hanya ada hubungan orang tua, tidak bisa lebih. Dia harus tahu jika aku tidak akan bisa bersamamu selama dua puluh empat jam. Namun jika dia tidak mau menerimanya, it’s okay. Aku akan menunggu hingga dia