Biasanya, tak peduli, jika wanita itu sudah memiliki anak atau belum, selama wanita itu memiliki kelahiran Shio Naga, tanpa berpikir panjang, Nura akan membunuhnya.
Namun, untuk pertama kalinya, Nura merasa enggan untuk membunuh seorang wanita di depan nya, walau pun wanita tersebut memiliki tanda yang di cari oleh Agri Brata, entah kenapa hatinya berkata untuk membiarkannya hidup.
Sudah seratus tahun kerajaan Nemu itu berdiri dengan kejayaan yang di milikinya, tapi, untuk pertama kalinya kerajaan itu mulai kehilangan kejayaan.
Meski tak ada hubungannya, Nura meminta Sang Raja untuk menikahi seorang wanita dengan Shio Naga itu, agar kerajaannya bisa kembali makmur.
Tentunya Gusti Prabu Maheswara tak langsung mempercayainya, oleh karena itu, Nura pun menggunakan kekuatannya untuk mendatangkan hujan, membantu menyuburkan tanah tandus milik para penduduk.
Melihat hujan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, membuat para pen
Satu pekan telah berlalu, namun Nura belum bisa membuka segel di dalam buku itu sudah banyak cara yang ia gunakan untuk membuka segel itu, tapi semua usahanya sia-sia.Karena kesal tak bisa membuka segel tersebut, ia pun memutuskan memutuskan untuk kembali ke desa itu, Ia pun membuat kloningan dirinya agar Gusti Prabu Maheswara tidak mencarinya.Sesampainya di sana, setiap harinya, ia akan memperhatikan gerak gerik dari pasangan ibu dan anak itu.Hingga suatu hari, ia menyadari teman dari wanita itu sedang berkhianat.Tak ingin melewatkan kesempatan, Nura pun merubah bentuknya menjadi sesosok pria, membantu wanita itu dan menjadikan dirinya sebagai pahlawan.Dan benar saja, sejak kejadian itu, wanita itu menganggapnya sebagai pahlawan, bahkan dia mau menerimanya sebagai anggota keluarga.Dengan begini, ia bisa leluasa memperhatikan setiap gerak gerik wanita itu, serta memperhatikan pertumbuhan dari bocah lelaki itu.
Setelah mengetahui bahwa segel di buku itu telah terlepas dari segelnya, Nura pun semakin memperhatikan Juan, ternyata dugaannya tidak salah.Sejak saat itu dia mengikutinya kemana pun ia pergi, memantau semua perkembangannya. Bahkan melindunginya diam-diam.Air matanya mengalir dari kelopak matanya ketika pertama kali ia melihat sosok Gentala, meski pun ia hanya bisa melihatnya dari kejauhan, sebab ia tak ingin siapa pun menyadari akan kehadirannya.Meski begitu, ada satu hal yang ia sesali sampai sekarang, yaitu membiarkan Agri Brata meracuni Gentala, sungguh ia tak menduga bahwa pria itu akan nekad memberikan racun pada kakak angkatnya.Setibanya di Istana, ia tak hentinya menyiksa Agri Brata dengan mencambuk tubuhnya yang masih terluka.Bahkan sampai sekarang, Agri Brata sama sekali tidak mengenalinya, dia begitu polos dan mudah percaya dengan perkataan orang lain.Saat ia menjanjikan akan membangkitkan kembali Nayaka Gantari yang sebena
Di saat seperti ini, Gentala mematung sejenak, menatap sosok iblis yang berukuran raksasa, kemudian tatapannya beralih kearah Nura sang adik angkat yang sama-sama gemetar ketakutan sama seperti yang lainnya.Setelah menekan racun di dalam tubuhnya, ia berjalan menghampiri gadis itu, menepuk pelan bahu sempit itu, hingga sang empu tersadar dari lamunannya.Gadis itu membalikkan tubuhnya, seketika di kedua pelupuk mata gadis itu telah di penuhi oleh air mata yang siap jatuh kapan saja.Keduanya berdiam diri seraya bertukar tatapan." Selama ini kamu hanya memperhatikanku dari kejauhan, apa kamu tak merindukan kakak angkat mu ini? " ucap Gentala seraya merentangkan kedua tangannya.Setelah mendengar ucapan dari Gentala. Gadis berwajah lugu itu langsung menghamburkan diri, memeluk erat sosok di depannya, pelukannya begitu erat, seakan-akan takut akan kehilangan kembali sosok itu. Tangisnya pecah.Kedua sudut bibir Gentala terangkat keatas, membe
Hal yang paling Gentala sesali dalam hidupnya yaitu kebodohan yang melekat di dalam otaknya, selama ini ia tak menyadari tujuan asli dari iblis itu selma ini, ia bahkan tak menyadari bahwa sosok iblis itu telah lama bersembunyi di dalam tubuh seorang anak kecil, pantas saja dia tak segan membunuh seorang wanita tua dan di saksikan oleh kedua mata kepalanya sendiri.Jika saja, Nayaka masih bersama dengan dirinya, ia pasti akan menertawakannya sampai puas, sebab, apa yang di korbankan nya hanya berbuah sia-sia? Karena yang di bunuh Nayaka saat itu merupakan salah satu bagian dari tubuh iblis itu yang sengaja di pecah, agar dia bisa menemukan wadah yang benar-benar mampu menampung semua kekuatannya.Saat menyadari bahwa tak ada satupun yang mampu menampung semua kekuatannya, iblis itu pun merubah sosoknya menjadi seorang anak kecil. Dan menunggu sampai ia mendapatkan wadah yang tepat baginya.Setelah penantiannya selama seratus tahun yang lalu, ia
Entah sudah berapa lama mereka di dalam ruangan itu, satu hal yang pasti Gentala terlihat sangat kelelahan, rona di wajahnya semakin menghilang, menyisakan rona yang pucat pasi.Di sampingnya, Nura yang tak bisa melihat kakak angkatnya menderita, ia berinisiatif menyalurkan sebagian energi miliknya pada Gentala.Gentala tidak menolak apa yang di lakukan adik angkatnya itu, sebab dirinya masih ingin hidup, setidaknya sampai memastikan bahwa murid bodohnya itu kembali tersadar.Terdengar beberapa ledakan dari luar yang kemudian di iringi dengan bumi yang bergetar hingga mengakibatkan tempat yang mereka tempati ikut bergetar.Di saat Gentala yang sedang memperpanjang umurnya, Juan pun akhirnya membuka kedua matanya.Ketika tersadar, tangannya memegangi kepalanya yang terasa sakit seraya mencoba mengingat kejadian sebelumnya.Ketika itu ia langsung marah saat ibu dan gurunya di perlakukan secara ka
Setelah mengingat atas semua yang telah terjadi, Juan pun menundukkan kepalanya seraya merenung sejenak, tatapannya jatuh pada sosok yang tengah terduduk lemah, dengan seorang wanita yang terduduk di belakang punggung sosok itu yang terlihat tengah menyalurkan energinya pada Gentala.Merasa asing dengan kehadiran wanita itu, dahi Juan pun tak bisa berhenti untuk mengerutkan dahinya, anehnya. Meski ini pertama kalinya dirinya melihat wajah wanita itu, namun, entah kenapa? Ia merasakan perasaan akrab terhadap wanita itu.Tak ingin memikirkan yang tidak-tidak, Juan yang hendak turun dari atas ranjang itu kembali terjatuh, ketika sebuah guncangan bumi yang begitu kuat, mengguncang tubuhnya." Kamu sudah bangun Juan? " Tanya Sekar dengan antusias, gadis yang baru kembali dari kamar mandi, sontak di buat terkejut dan juga lega di waktu yang bersamaan, ketika melihat teman masa kecilnya sudah kembali terbangun
Setelah memastikan keadaan, Juan pun memanggil Widura, memintanya untuk membantu kakek dan ibunya.Rubah putih berekor sembilan itu melolong, suara lolongannya begitu menggema, rubah itu tampak sangat cantik dengan kesembilan ekornya.Tak ingin membuang banyak waktu, Rubah putih berekor sembilan itu membawa tubuhnya tepat di depan Dewi Ayu beserta Yodha Wisesa, dan dengan ganas menggigit kepala mayat hidup yang berkeliaran di dekat sana hingga kepala itu terpisah dari badannya.Menyadari bahwa Juan baik-baik saja dan telah kembali ke medan perang, membuat Dewi Ayu beserta yang lainnya bernafas lega.Kembalinya Juan dan kawan-kawan membuat tenaga mereka yang tadinya sudah hampir terkuras habis, kini terasa penuh kembali.Baik Rengganis maupun Ling ling, kali ini kedua gadis itu tampak lebih akur dari sebelumnya.Sejak gejolak perang yang semakin memanas, Rengganis yang tadinya saling berkompetisi, untuk siapa yang paling banyak me
Berkat bantuan yang di berikan oleh Juan, akhirnya Wulandari bisa beristirahat sejenak, terutama Kerta Putra yang tubuhnya sudah tidak bisa bertahan lama lagi, salah satu tangannya memegang erat tangan lainnya.Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, pasangan adik kakak itu memilih pergi ke camp untuk beristirahat serta memulihkan tenaga yang kini sudah terkuras habis, berbeda dengan Ling ling, Rengganis dan Wuko yang masih terlihat bugar, dua dari mereka bergegas pergi membantu Juan dan juga Gentala, sedangkan yang satunya memilih tetap di sana, membantu para prajurit membunuh mayat hidup yang sudah banyak berkurang.Sedangkan Dewi Ayu memilih untuk merawat para prajurit, membawa mereka ke camp militer, mengobati luka mereka dengan kemampuan seadanya. Tentunya Wulandari tak bisa berdiam diri saja, di rasa cukup bertenaga, ia pun bergegas membantu ibu dari Juan itu.Di saat tangannya tengah sibuk mengobati luka salah satu prajurit, tiba-tiba