BERSAMBUNG
Rivai heran sendiri melihat Hagur yang nyenyak sekali tidur selama dalam perjalanan menuju kota An Najaf.“Tadi juga nona Julaikha jalannya dikit ngangkang, kayak keganjel gitu, jangan-jangan…?” Rivai menahan tawanya dan kini konsen saja di jalanan yang ramai lancar.Rivai sudah bisa menduga-duga, pasti ada hubungan spesial antara Hagur dengan si polwan jelita itu.Tentu saja Rivai tak tahu, Hagur dan Julaikha sudah bercinta dari sore hingga malam dan paginya malah lanjut hingga jelang siang, sebelum Rivai datang.Kini menjelang sore mereka berangkat ke Kota An Najaf dengan mobil made in Tiongkok yang di beli Hagur, mobil lamanya sementara di simpan di garasi Julaikha dan bahkan dengan entengnya di berikan Hagur buat Julaikha.Biarpun jarak ini bisa di tempuh kurang dari 3 jam, namun sesuai petunjuk Julaikha, mereka lebih aman ambil jalan memutar, menghindari razia besar-besaran aparat keamanan.Kota An Najaf walaupun tak seramai dan sepadat Baghdad, tapi daerah ini juga sangat padat
Hagur, Rivai dan Julaikha melihat aparat bersiaga di mana-mana, efek amukan Hagur memang luar biasa. Di mana-mana aparat terlihat lakukan penjagaan dengan dengan senjata berat dan selalu cek kendaraan, apalagi yang berplat luar Irak.Untung saja Hagur beli mobil baru yang tentu saja ber nopol negara ini, apalagi ada Julaikha, sehingga mereka aman selama dalam perjalanan.Andai dia masih bawa mobil yang berplat Turki, sudah bisa di duga, Hagur akan di curigai, bahkan bisa saja akan di tangkap aparat.Bukan hanya aparat kepolisian dan tentara Irak yang siaga, terlihat juga tentara Amerika turut bersiaga dan lakukan razia di semua sudut jalan.Mereka juga sempat beberapa kali di razia, tapi saat tahu ada Julaikha yang juga aparat, mereka aman sampai ke flat polwan ini."Untung ada kamu nona Julaikha, kalau nggak Tuan Langga bisa-bisa ngamuk lagi," canda Rivai. Rivai memang aslinya suka membanyol, sehingga Hagur dan Julaikha terhibur dengan kelakuannya, Hagur malah ingat sahabatnya yang
Rivai tiba-tiba ambil sebuah TV jadul, setelah dia otak atik, TV ini mau nyala, lalu dia mulai cari siaran berita di saluran TV tersebut.Langga, Julaikha, Abu Hasan, Soleha dan Layli yang mulai sehat kini menyaksikan breaking news…dan semua-nya kompak menatap si Harimau Gurun yang asyik menyeruput kopi dan enjoy saja sambil merokok.Sebab breaking news itu blak-blakan menyoroti aksi sang Harimau Gurun yang justru malam tadi beraksi sendirian dan membunuh 35 orang anggota bendera hitam, serta hancurkan markas cabang kelompok yang pro Amerika dan Israel ini.Harimau Gurun yang di singkat ‘Hagur’ ini bahkan di sebut lebih menakutkan dari anggota ISIS...!“Biasalah…namanya juga wartawan, pasti suka melebih-lebihkan, tujuannya agar beritanya makin bombastis,” cetus si Hagur kalem, seolah ini bukan berita besar baginya.Padahal di mata Rivai, Julaikha, Soleha, Layli dan juga Abu Hasan, aksi sang Harimau Gurun ini sangat hebat dan luar biasa.“Ini bukan melebih-lebihkan tuan, ini fakta,” ce
Harimau Gurun kaget, pamannya Abu Hasan lumpuh tak bisa jalan, sesaat dia terdiam, bagaimana membawa tubuh paman kakeknya ini, juga Layli yang terlihat sakit dan tak bisa berjalan.Sekonyong-konyong masuklah dua orang dan Soleha yang melihat ini langsung kaget, saat salah satunya lepas penutup wajah.“Rivai…!” kata Soleha kaget campur senang.“Ka Soleha, syukurlah kaka masih hidup!” Rivai sambil buru-buru pasag lagi penutup wajah, Harimau Gurun-lah yang terkejut, tak menyangka Rivai dan Julaikha ikutan masuk ke markas Baju Hitam ini.Tapi sejurus kemudian dia lega.“Rivai, kamu gendong paman Abu Hasan, Soleha dan Julaikha bantu wanita yang bernama Layli ini keluar dari tempat ini, kalian langsung saja ke mobil, aku akan alihkan perhatian mereka,” cetus Harimau Gurun. Rivai langsung gendong tubuh Abu Hasan, Soleha dan Julaikha gandeng kiri dan kanan tubuh Layli yang lumpuh ini dan mereka bergegas keluar dari tempat ini.Untung saja tubuh Abu Hasan dan Layli sama-sama kurus, sehingg
15 menitan kemudian ke 3 nya kembali berkumpul dan Harimau Gurun mendengarkan laporan Rivai dan Julaikha.“Hmm…berarti aku akan bergerak di sisi kiri,” cetus Harimau Gurun, ketika Rivai sebut, di sini hanya di jaga 3 orang saja. Di depan di jaga 8 orang, sisi kanan di jaga 7 orang dengan senjata berat.Kini Harimau Gurun bergerak ke sisi kiri. Julaikha dan Rivai ikuti langkah Harimau Gurun. "Kalian di sini saja, jangan ikut," cegah Harimau Gurun, saat melihat keduanya ingin ikut mendekati 3 penjaga yang terkantuk-kantuk itu.Saat melihat 3 orang penjaga ini terkantuk-kantuk, Harimau Gurun mendekati ke 3 nya dan mulut Rivai serta Julaikha mengganga, saat Harimau Gurun bergerak sangat cepat, ketiga orang ini tewas tanpa menimbulkan suara.Harimau Gurun sekali pegang kepala salah satu penjaga, krakk…langsung tewas, lalu dengan kecepatan yang luar bisa kembali piting kedua temannya, yang tak sempat sadar kalau nyawa mereka melayang.Tiga orang penjaga ini tewas dalam waktu hanya kurang d
“Tuan, nona hati-hati, mereka semua bersenjata dan ganas,” tiba-tiba saja Rivai malah nongol dekat keduanya, hingga bikin kaget Julaikha.“Agaknya kita tak bisa saat ini beraksi, nunggu malam,” sahut Langga perlahan, yang kini malah tak aneh dengan kelakuan si Rivai ini.“Setuju, malam saja, biar aman!” sela Rivai, Langga dan Julaikha sampai kaget dan saling tatap, lalu menahan senyum melihat Rivai yang justru bersemangat.Kini mereka bertiga memilih santai di sebuah kafe kecil yang agak jauh dari markas baju hitam tersebut, menunggu tengah malam.Langga dan Julaikha baru tahu alasan Rivai ikut mereka.Ternyata kelompok ini pernah menembak mati kakaknya yang dulu sempat bergabung, sekitar 1 tahunan yang lalu. Kemudian berniat ingin keluar, sebab tak mau membunuh warga tak berdosa.Yang bikin Rivai makin marah, istrinya kakaknya yang juga iparnya di paksa jadi gundik salah satu anggota pasukan baju hitam tersebut, sejak kakaknya di tembak mati tersebut.“Waktu menteror tuan Langga, aku