Siapa Soleh dan kenapa bisa bersahabat dengan si Penjagal Gurun Kendra Sulaimin? Bisa di baca di novel ‘Aku Sang Pria Pemuas’, salam MRD_BB
Dengan perlahan Hagur menginjak atap bangunan setinggi 5 meteran dari tanah, sebelumnya ia melihat 3 penjaga terlihat ketiduran di depan rumah ini, senjata mereka masih di selempangkan di dada.Setelah sampai di bagian belakang, dengan perlahan Hagur turun dan dia mencoba mendorong agak keras pintu bangunan ini.Tapi terkunci kuat dari dalam, sesaat Hagur diam sebentar memikirkan cara membukanya.“Hmm…terpaksa aku tembak!” batinnya, sambil keluarkan pistolnya yang memakai peredam.Duppp…duppp!Dua kali menembak terciptalah sebuah lubang dan dengan mudah Hagur yang gunakan sarung tangan membukanya.Begitu masuk, ruangan di sini gelap, naun justru ini memudahkannya untuk perlahan bergerak dan menuju ke sebuah kamar yang lampunya terang.“Ternyata tak ada orang, hanya 3 pejaga di depan itu,” batin Hagur lagi.Ia lalu mengintip melalui lubang angin, terlihat seorang tua berbadan kurus yang malah terus memegang tasbehnya seakan berzikir.Klik…pintu terbuka, orang tua itu kaget dan menatap
"Baiklah…ini masiih pukul 9 malam, aku akan istirahat di sini, tak apa kan?” sahut Hagur senyum kecil saat Zahra buru-buru simpan uang-uang jumbo yang kini sudah jadi miliknya tersebut.“Tuan istirahat ke lantai atas saja, sekalian bisa memantau dan nanti bergerak, di sini biar kedua anakku istirahat,” usul Zahra dan tanpa ragu Hagur mengangguk, sebab dia bisa sambil mengintai ke 3 penjaga itu melalui jendela rumah Zahra.Biarpun tidak ada kontak body, tapi kontak mata keduanya isyaratkan ada sesuatu yang agaknya harus di tuntaskan malam ini.Hagur merebahkan diri sambil menunggu malam. Harapan si jagoan bangor nan tajir tak ketulungan ini terwujud.Baru sesaat dia merebahkan diri, Zahra naik lagi dan kini hanya kenakan baju tidur yang tipis, hingga dalemannya terlihat jelas.Saliva Hagur sesaat naik melihat aduhainya penampilan Zahra dengan pakaian tidurnya iniJakun Hagur otomatis naik tak mampu di cegah lagi, tubuh Zahra yang montok membuat otaknya mulai piknik kemana-mana.“Lohh…ka
Namun Hagur buru-buru alihkan perhatian itu dengan kembali memantau 3 penjaga yang terus bersikap ‘kontra’ siapa saja yang berani menatap mereka tersebut.Hagur sesaat ingat pesan dokter Kemal, agar dia secepatnya saja cari istri, tapi jangan satu, minimal 2 atau lebih."Nafsu kamu makin tinggi setelah minum obat alternative itu," ceplos dokter Kemal saat itu dan bikin Rivai terbahak. "Saran sih bagus, tapi masa aku mesti beristri cepat, usiaku saja baru 23 tahunan," batin Hagur geli sendiri, tapi dia kembali khawatir dengan nasih sahabatnya ini, yang sampai kini belum ada kabar tersebut.Saat itulah terlihat keluar seorang pria berwajah bule yang di kawal 3 orang bersenjata, dan melangkah cepat menuju keluar gang dan tak lama kemudian menghilang dengan sebuah mobil.Walaupun berpakaian sipil, tapi Hagur sudah bisa menduga, kalau si bule itu pastinya seorang tentara, terlihat dari gayanya berjalan dan beri perintah ini dan itu pada 3 penjaga tersebut.Ketiganya terlihat bersikap bak
Hagur hanya melirik, tapi alisnya sedikit terangkat, ke 3 orang ini seakan menatapnya penuh kecurigaan.Hanya berjarak 3 bangunan, sampailah Hagur dan Zahra di rumah miliknya. Rumah beton bertingkat ini kecil saja, terdiri dari 2 kamar, satu di lanta dasar dan satunya di lantai atas. Begitu Zahra tiba, seorang anak perempuan seumuran Azis menyambutnya dan senang bukan main ibunya bawa makanan.Tak pedulikan Hagur anak ini langsung makan dengan lahap,sepertinya anak ini tak maka sejak pagi, bisa jadi juga dari tadi malam.“Enak banget bun?” serunya sambil makan dengan semangat, hingga Hagur senyum kecil.Zahra justru ke dalam kamar dan menjenguk anak satunya yang dikatakannya sedang sakit, Hagur ikutan melihatnya dan dia langsung trenyuh melihat anak kecil yang masih berusia 4 tahunan dan terlihat kurus.“Dia sakit apa Zahra?” tanya Hagur sambil belai dahi anak kecil ini, terasa panas dahi si kecil ini . “Kata dokter dia mempunyai penyakit anemia…aku nggak punya biaya mengobatinya,
“Sarah Mehdi sudah resign sejak 3 bulan yang lalu,” kata HRD TV-8 ini, hingga Hagur kaget. Lebih bingung lagi karena si HRD ini tak tahu kemana Sarah setelah resign dari TV-8 ini.Mau tak mau Hagur kembali ke hotel, tapi sesampainya di sana, dia bingung sekalgus terkejut bukan main, saat sekuriti hotel ini membisikinya dan bilang rekannya di bawa Tante Anya dan dua orang tak di kenal.“Teman tuan dalam kondisi pingsan,” bisik sekuriti ini, makin tak karuanlah hati Hagur.“Siapa sebenarnya Tante Anya itu?” batin Hagur sambil duduk termangu di café hotel ini, tentu saja dia bingung plus khawatir harus kemana mencari sahabatnya ini.“Satu-satunya jalan…aku akan cari di mana Abu Hanafiah ini di sekap, mungkin dari sana aku akan dapat petunjuk,” batin Hagur, dia lalu balik ke kamarnya dan bawa tas ranselnya, juga ransel milik Rivai, sekaligus chek out saat ini juga.Hagur kini menjalankan mobilnya sambil cari informasi, tak mudah baginya sehingga sampai 3,5 jam muter-muter, dia pun bertamba
“Tante Anya, apakah tahu di mana Sarah bekerja sebagai reporter?” Hagur bertanya dan hatinya makin deg-degan saja.“Itu yang aku belum tahu, tapi aku punya foto Sarah saat masih remaja ketika dia masih berusia 13 tahunan yang dikirim seseorang, sebentar aku buka di ponsel!” sahutnya lagi.Tante Anya lalu sibuk otak-atik ponselnya dan dia lalu perlihatkan foto tersebut ke Hagur, pemuda ini tentu saja makin terkejut, tak salah lagi.Walaupun di foto itu terlihat seorang gadis remaja tanggung dengan rambut kuningnya, alias bule abis. Tapi wajahnya sangat mirip….Sarah Mehdi! Tapi dalam bentuk masih muda.“Tante…coba buka streaming TV-8, lalu lihat-lihat acara TV newsnya dan cari repoternya yang bernama Sarah Mehdi,” kata Hagur hati-hati.Dengan hati masih bingung, Tante Anye lalu turuti permintaan Hagur dan setelahnya dia terlonjak kaget.“Ini...ini…Sarah, tak salah lagi, walaupun rambutnya di cat hitam, tapi ini pasti Sarah Said Hasan,” seru Tante Anya berbinar-binar.Tante Anye lalu bert