BERSAMBUNG
Brigjen Modi Kumar mendelik tak senang dengan Letkol Rey, tewasnya 10 pasukan zionis di tangan sang komandan ganas ini bikin geger semuanya.Ini juga bikin repot dirinya, sebab dia kena tegur atasannya yang paling tinggi.Bahkan si komandan tertinggi pasukan zionis sampai kirim surat resmi ke Brigjen Modi Kumar dan minta pertanggung jawaban atas tewasnya 10 prajurit mereka.“Saya tak perlu jelaskan panjang lebar, tuh pasukan saya jadi saksinya, siapa yang duluan provokasi pertempuran itu,” sahut Rey tenang.“Tapi kenapa harus di bunuh?” sahut si Brigjen ini, masih dengan kalimat mangkel.“Apa saya harus nunggu pasukan kita mati dulu baru kita membalas!” sahut Rey tak mau kalah, Brigjen Modi Kumar sampai gebrak meja saking kesalnya.Dia memang akui, Rey sebenarnya tidak memprovokasi musuh, justru pasukan zionis itulah yang duluan bikin ulah.Letkol Rey tenang-tenang saja, dia sama sekali tak takut di gertak, baginya kalau sang jenderal prindavan ini macam-macam, dia pun senang hati lu
Seminggu sebelum berangkat ke Timteng, Rey duduk termangu di rumahnya. “Selvi…maafkan Abang, yang gagal menjaga kamu!” batin Rey nelangsa.Rumah ini sedianya akan jadi tempat Selvi tinggal sambil lanjutkan kuliah, namun takdir berkata lain, hanya beberapa hari bersama adik beda ibunya ini, Selvi sudah pergi untuk selama-lamanya.Sampai kini, Rey belum menemukan siapa pelaku dan dalangnya, serta apa motif ingin membunuhnya, sehingga adiknya jadi korban."Andai Selvi aku minta langsung ke Jakarta, mungkin nyawanya akan tertolong. Pasti kelak dalangnya akan muncul...tunggu saja, kepala kalian akan aku bolongi," gumam Rey dengan suara geram.Rey bahkan enggan kemana-mana, dia di rumah saja, chat dan telpon Bungki yang ajak nongki tak di balasnya.Biarpun sudah lebih 6 bulanan sejak tragedi itu, tak ada yang tahu Rey diam-diam beberapa kali meneteskan airmata kalau ingat Selvi.Inilah yang membuat dia sangat ganas saat di Papua kalau bertemu musuh, Rey bak mau bunuh diri saja, seolah tak t
Kegegeran makin menjadi-jadi, saat Rey cabut senjatanya dan menembak ke atas berkali-kali, sambil berteriak-teriak menyeramkan.Tentu saja semua orang ketakutan melihat sang perwira ini bersikap bak kesetanan tersebut, semuanya berlarian ketakutan, apalagi Rey masih memegang pistol dan beberapa kali menembak ke udara.Tujuan Rey begitu untuk cari pelaku penembakan adiknya, yang menghilang di antara ribuan orang yang hilir mudik di bandara Sultan Sam Ratuwangi yang sangat sibuk ini.“Bangsaatttttt…!” teriakan Rey yang sedang murka dan berduka, sikapnya benar-benar menyeramkan, sia-sia dia mencari penembak dirinya yang salah sasaran dan kena Selvi.Walaupun Rey dengan berlari kencang mengejar pelakunya, yang sepintas dia lihat berjaket hitam dan mengenakan topi bisbol warna hitam.Namun sampai ke pojok-pojok bandara, penembak itu tak kelihatan batang hidungnya.Saat Rey kembali, adiknya sudah di bawa keamanan bandara dengan ambulans ke rumah sakit, dia lunglai setelah 2 polisi militer m
Rey tak segan schedule ulang penerbangan ke Papua, tuh dia masih punya jatah libur 2 harian lagi, Selvi juga sama,masih 2 hari lagi baru terbang kembali.Tapi dia sudah ajukan pengunduran diri ke maskapai plat merah itu,"Aku udah capek Bang, sudah 4 tahun loh jadi pramugari, aku ingin kuliah lagi!" alasannya, Rey pun hanya mengangguk dan mendukung niatan adiknya.Kedua sahabat pramugarinya sampai melongo saat Selvi dengan bangga kenalkan Rey, sebagai Abang se ayahnya, sebelum mereka bertolak ke bandara dan terbang ke Bagoya.“Selvi, Abang-mu masih jumblo kan? Buatku ajah yahh,” bisik salah satu temannya pramugarinya kenes, Selvi tertawa saja dan bilang silahan di rayu.Namun temannya yang tak kalah cantiknya ini langsung manyun, saat Selvi berbisik kalau kalau Abangnya ini miliki banyak kekasih.Rey yang mendengar ini langsung cubit pipi adiknya, hingga kedua sahabatnya terbahak.Selvi kini tak ragu kolokan dengan Rey, pria matang ini pun sama, sekian lama merasa jadi ‘anak tunggal’
“Bang…bang…lohh kok termenung!” sentak Selvi dan makin kaget lagi saat dia melihat mata Rey malah berkaca-kaca.“Selvi…ketahuilah…kamu ini adikku, tanpa tes DNA pun aku yakin kamu ini adikku. Kita memiliki ayah yang sama, tapi ibu kita berbeda!” sahut Rey, hingga bikin Selvi melongo.“B-bang…bentar dulu, kok bisa-bisanya kamu bilang aku ini adikmu, apa buktinya!” Selvi tentu saja tak percaya, masa iya mereka ini bersaudara, apalagi mereka baru bertemu, ini sangat tak masuk akal, pikirnya.Melihat Selvi bingung begitu, Rey pun mulai ceritakan kronologisnya, kenapa dia sampai berani ngomong kalau Selvi ini adik se ayahnya.“Selvi, Abang punya sepupu, namanya Bungki Sulaimin, dia pernah cerita, ayah kita yang bernama itu Bannon pernah ke Kampung Kur mencari ibumu, tak lama setelah kampung ibumu itu di bombardir, tapi ayah kita tersebut gagal mencari kamu.”Rey tak bohong, tanpa setahu Bungki, Rey pernah memancing sepupunya itu cerita soal masalalu ayah kandungnya tersebut.Saat itu Bungki
“Dengar nggak sengaja Selvi, bukan sengaja nguping,” sahut Rey sambil senyum di kulum. Selvi langsung hela nafas dan kini dia murung lagi.Rey makin tertarik melihat gadis cantik ini, wajahnya kayak ada bau-bau Timtengnya.“Selvi…kamu turunan Arab yaa?”Selvi terkaget-kaget dengan pertanyaan Rey, sebab dia masih memikirkan persoalan ayah dan ibu angkatnya di Bagoya.“Iya Bang…panjang kisahnya!” sahut Selvi pendek, seakan malas banget lagi banyak persoalan malah di tanya-tanya.“Hmm…kalau boleh tahu, berapa sih hutang ortu angkat kamu di bank?” tanya Rey lagi. Selvi yang sedang banyak masalah langsung merengut tak senang.“Bang, aku lagi mumets, kok Abang bawel sih nanya-nanya mulu, sebal deh, emanknya Abang mau bantu? Nih aku bilangin ke Abang, hutang ortu aku aku berikut bunga adalah 350 jutaan, you understan?” cerocos Selvi, menumpahkan rasa kesalnya.Saking kesalnya Selvi juga bilang alasan ortunya berhutang ke bank, untuk sekolahkan dia jadi pramugari. Inilah yang jadi beban berat
Tapi Roro akhirnya tak peduli lagi dengan itu semua, mereka berdua bak botol bertemu tutup, selama berhari-hari main cinta saja tanpa ada kata puas.Roro makin mabuk kepayang saat di ajak Rey belanja sepuasnya di sebuah mal dan menuju ke butik yang memajang pakaian bermerek.Jangankan pakaian, tas berharga mehong yang terkenal dengan merek He***s juga dibelikan Rey. Roro benar-benar di manjakan Rey.Roro pun langsung move on dari kekasihnya dan bilang, kenapa nggak dari dulu saja dia bersama Rey, nyesel keperawanannya di ambil mantan kekasihnya.“Tak apa…perawan kan hanya sekali tusuk, setelahnya sama ajah, yang penting goyangannya,” canda Rey, hingga Roro terkekeh dan bilang baru dengan Rey ini dia puas lahir batin saat bercinta.Rey pun juga sama harus mengakui, bersama Roro inilah dia sering bercinta adu adrenalin dan sering spot jantung.Bukan hanya di mobil, mereka juga pernah bercinta di kolam renang di hotel berbintang, bahkan pernah di pantai.Namun…semua kegilaan ini harus ber
“Ro…tunggu, masa setelah makan langsung olahraga, jeda dululah,” bisik Rey. Roro tertawa dan mengangguk, dia juga bilang masih kenyang."Iya sihh...nggak enak banget masih kenyang di bawa bercinta!" sahut Roro sambil rapikan lagi kimononya.Siangnya mereka manfaatkan jalan-jalan ke mal, Roro ngaku bete di rumah tanpa ngapa-ngapain, setelah ajakan bercinta di tolak Rey.Wajah Roro bukannya ceria, dia malah bete tak kepalang saat kepergok mantan kekasihnya sedang jalan dengan pacar barunya.Yang dulu dikatakan Roro selingkuhannya dan penyebab mereka batal menikah beberapa bulan yang lalu. Melihat itu wajahnya keruh, Roro bahkan malas ngomong dan Rey membiarkan saja.Sebagai pria berpengalaman dia paham, wanita kalau sedang marah paling mujarab di diamkan, tapi jangan di tinggalkan.“Rey, kita pulang aja yuks, malas banget jalan-jalan di sini, ketemu sama kura-kura ninja dan kekasihnya!” cetus Roro, padahal tadi dia niat ingin belanja di butik, mumpung ada Rey yang bayarin batinnya.Rey
“Enak sekali rumah kamu ini Rey, boleh aku di sini dulu?” Roro menatap sang perwira tajir ini. Rey mengangguk dan Roro langsung senyum manis.“Eh boleh kepo nggak? Kok kamu bisa beli rumah bagus ini, pasti harganya nggak murah kan?” pancing Roro, gadis tinggi semampai ini pun sebut angkanya yang menyentuh 2,5 miliaran.Rey diam sebentar lalu sebut ini…warisan kakeknya, Fandi Haruna!“Astagaa…iya lupa, kakekmu kan mantan polisi bintang 2, enak banget kamu dapat warisan,” ceplos Roro.Roro juga dengan bercanda bilang, kenapa nggak dari dulu saya Rey dapat warisan, sehingga tidak menjadi pekerja…shift malam!Rey hanya bisa senyum mesem, malu menjawab pertanyaan ini. Sebab inilah masalalunya yang kelam.Tapi Roro buru-buru ralat dan bilang semua orang punya masalalu dan tak perlu sok suci mengaku bersih, dia pun blak-blakan ngaku...sudah tak perawan lagi!Rey sampai terhenyak sesaat, tapi setelahnya senyum maklum.“Ro…apa yang akan kamu lakukan sekarang? Nggak mungkin kan kamu mabuk mulu,