Beranda / Horor / Pria Tak Kasat Mata / Bab 5 Sekolah Baru

Share

Bab 5 Sekolah Baru

Penulis: Moyna Pakhi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-22 17:26:01

Pagi tiba lebih cepat daripada yang kuharapkan. Entah kenapa, aku merasa tak ingin sekolah. Aku merasa gugup jika bertemu dengan orang baru. Aku benci ketika murid-murid nanti akan menatapku ketika aku masuk kelas.

Setelah selesai memakai seragam, aku turun ke dapur untuk menemui Tante El. Tante El sedang duduk sambil minum kopi.

"Pagi, keponakan tante yang paling cantik!" ucapnya ketika melihatku berjalan mendekatinya. Aku membalasnya dengan senyum tipis sambil menuangkan secangkir kopi untuk diriku sendiri.

"Udah siap nih mau masuk sekolah baru?"

Aku menghela napas sambil mengangkat bahuku. Seharusnya Tante El tahu apa yang kurasakan, aku tidak siap.

"Nggak apa-apa. Mulai sekarang, kamu harus mulai percaya diri. Cobalah berbicara dengan teman baru, seenggaknya satu orang aja untuk hari ini. Kamu pasti bisa!" Tante El tersenyum sembari mengusap kedua bahuku memberiku semangat.

Aku menunduk lalu mengangguk pelan. "Iya, Tan."

"Ngomong-ngomong, Tante jam berapa berangkat kerjanya?" tanyaku melihat jam sudah pukul tujuh lewat lima belas menit, padahal jarak tempat kerja Tante El dari rumah lumayan jauh.

Tante El melirik jam tangannya, "Ya ampun, Tante harus berangkat sekarang biar nggak telat. Bye, sayang!"

Tante El menyambar tas jinjingnya lalu berlari keluar.

Aku meneguk kopiku hingga habis sat tersisa, lalu meletakkan cangkirnya di wastafel. Lamat-lamat, aku mendengar suara langkah kaki di luar. Ah, itu pasti Tante El, barangkali ada sesuatu yang tertinggal jadi ia kembali lagi.

"Ada yang ketinggalan ya, Tan?" tanyaku. Tak ada jawaban. Namun, suara langkah kaki itu terdengar semakin jelas.

"Tan, jangan nakut-nakutin deh! Aku tahu itu pasti Tante El, kan?" tanyaku sambil menenangkan diri sendiri. Namun tetap sama, tak ada jawaban.

Perlahan aku berjalan mendekati arah suara-suara itu, namun di sana tak ada apa-apa selain jam dinding yang berdetak di ruangan yang sepi.

Sudah hampir setengah delapan! Aku bisa terlambat ke sekolah! Bergegas aku mengambil ranselku lalu berlari keluar.

Untungnya, sekolahku tak begitu jauh. Aku sudah sampai di sekolah setelah berjalan kaki sekitar sepuluh menit.

Aku berjalan ke pintu masuk sekolah. Sekolah ini tidak terlalu besar, namun lingkungannya terlihat nyaman dan fasilitasnya sudah lengkap.

Aku memasuki aula sekolah, terlihat beberapa siswi duduk bersama dan asyik berbincang-bincang. Aku memfokuskan pandanganku ke depan, berharap mereka tidak melihatku dan bertanya padaku.

Aku berjalan melewati depan kantor. Terlihat seorang wanita dewasa dengan seragam guru, berambut pendek dan berkacamata berjalan lalu menatapku sekilas.

"Eh, kamu yang murid baru pindahan itu ya?" tanyanya.

"Iya, Bu," jawabku. 'Kok tahu?' pikirku.

"Ya tahu, lah. Ibu hapal semua murid di sini," ucap wanita itu sambil terkekeh.

"Siapa nama kamu? Ibu lupa."

"Sella Amelia, Bu."

"Oh iya, sini ke ruangan ibu dulu," ucap wanita itu. Aku pun mengikutinya.

"Jadi, ibu wali kelas kamu. Nama ibu, Risma. Ini jadwal kelas kamu." ucap Bu Risma sembari menyodorkan selembar kertas padaku.

"Ruang kelas kamu ada di depan, lurus saja, di atas pintu sudah ada tulisannya kelas 11 IPA 1, ya."

Aku mengangguk.

Teng! Teng! Bel masuk berbunyi.

"Selamat belajar ya." ucap Bu Risma.

Aku pun bergegas menuju ruang kelasku. Langkahku terhenti ketika sampai di depan pintu kelas 11 IPA 1 yang sudah tertutup. Aku mengambil napas dalam-dalam sambil mengulurkan tanganku menyentuh kenop pintu itu, lalu perlahan membukanya. Belum sempat aku melangkah, stiap mata di kelas itu sudah tertuju padaku. Mereka menatapku seolah belum pernah melihat murid baru di sekolah itu.

"Silahkan masuk," ucap seorang lelaki yang sedang mengajar di kelas itu.

Aku mengangguk. "Iya pak."

Aku melangkah masuk sambil menundukkan wajahku.

"Silahkan, perkenalkan diri di depan teman-temannya."

"Perkenalkan, nama saya Sella Amelia, murid pindahan di kelas ini.." aku terhenti, hanya itu yang bisa kuucapkan.

"Sekarang, kamu boleh duduk di bangku yang kosong," ucap pria itu.

Aku mendongak dan melihat hanya ada satu kursi kosong, di sebelah seorang gadis yang menatapku dengan tatapan tak suka. Aku tak punya pilihan lain selain duduk di sampingnya 

Aku merasakan semua siswa terus menatapku, namun aku terus melihat lurus ke depan ke arah papan tulis. Hingga akhirnya, aku mendengar bel berbunyi. Semua siswa terlihat membereskan buku-bukunya, begitu juga dengan gadis yang duduk di sampingku. Dengan cepat ia pergi seolah takut jika aku mengajaknya bicara.

Aku duduk diam di kelas yang tinggal ada beberapa siswa di dalamnya.

Tiba-tiba aku merasakan tepukan di bahuku, aku terjingkat kaget. Aku menoleh ke belakang dan melihat seorang cowok berwajah tampan berambut kecoklatan tersenyum manis padaku. Aku yakin, pasti banyak siswi yang menyukainya.

"Maaf aku nggak bermaksud ngagetin kamu." Dia terkekeh

"Nggak kok," ucapku sambil tersenyum.

"Namaku Daniel. Senang bertemu denganmu, Sella." Pria itu mengulurkan tangannya, aku menjabatnya lalu memberinya senyum kecil.

"Oh iya. Tadi malem aku lihat kamu loh, di rumah makan Elfrata."

Aku berpikir sejenak, lalu teringat dialah lelaki yang kulihat duduk bersama anak-anak lainnya ketika aku sedang makan dengan Tante El kemarin malam. Saat itu, dia memergokiku sedang menatapnya.

"Oh, iya aku ingat." Aku mencoba untuk tidak tersipu.

"Oke, aku pergi dulu ya. Bye, Sella." Ia tersenyum lalu berjalan keluar kelas menyusul teman-temannya.

***

Sekarang sudah istirahat kedua. Semua siswa pergi ke kantin untuk makan siang. Aku membeli sepiring nasi goreng di kantin. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling kantin, rasanya aku tak ingin makan di sini, lebih baik makan sendiri saja di kelas.

Namun tiba-tiba aku melihat Daniel melambaikan tangan padaku. Ia memintaku untuk bergabung makan bersama dengan teman-temannya.

Sebenarnya aku ingin makan sendiri, tapi tak enak jika mengabaikannya. Akhirnya aku melangkahkan kakiku mendekati meja mereka.

"Hai," sapaku canggung saat aku sampai di meja tempat mereka berkumpul. Daniel menepuk kursi di sebelahnya, mengisyaratkanku untuk duduk.

"Kenalin, ini Sella. Dia anak pindahan." Daniel memberitahu mereka saat aku duduk.

"Kita belum pernah punya murid pindahan sebelumnya jadi tentu saja kita tahu dia baru di sini, dari tadi semua orang ngomongin dia terus." Ucap salah satu siswi. Aku menelan ludah memikirkan semua orang berbicara tentangku.

"Kenalin, aku David," cowok yang duduk di depanku mengulurkan tangannya sambil tersenyum tipis.

"Hai," ucapku dengan canggung sembari menjabat tangannya.

"Kalo aku, Kia," gadis berambut hitam panjang di sebelah cowok itu ikut memperkenalkan diri padaku.

"Kalo yang itu, namanya Lina." Kia menunjuk pada gadis yang tadi memberitahuku bahwa semua orang membicarakanku. Gadis itu terlihat sedang sibuk dengan ponsel di tangannya, ia melambai padaku tanpa menatapku.

"Kalo di ujung sana yang lagi pacaran berduaan itu namanya Rio sama Ana," ucap Kia sambil menunjuk sepasang kekasih yang sedang duduk berhadapan di sudut ruangan. Sontak cowok itu menatap sinis ke arah kami ketika mendengar namanya disebut.

"Senang bertemu kalian," aku tersenyum kecil 

"Dari mana asalmu?" David yang sedari tadi diam bertanya.

"Lingkar Barat," ucapku memberi tahu mereka.

"Oh, aku pernah sekali kesana. Tempatnya indah," ucap Kia.

"Kenapa kamu pindah ke sini?" Daniel bertanya. Aku menghela napas, aku tidak suka membicarakan tentang hal ini.

"Yah, cuma pengen suasana baru aja." Aku mengangkat bahu. Untungnya mereka tidak menanyakan apa-apa lagi. Aku tak suka membicarakan masalah pribadiku, apalagi tentang musibah itu.

"Ohh. Kamu pasti suka di sini," ucap Kia. Ia terlihat baik dan sangat ramah padaku.

"Kuharap begitu, semoga aku betah di sini," ucapku.

"Ya betah dong. Kan udah punya temen-temen baru sekarang," Daniel menepuk bahuku. "Iya nggak?" ia mengedarkan pandangannya pada teman-temannya.

"Iya, sekarang kami jadi teman-teman barumu," ucap Kia, senyum gadis itu mengembang.

Aku tersenyum tipis. Semoga saja, apa yang mereka katakan, bukan sekedar basa basi saja.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 21 Saling Memaafkan

    AryaAku merasa sangat buruk, kenapa aku bertingkah seperti itu pada Sella! Aku harap ia akan berbicara denganku lagi. Tapi kalau ia tidak mau berbicara denganku lagi, aku tak akan menyalahkannya.Kenapa aku berbicara seperti itu padanya aku seharusnya ikut bahagia untuknya, karena Daniel adalah pria yang baik. Dan Sella benar, aku tidak mengenalnya sama sekali. Apa yang salah denganku?Dan juga, ia tidak perlu memberitahuku apa pun tentang masa lalunya, itu bukan urusanku, dia menghargai masa laluku dan tidak menanyakan apa pun padaku. Tapi aku hampir bertindak seolah-olah aku cemburu? Padahal aku bukan siapa-siapa baginya seperti yang ia katakan kami hanya bersahabat tidak lebih, meskipun aku menginginkan lebih dari itu. aku sudah sendirian begitu lama dan sekarang aku menemukan seorang teman dalam hidupku, aku malah ingin menghancurkan perasaannya. Tidak! Aku tidak ingin kehilangannya, ia adalah hal terbaik yang aku punya setelah w

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 20 Rencana Kencan

    "Aku seneng banget." Kia berkata keesokan paginya."Aku tidak bisa tidur sama sekali setiap suara yang kudengar membuatku terus berpikir bahwa hantu itu akan berada di ujung tempat tidur siap untuk membunuhku," ucap Icha sambil menggigil.Aku senang arya berada di ruang bawah tanah."Dan sekarang kamu tahu tidak ada yang perlu ditakuti," ucap Kia mencoba melihat sisi baiknya."Terima kasih telah datang, aku senang sekali," ucapku jujur."Kami juga senang," ucap Kia sambil memelukku."Bye," ucap Icha sembari berjalan ke mobil."Sampai jumpa hari Senin," ucapkan sebelum ia benar-benar pergi."Arya, kamu bisa ke atas sekarang." Aku membuka pintu ruang bawah tanah dan memberitahunya. Setelah beberapa menit dia naik ke atas."Apakah mereka baru saja pergi?" Ia bertanya."Ya" jawabku."Apakah kamu senang bersama mereka?" tanyanya."Iya aku sangat senang," jawabku. Ia tersenyum mending harinya.

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 19 Cemburu?

    "Suara apa itu?" bisik Kia."Suara apa, mungkin kamu salah dengar," ucapku berpura-pura, namun kemudian aku mendengar suara itu lagi."Nggak ada orang lain di rumah ini kan?" tanya Kia. Aku bisa melihat dengan jelas, ia berusaha untuk tidak panik."Gak ada, hanya kita," dan Arya."Kuharap aku nggak akan sekarat di rumah ini," ucap Icha ketakutan.Aku melihat Arya berjalan ke jendela dan menghela nafas. "Itu hanya beberapa anak lelaki yang melempar barang-barangnya ke jendela."Aku berjalan ke jendela dan dia benar. "Itu Daniel dan Evan," ucapku sembari menghela napas."Apa yang dilakukan orang-orang idiot itu di sini?" Icha memutar bola matanya jengah.Kia membuka jendela, "Kenapa kalian ke sini? Acara ini khusus untuk perempuan!" ucap Kia geram.Aku melirik ke arah Arya, ia terkekeh sambil menatapku, aku memutar bola mataku."Ayo, biarkan kami masuk," ucap Daniel."Ya! Kami ingin melihat rumah hantu!

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 18 Menginap

    "Jadi, apakah kamu akan membongkar barang-barangmu sebelum tidur bersama teman-temanmu Minggu depan?" Arya bertanya padaku. Aku terus menundanya untuk membuka barang-barangku dari rumah lama. aku tahu aku harus melakukannya, tapi aku belum siap. Aku tidak tahu apakah aku akan pernah siap untuk melihat barang-barang yang penuh kenangan itu."Aku mungkin akan memindahkannya ke sudut," ucapku berharap ia tidak bicara lebih banyak tentang hal ini. Untungnya ia tak membicarakannya lagi."Kapan kau akan selesai?" Arya mengeluh melihatku begitu lama mengerjakan pekerjaan rumahku. Apakah ia merindukanku?"Sabar," ucapku sambil menghela napas.Aku tergelak ketika melihatnya cemberut, ia menjatuhkan dirinya di tempat tidurku, sembari menungguku mengerjakan pekerjaan rumah."Aku sudah selesai sekarang, kau senang?" ucapku sambil meletakkan buku-bukuku di meja."Yeeeeyy!!" ia bersorak."Kamu seperti anak-anak," Aku memutar bola mataku."Ak

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 17 Perang Bantal

    Akhir pekan berlalu cukup cepat. Aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Arya. Hingga keesokan paginya, tiba lagi."Selamat pagi. Semangat ya, sekolahnya," ucap Tante El."Aku males banget hari ini," keluhku."Harus semangat, dong." Kulihat Tante El cemberut."Akan kucoba," ucapku sambil terkekeh.***"Hey, ayo duduk," ucap Kia sambil mengambil bekal makan siangku."Hai teman-teman," sapa Daniel yang sudah lebih dulu duduk dari tadi."Hai," balasku."Gimana pestanya kemarin, seru?" tanya Evan yang tidak tahu kalau aku hampir pingsan kemarin."Iya," ujarku sambil mengangguk, sedikit menahan malu karena aku telah merepotkan teman-temanku."Jadi, kemarin kalian masuk ke rumahnya?" Icha bertanya sambil menatap Daniel dan Kia."Tentu saja. Itu kan cuma rumah. Apa yang perlu ditakuti?" Daniel memutar bola matanya malas."Iya, tapi dulu kan di rumah itu ada banyak or

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 16 Mabuk

    "Mau kau bawa ke mana dia?" tiba-tiba aku mendengar suara Daniel, namun aku merasa mabuk.Kurasakan Daniel menarik lenganku dari pria itu dan kurasakan kesadaranku semakin berkurang, rasanya seperti mau pingsan."Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Daniel khawatir. Aku mengangguk."Jangan terima minuman dari orang yang tidak kamu kenal," ucap Daniel. Aku kembali mengangguk, namun kepalaku terasa berat."Hei, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Kia ketika melihatku memijit keningku."Aku merasa nggak enak badan," ucapku."Ayo kita antar kamu pulang," ucap Daniel terlihat khawatir. Ia menggandengku menuju parkiran, namun langkahku terseok-seok karena aku memakai sepatu hak tinggi."Ayo masuk ke mobil," ucapnya."Ya," ucapku namun aku tak bisa menggerakkan kakiku."Kamu harus menggendongnya," ucap Kia pada Daniel."Ayo, Sella!" Daniel mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya, aku melingkarkan lenganku di lehernya. Ia mendu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status