Home / Horor / Pria Tak Kasat Mata / Bab 4 Hari Libur

Share

Bab 4 Hari Libur

Author: Moyna Pakhi
last update Last Updated: 2021-12-22 17:25:16

"Sella, bangun! Udah siang." Aku terjingkat mendengar Tante El berteriak.

"Hmm, iya iya Tante bawel," ucapku yang masih setengah sadar.

Dengan malas, aku menyibakkan selimut yang dengan hangatnya menutup tubuhku. Aku bangkit dari tidurku, sesaat terdiam duduk di sisi ranjang, kejadian tadi malam kembali teringat. 

Ada seseorang yang memperhatikanku dan duduk di ujung ranjangku. Ah tidak, mungkin semalam aku hanya bermimpi, atau berhalusinasi karena terlalu lelah. 

Aku perlahan bangkit dari dudukku dan bergegas keluar kamar. Aku berjalan menuruni anak tangga yang menuju ke dapur di bawah. Tante El sedang membuatkan sarapan.

"Pagi, Tan," ucapku sambil duduk di kursi meja makan.

"Pagi." Tante El menyodorkanku secangkir kopi.

"Gimana tidur kamu semalam, nyenyak?" tanya Tante El ketika aku sedang menyeruput kopi itu.

"Em nyenyak Tan. Cuma rasanya agak aneh aja, mungkin karena rumah baru jadi belum terbiasa," ujarku menutupi rasa gugupku.

"Oh, lama-lama juga nanti terbiasa," ujar Tante El sembari tersenyum tipis.

Aku mengangkat bahuku, kurasa semalam aku hanya lelah dan berhalusinasi.

Setelah selesai sarapan, aku menonton TV di ruang tengah.

"Tante mau ke warung, kamu mau titip apa?" tanya Tante El. Aku berpikir sejenak. "Es krim?" tanyanya lagi.

"Boleh," jawabku.

"Ya udah, Tante pergi dulu."

Tante El pergi meninggalkan aku menonton TV sendirian di rumah sebesar ini. Aku melanjutkan aktivitasku menonton TV, ada kartun kesukaanku.

Namun, tiba-tiba aku mendengar suara aneh. Aku yakin suara itu bukan berasal dari televisi. Aku mengecilkan volume TV lalu mempertajam pendengaranku. Sepertinya suara itu berasal dari basmen.

Bergegas aku bangkit dari dudukku, seketika rasa penasaranku meningkat untuk melihat ada apa di sana. Perlahan aku melangkahkan kakiku, tanganku terulur untuk memutar kenop pintu. Aku menarik napas dalam-dalam lalu perlahan membuka pintu itu.

Rasa penasaranku benar-benar mengalahkan rasa takutku.

"Siapa di situ?" tanyaku entah pada siapa, sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Untungnya tak ada jawaban, jelas tak ada siapapun di sana. Bodohnya aku bertanya sendirian.

"Eh!" Aku melihat seperti bayangan seseorang baru saja melintas. Mataku terbelalak, namun bayangan itu tak lagi terlihat.

"Huh, sepertinya aku berhalusinasi lagi," pikirku. Aku menarik napas dalam-dalam sambil menuruni anak tangga yang menimbulkan bunyi berderit itu.

Perasaanku masih tak tenang, aku benar-benar berharap yang barusan kulihat itu hanya halusinasiku saja. Namun seketika bulu kudukku meremang mengingat adegan-adegan di film horor di mana seorang gadis menjadi korban hantu karena kebodohannya sendiri.

Aku kembali mengedarkan pandanganku dan, tiba-tiba aku merasakan seseorang menepuk pundakku.

"AAA!!!" Aku sontak menjerit sekeras-kerasnya.

"Heh, ini Tante!" Aku mendengar suara Tante El, lalu aku merasakan kedua lengannya merangkul tubuhku yang terjingkat kaget.

"Maaf, Tante nggak bermaksud bikin kamu kaget. Tadi Tante panggil beberapa kali, kirain kamu denger."

"Kamu kenapa?"

"Nggak papa kok, Tan. Tadi cuma kayak denger sesuatu dari sini." Aku menghela napas dalam-dalam.

Tante El mengedarkan pandangannya sekilas. "Nggak ada apa-apa, kok. Ayo naik ke atas lagi. Tante udah beli es krim sama cemilan."

Aku mengangguk sebagai jawaban. 

Kami menuju ke atas bersama lalu melanjutkan aktivitasku yang sempat terhenti, menonton TV. Kali ini sambil makan cemilan dan es krim. Hari ini hari Minggu, tanteku tidak bekerja, jadi kami menghabiskan waktu sepanjang hari seperti ini.

Hingga akhirnya malam tiba.

Aku naik tangga ke kamarku. Aku bersiap-siap untuk tidur, aku berbaring di ranjang dengan semua lampu menyala. Bukan karena aku takut kegelapan, hanya saja rumah baru ini membuatku merasa seram saat gelap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 21 Saling Memaafkan

    AryaAku merasa sangat buruk, kenapa aku bertingkah seperti itu pada Sella! Aku harap ia akan berbicara denganku lagi. Tapi kalau ia tidak mau berbicara denganku lagi, aku tak akan menyalahkannya.Kenapa aku berbicara seperti itu padanya aku seharusnya ikut bahagia untuknya, karena Daniel adalah pria yang baik. Dan Sella benar, aku tidak mengenalnya sama sekali. Apa yang salah denganku?Dan juga, ia tidak perlu memberitahuku apa pun tentang masa lalunya, itu bukan urusanku, dia menghargai masa laluku dan tidak menanyakan apa pun padaku. Tapi aku hampir bertindak seolah-olah aku cemburu? Padahal aku bukan siapa-siapa baginya seperti yang ia katakan kami hanya bersahabat tidak lebih, meskipun aku menginginkan lebih dari itu. aku sudah sendirian begitu lama dan sekarang aku menemukan seorang teman dalam hidupku, aku malah ingin menghancurkan perasaannya. Tidak! Aku tidak ingin kehilangannya, ia adalah hal terbaik yang aku punya setelah w

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 20 Rencana Kencan

    "Aku seneng banget." Kia berkata keesokan paginya."Aku tidak bisa tidur sama sekali setiap suara yang kudengar membuatku terus berpikir bahwa hantu itu akan berada di ujung tempat tidur siap untuk membunuhku," ucap Icha sambil menggigil.Aku senang arya berada di ruang bawah tanah."Dan sekarang kamu tahu tidak ada yang perlu ditakuti," ucap Kia mencoba melihat sisi baiknya."Terima kasih telah datang, aku senang sekali," ucapku jujur."Kami juga senang," ucap Kia sambil memelukku."Bye," ucap Icha sembari berjalan ke mobil."Sampai jumpa hari Senin," ucapkan sebelum ia benar-benar pergi."Arya, kamu bisa ke atas sekarang." Aku membuka pintu ruang bawah tanah dan memberitahunya. Setelah beberapa menit dia naik ke atas."Apakah mereka baru saja pergi?" Ia bertanya."Ya" jawabku."Apakah kamu senang bersama mereka?" tanyanya."Iya aku sangat senang," jawabku. Ia tersenyum mending harinya.

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 19 Cemburu?

    "Suara apa itu?" bisik Kia."Suara apa, mungkin kamu salah dengar," ucapku berpura-pura, namun kemudian aku mendengar suara itu lagi."Nggak ada orang lain di rumah ini kan?" tanya Kia. Aku bisa melihat dengan jelas, ia berusaha untuk tidak panik."Gak ada, hanya kita," dan Arya."Kuharap aku nggak akan sekarat di rumah ini," ucap Icha ketakutan.Aku melihat Arya berjalan ke jendela dan menghela nafas. "Itu hanya beberapa anak lelaki yang melempar barang-barangnya ke jendela."Aku berjalan ke jendela dan dia benar. "Itu Daniel dan Evan," ucapku sembari menghela napas."Apa yang dilakukan orang-orang idiot itu di sini?" Icha memutar bola matanya jengah.Kia membuka jendela, "Kenapa kalian ke sini? Acara ini khusus untuk perempuan!" ucap Kia geram.Aku melirik ke arah Arya, ia terkekeh sambil menatapku, aku memutar bola mataku."Ayo, biarkan kami masuk," ucap Daniel."Ya! Kami ingin melihat rumah hantu!

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 18 Menginap

    "Jadi, apakah kamu akan membongkar barang-barangmu sebelum tidur bersama teman-temanmu Minggu depan?" Arya bertanya padaku. Aku terus menundanya untuk membuka barang-barangku dari rumah lama. aku tahu aku harus melakukannya, tapi aku belum siap. Aku tidak tahu apakah aku akan pernah siap untuk melihat barang-barang yang penuh kenangan itu."Aku mungkin akan memindahkannya ke sudut," ucapku berharap ia tidak bicara lebih banyak tentang hal ini. Untungnya ia tak membicarakannya lagi."Kapan kau akan selesai?" Arya mengeluh melihatku begitu lama mengerjakan pekerjaan rumahku. Apakah ia merindukanku?"Sabar," ucapku sambil menghela napas.Aku tergelak ketika melihatnya cemberut, ia menjatuhkan dirinya di tempat tidurku, sembari menungguku mengerjakan pekerjaan rumah."Aku sudah selesai sekarang, kau senang?" ucapku sambil meletakkan buku-bukuku di meja."Yeeeeyy!!" ia bersorak."Kamu seperti anak-anak," Aku memutar bola mataku."Ak

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 17 Perang Bantal

    Akhir pekan berlalu cukup cepat. Aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Arya. Hingga keesokan paginya, tiba lagi."Selamat pagi. Semangat ya, sekolahnya," ucap Tante El."Aku males banget hari ini," keluhku."Harus semangat, dong." Kulihat Tante El cemberut."Akan kucoba," ucapku sambil terkekeh.***"Hey, ayo duduk," ucap Kia sambil mengambil bekal makan siangku."Hai teman-teman," sapa Daniel yang sudah lebih dulu duduk dari tadi."Hai," balasku."Gimana pestanya kemarin, seru?" tanya Evan yang tidak tahu kalau aku hampir pingsan kemarin."Iya," ujarku sambil mengangguk, sedikit menahan malu karena aku telah merepotkan teman-temanku."Jadi, kemarin kalian masuk ke rumahnya?" Icha bertanya sambil menatap Daniel dan Kia."Tentu saja. Itu kan cuma rumah. Apa yang perlu ditakuti?" Daniel memutar bola matanya malas."Iya, tapi dulu kan di rumah itu ada banyak or

  • Pria Tak Kasat Mata   Bab 16 Mabuk

    "Mau kau bawa ke mana dia?" tiba-tiba aku mendengar suara Daniel, namun aku merasa mabuk.Kurasakan Daniel menarik lenganku dari pria itu dan kurasakan kesadaranku semakin berkurang, rasanya seperti mau pingsan."Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Daniel khawatir. Aku mengangguk."Jangan terima minuman dari orang yang tidak kamu kenal," ucap Daniel. Aku kembali mengangguk, namun kepalaku terasa berat."Hei, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Kia ketika melihatku memijit keningku."Aku merasa nggak enak badan," ucapku."Ayo kita antar kamu pulang," ucap Daniel terlihat khawatir. Ia menggandengku menuju parkiran, namun langkahku terseok-seok karena aku memakai sepatu hak tinggi."Ayo masuk ke mobil," ucapnya."Ya," ucapku namun aku tak bisa menggerakkan kakiku."Kamu harus menggendongnya," ucap Kia pada Daniel."Ayo, Sella!" Daniel mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya, aku melingkarkan lenganku di lehernya. Ia mendu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status