"Sella, bangun! Udah siang." Aku terjingkat mendengar Tante El berteriak.
"Hmm, iya iya Tante bawel," ucapku yang masih setengah sadar.
Dengan malas, aku menyibakkan selimut yang dengan hangatnya menutup tubuhku. Aku bangkit dari tidurku, sesaat terdiam duduk di sisi ranjang, kejadian tadi malam kembali teringat.
Ada seseorang yang memperhatikanku dan duduk di ujung ranjangku. Ah tidak, mungkin semalam aku hanya bermimpi, atau berhalusinasi karena terlalu lelah.
Aku perlahan bangkit dari dudukku dan bergegas keluar kamar. Aku berjalan menuruni anak tangga yang menuju ke dapur di bawah. Tante El sedang membuatkan sarapan.
"Pagi, Tan," ucapku sambil duduk di kursi meja makan.
"Pagi." Tante El menyodorkanku secangkir kopi.
"Gimana tidur kamu semalam, nyenyak?" tanya Tante El ketika aku sedang menyeruput kopi itu.
"Em nyenyak Tan. Cuma rasanya agak aneh aja, mungkin karena rumah baru jadi belum terbiasa," ujarku menutupi rasa gugupku.
"Oh, lama-lama juga nanti terbiasa," ujar Tante El sembari tersenyum tipis.
Aku mengangkat bahuku, kurasa semalam aku hanya lelah dan berhalusinasi.
Setelah selesai sarapan, aku menonton TV di ruang tengah.
"Tante mau ke warung, kamu mau titip apa?" tanya Tante El. Aku berpikir sejenak. "Es krim?" tanyanya lagi.
"Boleh," jawabku.
"Ya udah, Tante pergi dulu."
Tante El pergi meninggalkan aku menonton TV sendirian di rumah sebesar ini. Aku melanjutkan aktivitasku menonton TV, ada kartun kesukaanku.
Namun, tiba-tiba aku mendengar suara aneh. Aku yakin suara itu bukan berasal dari televisi. Aku mengecilkan volume TV lalu mempertajam pendengaranku. Sepertinya suara itu berasal dari basmen.
Bergegas aku bangkit dari dudukku, seketika rasa penasaranku meningkat untuk melihat ada apa di sana. Perlahan aku melangkahkan kakiku, tanganku terulur untuk memutar kenop pintu. Aku menarik napas dalam-dalam lalu perlahan membuka pintu itu.
Rasa penasaranku benar-benar mengalahkan rasa takutku.
"Siapa di situ?" tanyaku entah pada siapa, sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Untungnya tak ada jawaban, jelas tak ada siapapun di sana. Bodohnya aku bertanya sendirian.
"Eh!" Aku melihat seperti bayangan seseorang baru saja melintas. Mataku terbelalak, namun bayangan itu tak lagi terlihat.
"Huh, sepertinya aku berhalusinasi lagi," pikirku. Aku menarik napas dalam-dalam sambil menuruni anak tangga yang menimbulkan bunyi berderit itu.
Perasaanku masih tak tenang, aku benar-benar berharap yang barusan kulihat itu hanya halusinasiku saja. Namun seketika bulu kudukku meremang mengingat adegan-adegan di film horor di mana seorang gadis menjadi korban hantu karena kebodohannya sendiri.
Aku kembali mengedarkan pandanganku dan, tiba-tiba aku merasakan seseorang menepuk pundakku.
"AAA!!!" Aku sontak menjerit sekeras-kerasnya.
"Heh, ini Tante!" Aku mendengar suara Tante El, lalu aku merasakan kedua lengannya merangkul tubuhku yang terjingkat kaget.
"Maaf, Tante nggak bermaksud bikin kamu kaget. Tadi Tante panggil beberapa kali, kirain kamu denger."
"Kamu kenapa?"
"Nggak papa kok, Tan. Tadi cuma kayak denger sesuatu dari sini." Aku menghela napas dalam-dalam.
Tante El mengedarkan pandangannya sekilas. "Nggak ada apa-apa, kok. Ayo naik ke atas lagi. Tante udah beli es krim sama cemilan."
Aku mengangguk sebagai jawaban.
Kami menuju ke atas bersama lalu melanjutkan aktivitasku yang sempat terhenti, menonton TV. Kali ini sambil makan cemilan dan es krim. Hari ini hari Minggu, tanteku tidak bekerja, jadi kami menghabiskan waktu sepanjang hari seperti ini.
Hingga akhirnya malam tiba.
Aku naik tangga ke kamarku. Aku bersiap-siap untuk tidur, aku berbaring di ranjang dengan semua lampu menyala. Bukan karena aku takut kegelapan, hanya saja rumah baru ini membuatku merasa seram saat gelap.
Pagi tiba lebih cepat daripada yang kuharapkan. Entah kenapa, aku merasa tak ingin sekolah. Aku merasa gugup jika bertemu dengan orang baru. Aku benci ketika murid-murid nanti akan menatapku ketika aku masuk kelas.Setelah selesai memakai seragam, aku turun ke dapur untuk menemui Tante El. Tante El sedang duduk sambil minum kopi."Pagi, keponakan tante yang paling cantik!" ucapnya ketika melihatku berjalan mendekatinya. Aku membalasnya dengan senyum tipis sambil menuangkan secangkir kopi untuk diriku sendiri."Udah siap nih mau masuk sekolah baru?"Aku menghela napas sambil mengangkat bahuku. Seharusnya Tante El tahu apa yang kurasakan, aku tidak siap."Nggak apa-apa. Mulai sekarang, kamu harus mulai percaya diri. Cobalah berbicara dengan teman baru, seenggaknya satu orang aja untuk hari ini. Kamu pasti bisa!" Tante El tersenyum sembari mengusap kedua bahuku memberiku semangat.Aku menunduk lalu mengangguk pelan. "Iya, Tan.""Ngomong-
Jam pelajaran terakhir akhirnya selesai juga. Semua siswa mulai berkemas-kemas dan bersiap untuk pulang. Aku mencari Daniel dan teman-temannya yang lain, tapi aku tidak berhasil menemukannya. Aku mengerucutkan bibirku kesal, mungkin mereka sudah pulang duluan.Aku melangkahkan kakiku di jalan raya, berjalan menuju rumah baru itu. Jalanan ini dipenuhi pepohonan rindang di kedua sisinya sehingga udaranya tidak terasa panas meskipun matahari sedang terik. Dari kejauhan aku melihat rumah yang sudah beberapa hari kami tinggali. Apakah hanya aku yang merasa rumah itu terlihat seram? Sedangkan, Tante El merasa nyaman-nyaman saja tinggal di rumah itu.Rasanya aku tak ingin memasuki rumah itu sendirian. Tapi, Tante El sedang bekerja, hari ini hari pertamanya bekerja. Tak ada pilihan lain, mau tak mau aku sendirian di rumah menyeramkan itu hari ini.Perlahan aku melangkahkan kakiku menaiki tangga depan dan membuka kunci pintu. Aku bergegas ganti baju lalu kembali ke ruang
Siang itu, gadis yang telah kuketahui bernama Sella sedang duduk di menonton televisi dengan tantenya, mereka menghabiskan waktu sepanjang hari di sana. Dulu, aku juga suka menonton kartun seperti itu di TV.Aku memutuskan untuk kembali ke basmen. Aku tak ingin berada dalam satu ruangan dengan mereka karena sepertinya gadis itu bisa merasakan keberadaanku. Namun terkadang aku suka memperhatikannya ketika ia sedang tidur.Aku duduk di sofa yang ada di basmen, namun aku merasa bosan sendirian sepanjang waktu di tempat seperti ini. Pikiranku kembali ingin melihat mereka yang sedang berada di lantai atas, entah kenapa aku ingin sekali bisa berbicara dengan mereka dan berteman dengan mereka. Mungkin, karena telah begitu lama sendirian, membuatku menginginkan seorang teman.Aku bangkit dari dudukku dan mulai berjalan ke sana ke mari di ruangan itu. Hingga tanpa sengaja aku menjatuhkan beberapa buku dari rak buku. Segera aku mengambilnya dan meletakkannya kembali
Setelah makan malam selesai, Aku dan Tante El menonton film di kamarnya. Baru setengah jam-an, Tante El sudah ketiduran. Aku pun mulai mengantuk, aku ingin kembali ke kamar namun segera kuurungkan niatku karena aku teringat ada sosok aneh di rumah ini. Aku selalu mendengar suara-suara aneh itu. Rasanya, aku tak ingin sendirian lagi di rumah ini.Aku memutuskan untuk tidur bersama Tante El. Aku akan berpura-pura ketiduran saat menonton.***"Mau kubuatin kopi, Tan?" tanyaku pada Tante El. Ia mengangguk.Kami minum kopi kami dalam keheningan yang nyaman. Aku suka seperti ini, ketika tidak ada yang perlu bicara dan tidak akan canggung."Udah siang. Kita lebih baik berangkat sekarang daripada nanti terlambat," ucap Tante El."Oke," Aku menghela nafas, rasanya tidak ingin pergi ke sekolah."Kamu mau tante anterin?""Nggak kok, Tan. Aku lebih suka jalan kaki, lebih sehat." Aku memberinya senyum kecil sembari mengambil barang-ba
Aku melangkah gontai menuju rumah. Percakapan siang tadi dengan teman-temanku masih terngiang-ngiang di kepalaku. Benarkah, ada hantu di rumahku?Semakin dipikirkan, semakin membuatku takut untuk kembali ke rumah. Namun tanpa sadar, aku sudah sampai di teras rumah. Aku membuka kunci pintu lalu masuk. Semuanya tampak normal. Aku merebahkan bokongku di sofa.Ting .. ponselku berbunyi. Sebuah pesan masuk tertera di layar. Dari Tante El. Hari ini ia akan pulang malam.Hebat! Kata-kata Icha benar-benar berhasil membuatku takut. Padahal, bisa saja dia hanya mengarang cerita itu untuk menakut-nakutiku. Mana ada anak yang tega membunuh ibu dan saudara perempuannya sendiri? Lalu membunuh dirinya sendiri? Itu aneh. Tidak masuk akal!Aku menggeleng. Aku meyakinkan diri, hantu itu tidak ada, tidak akan ada yang menyakitiku di sini. Aku menghidupkan televisi di ruang tengah dan menyalakan semua lampu di rumah.Samar-samar aku mendengar sesuatu dari ruang bawah
Aku mendengar sesuatu di belakangku dan aku merasakan seperti ada seseorang memperhatikanku. Aku berpikir mungkin hanya halusinasiku saja, sembari membalikkan tubuhku ke belakang. Betapa terkejutnya aku ketika melihat cowok tampan seusiaku menatapku. Beraninya dia masuk ke rumahku tanpa sepengetahuanku!Aku menatapnya dengan mulut menganga dan kedua mata terbelalak lebar seolah tak percaya dengan apa yang kulihat. Aku melemparkan garam yang sedari tadi kugenggam ke matanya."Aduh!" pekiknya sembari mengucek matanya.Dengan cepat, aku berlari menaiki tangga. Dia tidak mengejarku. Namun aku harus keluar dari sini, menjauh darinya. Atau kalau perlu aku harus menelepon polisi.Aku berlari keluar dari ruang bawah tanah dan berlari ke ruang tamu, tapi aku tersandung tali sepatuku dan jatuh membentur lantai dengan keras. Dan aku tak ingat apa-apa lagi.***"Sella.. kamu kenapa tidur di sini?" Aku mendengar suara seseorang berkata
Kami saling menatap kaget tapi entah kenapa dia ikut kaget, padahal dia ada di rumahku. Aku berteriak dan melemparkan botol minumkku ke kepalanya."Aduh" pekiknya. Aku mencoba berlari melewatinya tapi dia dengan sigap meraih lenganku."Tolong jangan sakiti aku," ucapku takut, berusaha untuk tidak menangis.Ia menatapku kemudian menatap lenganku dengan tatapan terheran-heran. Ia melepaskan cengkramannya di lenganku, membuatku mundur hingga menabrak tembok."A-Apa yang kamu inginkan?" tanyaku tergagap."Ka-kmu bisa melihatku?" tanyanya seolah tidak percaya."Tentu saja aku bisa melihatmu!" Aku memutar bola mataku."Bagaimana bisa?""Karena aku tidak buta!" Aku menatapnya bingung."Apa yang kamu lakukan di rumahku?" Aku mulai marah."Rumahmu?" dia terkekeh."Ya, ini rumahku sekarang! Aku minta kamu pergi sekarang juga sebelum aku menelepon polisi!""Mereka tidak dapat membantu," ucapnya. Aku
Apa yang harus aku lakukan? Aku tak mungkin memberi tahu siapa-siapa, bisa-bisa mereka berpikir kalau aku gila atau hanya mengada-ada. Tapi, bagaimana kalau pemuda itu menyakitiku?Dia tidak terlihat seperti orang jahat. Tapi benarkah dia adalah lelaki yang telah membunuh ibu dan saudara perempuannya di rumah ini, seperti yang orang-orang katakan? Mungkinkah aku harus bertanya sendiri padanya?Aku melihat ke arah jam dinding, jarumnya sudah menunjukkan hampir pukul 5 pagi, namun aku belum bisa tidur karena terus memikirkan tentang hal itu.Aku berjalan ke ruang bawah tanah berusaha tenang agar tidak membangunkan Tante El. Aku berdiri di depan pintu ruang bawah tanah berdebat dengan pikiranku sendiri, apakah ini langkah yang benar atau tidak?Aku meraih kenop dan membuka pintu. Kunyalakan lampu dan berjalan menuruni tangga. Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan lelaki itu tertidur di sofa. Dia bisa tidur meskipun dia hantu, sedangkan aku malah tidak bi