“Apa kamu mengerti maksudku?” tanya Adeline seraya menganggukkan kepala.
Bella tersenyum dan menganggukkan kepala. “Saya mengerti, Nyonya. Dan seperti dugaan Anda sebelumnya. Ada seseorang yang menjadi pengkhianat di antara mereka.”
Adeline semakin senang mendengarnya. Bukan karena dia senang ada pengkhianat di kantornya, tapi karena kecekatan Bella dalam bertindak.
“Oke, kerja bagus Bella. Sekarang kamu tahu ‘kan mengawasi siapa?” tanya Adeline.
“Iya, Nyonya. Saya akan melakukannya seperti yang Anda inginkan.”
“Bagus,” puji Adeline. Dia lalu memusatkan kembali pandangannya ke layar laptop.
“Oh, iya. Bisa kamu pesankan makanan di Royal Crown untuk makan malam?”
***
Adeline menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat hari ini. Dia memang ingin segera pulang karena dia harus membereskan masalah yang lain.
Sang suami yang kemungkin
Begitu sampai di hotel yang sudah dipesankan oleh Bella, Adeline langsung merebahkan dirinya di atas ranjang. Dia merasa sangat bahagia telah meninggalkan negara kelahirannya.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan. Dia menatap langit-langit kamar hotelnya dengan perasaan yang aneh dan sulit untuk dideskripsikan.Pikiran Adeline kini tertuju pada pria yang sudah hampir setahun hidup bersama dengannya. Saat ini Leo pasti sedang mencarinya. Atau mungkin sedang mencemaskan dia?Adeline ingin sekali kembali dan hidup bahagia bersama dengan pria itu. Tapi itu adalah hal yang tidak mungkin. Sakit sekali hatinya karena tidak dihargai oleh Leo.Adeline menggelengkan kepalanya. Daripada terus memikirkan pria itu, dia merasa bahwa kehadirannya di sini lebih baik dihabiskan dengan berlibur menenangkan pikiran.Adeline lalu bangkit dan hendak berjalan menuju koper miliknya. Namun, baru saja dia berdiri, tiba-tiba valerie merasa
Keesokan harinya masih sama seperti sebelumnya. Leo masih sendiri di dalam kamar apartemen menanti keberadaan sang istri.Padahal Leo dengan sengaja meliburkan diri hanya untuk menunggu Adeline yang mungkin akan kembali ke dalam apartemen mereka. Namun, penantian yang dilakukannya hanya sia-sia karena sang istri tak kunjung pulang."Adeline ... kenapa kamu tidak pulang? Kenapa kamu meninggalkanku? Kenapa kamu ... uhukkk ... uhukkk ... uhukkk ...!"Leo terbatuk dengan sebelah tangan yang memegang segelas wine. Malam itu tidak terjaga karena khawatir istrinya pulang ketika dia sedang terlelap.Leo benar-benar kacau setelah kepergian Adeline. Seperti seorang anak remaja yang sedang putus cinta. Kehilangan akal dan hanya bisa melampiaskan kesedihannya pada sebuah minuman bernama wine.Dia pikir dengan meminum wine akan membuat pikirannya teralihkan. Namun, ternyata Leo salah. Semakin diminum hatinya malah semakin memikirkan Adeline. Dia s
Leo merasa terganggu oleh sinar matahari pagi yang masuk melalui celah gorden jendela kamar apartemen. Dengan kedua mata yang masih terpejam, sebelah tangan terangkat lalu menggosok kedua matanya."Ahh! Silau!" gerutu Leo dengan kesal.Pria itu kemudian membuka kedua mata hendak menutup gorden. Dia khawatir sinar matahari itu akan mengganggu tidur indah istrinya.Leo bangkit dari ranjang kemudian menutup gorden tersebut dan berbalik. Seketika kedua matanya terbelalak ketika melihat bahwa di ranjangnya tidak ada siapapun. Jantungnya berdegup dengan kencang. Pikirannya sudah melanglang buana, takut jika sang istri meninggalkannya."Adeline!" panggilnya.Leo mencari Adeline ke dalam kamar mandi. Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang polos tanpa sehelai kain. Dia hanya ingin menemukan Adeline dan memastikan wanita itu aman bersama dengannya."Adeline! Di mana kamu?" Hanya ada suara Leo di dalam apartemen itu. Suara Leo yang bertanya tanpa mendapatkan jawaban.Kedua tangan Leo terkepal den
Leo melepaskan permainan bibirnya di kedua dada sang istri. Perlahan dia naik dan melihat wajah Adeline yang sudah basah karena terus menangis.Bukannya menghentikan permainannya saat itu juga, melihat Adeline yang seperti tidak ingin disentuh olehnya membuat Leo semakin menjadi-jadi. Dia malah semakin bertekad untuk menjadikan Adeline miliknya malam ini.Leo langsung membenamkan kembali bibirnya di atas bibir sangat istri. Mencecapnya tanpa ampun dan tidak peduli rintihan tangis Adeline.Kedua tangannya dengan lihai melepaskan pakaian yang dia kenakan. Seluruhnya ... hingga tubuhnya kini polos tanpa sehelai kain yang menutupi. Leo sama sekali tidak malu untuk menampakkan tubuhnya. Dia juga tidak peduli dengan Adeline yang menangis."Leo ... tolonglah, jangan ...," Adeline meminta dengan lirih.Hatinya menolak sentuhan Leo yang seperti ini. Namun, tubuhnya berkata lain. Sentuhan Leo benar-benar membuat tubuhnya bergetar merinding. Sep
Kedua mata Adeline terbelalak melihat Ethan tersungkur di tanah. Dia langsung membalikkan badan dan semakin terkejut melihat Leo sedang berdiri dengan ekspresi wajah yang penuh dengan amarah."Leo? Kenapa kamu—" Tatapan Leo yang menatap tajam ke arahnya langsung membuat ucapan Adeline terhenti.Tanpa berkata-kata Leo langsung menggenggam tangan Adeline dan menariknya keluar dari restoran itu. Meninggalkan orang-orang yang menatap sinis mereka atas insiden yang dibuat oleh pria itu.Adeline memberontak. Berulang kali dia berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tangan Leo di pergelangan tangannya. Namun, tenaga pria itu begitu kuat sehingga dia tidak bisa untuk melepaskan."Leo!" panggil Adeline dengan nada suara sedikit berteriak.Leo yak dengan sebelah tangan yang bebas membuka pintu mobil samping kemudi."Kenapa kamu kasar sekali padaku?!" tanya Adeline tidak terima diperlakukan dengan kasar."Masuk."
"Setelah masalah ini selesai, nasib pernikahanku juga pasti kalau saya.""Kenapa harus selesai?"Adeline membalikkan tubuhnya. Melihat seorang pria sedang berdiri dengan senyum yang terkembang manis di wajahnya."Kak Ethan?" Adeline bergumam."Hai! Sudah lama sekali kita tidak bertemu," sapa pria yang Adeline panggil Ethan tersebut.Adeline hanya bisa membeku dan tidak membalas sapaan pria itu. Dia terkejut dengan kedatangan Ethan yang tiba-tiba. Padahal baru kemarin dia membicarakan dengan Clara, namun dengan cepat pria itu muncul di depannya."Hei ...," panggil Ethan ketika Adeline tak kunjung menjawab sapaannya. Pria sampai mengibaskan tangan di depan wajah Adeline.Adeline mengerjakan kedua mata. Kini dia percaya bahwa Ethan benar-benar ada di hadapannya.Ethan terkekeh melihat reaksi yang Adeline berikan. "Kenapa tatapanmu seperti seseorang yang sedang melihat hantu?" tanyanya dengan senyuman hangat seperti yang terakhir Adeline ingat."Ehmm ... Kak Ethan, kenapa Kakak bisa ada d