Drtt... Drtt...
Bunyi getaran ponsel mengejutkan Mr. Harvest. Ia menatap istrinya sambil merogoh ponsel dari saku celana. "Mungkin ini Reagan."
Mrs. Harvest hanya diam sambil memperhatikan suaminya. Begitu mata lelaki itu menatap layar ia dengan penasaran langsung bertanya, "Siapa?"
"Dimitry," kata Mr. Harvest sambil tersenyum.
Mrs. Harvest ikut tersenyum dan mengangguk.
"Halo, Dim?" sapa Mr. Harvest.
"Apa kau sibuk?"
"Tidak, kenapa?" Ekspresi Mr. Harvest langsung berubah sambil menatap istrinya. Alisnya berkerut setiap kali mendengar penjelasan Dimitry dari balik telepon, "Agatha?" ulangnya dengan wajah semakin kusut, "Baiklah. Terima kasih banyak, Dim."
Tut! Tut!
"Ada apa?" tanya Mrs. Harvest penasaran, "Kenapa wajahmu begitu, Sayang? Siapa itu Agatha yang kau sebutkan tadi?"
Tangan Mr. Harvest mengepal erat hingga urat-urat di tangannya sangat terlihat. "Dimitry tadi ke apartemen Reagan, katanya anak itu sedang
"Mami dengar anaknya kuliah di universitas kita. Benar, Clare?" Clare terkejut dari pikirannya. "Maaf. Apa, Mi?" Kensky tersenyum. "Anaknya si Harvest kuliah di universitas kita juga." "Apa kau sering bertemu dengannya, Sayang?" tanya Dean. "Berarti benar, papi mengenalnya," kata Clare dalam hati, "Kalau benar anaknya Harvest yang Mami dan Papi maksud itu adalah dia, berarti kalian benar. Dia adalah ketua panitia dalam kegiatan kami. Tapi sumpah, aku tidak tahu kalau dia adalah anak investor di universitas kita." "Harvest orang yang kontribusinya paling besar di universitas kita. Jadi tidak mungkin ada Harvest yang lain lagi," kata Kensky. Dean berdeham. "Clare?" "Iya, Pi?" "Papi rasa tidak ada salahnya kau menjalin pertemanan dengan dia, papi dan ayahnya sangat dekat. Jadi, papi harap kau dan dia juga bisa akrab seperti kami. Tapi ingat, kau harus menjaga jarak karena___" "Aku sudah dijodohkan," sergah Clare la
Ansley membuang napas panjang. "Sebenarnya dia ingin merahasiakan kabar ini dari kalian semua. Bukan hanya berlaku untuk kalian berdua, tapi semua penghuni universitas ini kecuali rektor dan dekan. Sekarang karena kalian sudah tahu mau bagaimana lagi? Aku hanya minta kepada kalian berdua, meskipun sudah tahu siapa dia sebenarnya kalian harus bersikap biasa. Buatlah seolah-olah kalian tidak tahu soal itu.""Kenapa?" tanya Luke, "Bukankah bagus kalau semua orang tahu bahwa anak pemilik universitas ini? Itu artinya Reagan bukan satu-satunya mahasiswa paling berpengaruh di kampus ini, tapi Clare juga. Hal ini juga akan membuat pikiran Chloe bisa terbuka dan berhenti mengganggunya."
Tawa Ansley meledak. "Aku hanya bercanda, dia satu bus dengan kita. Kau tenang saja, aku sudah mengatur semuanya tanpa kau menyuruhku." "Benarkah?" "Tentu saja." Reagan menatap ke arah bus dan senyumnya kembali terlihat. Hal itu ternyata membuat Ansley penasaran dan bertanya. "Kamu kenapa? Hari ini kau tidak seperti biasanya." Mata Reagan beralih ke wajah Ansley. "Aku bahagia sekali hari ini, Ans. Bahagiaku ini adalah pertama kali selama aku hidup." Ansley ikut tersenyum. "Aku tahu, ini pasti karena dia, kan?" Wajah Reagan kembali memerah. "Seandainya kau tahu tadi dia melihatku dengan ekspresi yang tak pernah kulihat sebelumnya, kau pasti tidak akan bertanya lagi kenapa aku sebahagia ini." "Reagan, Reagan. Kau seperti pucuk yang baru mekar." Pria itu ikut tertawa. "Kau tahu sendiri, kan? Sudah berapa tahun kita bertiga bersahabat baru sekarang kau melihatku seperti ini. Aku pernah mengalaminya sebelum ini, tapi
Meski satu bus dengan Clare dan Ansley, Reagan langsung berpisah dengan kedua wanita itu karena Luke memanggilnya. Matanya bahkan merambat ke semua orang untuk melihat wajah yang paling ia harapkan. Saat matanya yang indah itu menangkap sosok yang sedari tadi diincarnya senyum Reagan langsung melebar. Dilihatnya Clare sedang berdiri di pinggir kolam sambil memandangi pemandangan di luar vila yang di penuhi pohon pinus. Wanita itu bahkan beberapa kali mengambil gambar dari kamera yang dibawanya untuk mengabadikan momen itu. Reagan senang dan hendak menghampirinya. Namun baru dua kali kakinya melangkah suara Luke menghentikannya."Reagan?""Ada apa?" kesal Reagan."Barang-barang kita taru di mana?""Cari pelayan vila, tanya di mana kamar yang mereka sediakan untukku lalu taru saja semua barangmu di sana.""Baiklah, terima kasih."Reagan menggeleng kepala sambil menatap kepergian temannya. Saat tubuhnya hendak berbalik untuk menatap Clare suara
"Iya, tapi kenapa? Apa orangtuanya sering mengekangnya? Kalau aku menilai dari caranya memandangku sepertinya dia memiliki perasaan yang sama denganku, Ans. Apa mungkin orangtuanya melarang dia untuk tidak sembarang bergaul? Dia seperti membuat tembok di antara kami. Tapi aku bisa mengerti kenapa dia bersikap seperti itu. Itu karena dia anak pemilik universitas, sedangkan ayahku hanya seorang investor di universitas ini. Ah, aku mengerti, mungkin dia sengaja menjaga jarak karena malu bergaul dengan orang di bawah derajatnya. Dia anak pemilik universitas, berarti keluarga mereka sangat kaya." Ansley menangkap ekspresi putus asa di wajah Reagan. "Kumohon buang jauh-jauh pikiranmu itu, orang tua Clare tidak seperti itu dan Clare juga tidak seperti yang kau bayangkan. "Kalau bukan itu lantas karena apa? Tidak mungkin wanita secantik dia tidak memiliki pacar jika bukan karena tekanan dari orangtuanya atau dari sikapnya yang suka memilih." "Baiklah," kata Ansley pa
Mr. Harvest tersentak. Emosinya meluap begitu mendengar nama itu. "Apa yang membuatmu berpikir begitu? Kenapa kau berpikir kalau calon istrimu itu bernama Agatha, hah? Ingat, Reagan, kau itu sudah dijodohkan dan calon istrimu bukan Agatha!"Ellena terkejut. Meski tidak tahu apa yang dibicarakan anaknya dari balik telepon, tapi ia bisa tahu apa yang membuat emosi sang suami meluap."Dari mana kau beranggapan bahwa wanita itu yang kami jodohkan denganmu?""Maaf, Dad, aku hanya ingin tahu saja. Siapa tahu Daddy menjodohkan kami kerena ayahnya teman Daddy.""Aku mengenal ayahnya? Kapan aku mengatakan diriku bersahabat dengan orangtuanya?" kata Alex marah.Ellena semakin penasaran. Saking penasan ia mencondongkan tubuh dan menumpang telapak tangannya ke dagu."Bukankah Daddy sendiri yang bilang padaku bahwa ayahnya dan Daddy bersahabat?""Aku? Kapan?!" emosi Alex semakin tinggi, "Jangan banyak bicara, Reagan. Kau pikir bisa mengalihkanku d
"Tidak, Dad, semua ini justru sudah jalannya Tuhan agar aku bisa bersamanya. Yang penting Daddy dan mommy setuju aku bersamanya aku akan berusaha untuk mendapatkannya, Dad." Senyum di wajah Alex terlihat. "Jangan, Reagan, dia itu sudah punya laki-laki untuk masa depannya. Begitu juga sebaliknya, kau sudah punya wanita masa depan untuk menjadi istrimu." Suara lemah sang suami membuat Ellena melebarkan mata. Ia semakin penasaran dan ingin tahu apa yang sebenarnya kedua laki-laki itu bicarakan. "Tidak, Dad. Selama belum ada ikatan apa-apa di antara kami aku rasa tidak ada salahnya untuk mencoba. Lagi pula dia juga menyukaiku, Dad." Alex terkejut. "Clare menyukaimu?" "Iya dan aku rasa tidak ada salahnya kalau aku mendekatinya?" "Tidak masalah, tapi kau harus ingat___" "I know and i promise you, Dad, aku tidak akan mempermalukan Daddy dan mommy. Aku akan selalu menjaga nama baik keluarga Harvest ... aku janji, Dad. Tapi kumohon ijinkan aku berjuang untuk mendapatkannya. Meskipun aku
Sambil berbaring dengan tubuh bagian atas yang terbuka Reagan sedang menatap langit-langit kamarnya yang berwarna hitam sambil memikirkan Clare. "Kau wanita yang cantik, Agatha. Kau wanita yang luar biasa. Kau ...."Hati Reagan sangat bahagia ketika membayangkan sikap Clare yang sudah tak sedingin saat pertama kali mereka bertemu. Kegiatan di vila itu membuat mereka cukup akrab dan hal itu terus terbayang dalam pikiran Reagan."Aku tidak akan menyerah, Agatha. Aku tak akan menyerah, aku akan terus mendekatimu sampai kau mau menerimaku."Drtt... Drtt...Bunyi getaran ponsel mengejutkan Reagan. Ekspresi yang tadinya melamun tinggi membayangkan sosok wanita idamannya itu kini berubah datar. Ia bangkit dan mengambil benda itu dari atas nakas."Halo, Ans?" sapanya ramah."Kau tadi meneleponku? Maaf, tadi aku bersama ibuku.""Tidak apa-apa. Aku boleh minta sesuatu?""Apa?""Kontaknya Agatha.""Kontak Clare? Aku pikir kau sudah meminta kontaknya langsung tadi waktu di vila.""Belum, dan aku