Share

BAB 36: Ruang Penyimpanan

Author: Nareswari
last update Last Updated: 2025-07-16 06:27:18

“Bagaimana perasaan kamu, sudah enakan?”

Jade memberikan secangkir coklat panas untuk Sasha. Wajahnya terlihat begitu khawatir.

Sasha masih terisak, tapi tangisannya sudah berhenti. Hatinya sudah sedikit agak lebih tenang.

Sasha menggenggam cangkir panas itu erat. Kehangatan menjalar di tangannya. “Aku sudah baikan kok, Paman.”

“Val bilang apa tadi?” tanya Jade penasaran.

Sasha menghela napas panjang. “Val bilang aku juga harus bayar denda karena memutuskan hubungan secara sepihak. Jumlahnya 10 kali lipat dari hutangku.”

Jade geleng-geleng kepala. “Aku tidak menyangka Val akan selidik itu.”

“Lalu, aku harus bagaimana, Paman? Hutangku saja masih banyak, bagaimana aku bisa bayar denda?” tanya Sasha bingung.

Kepalanya terasa mau pecah. 5 miliar saja Sasha tidak pernah melihat uangnya secara fisik, apalagi 50 miliar.

Tiba-tiba ia harus membayar sejumlah uang yang belum pernah ia pegang sama sekali.

“Apa … aku kembali saja kepada Val?” tanyanya pada diri sendiri. Sasha menggigit kuku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 74: Keheningan yang Menegangkan

    “Sebentar, aku cek pesan dulu, ya,” ucap Jade. Jade menjauh dari Sasha. Sasha menunggu di dalam mobil. Sasha melihat dari kejauhan Jade begitu serius melihat ponselnya. “Nggak biasanya Hubby mengecek ponselnya sampai harus menjauh,” ucap Sasha kepada dirinya sendiri. Tidak lama kemudian, Jade masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobilnya. “Kamu terlihat serius banget sih, Hubby. Ada masalah?” tanya Sasha penasaran. Jade tersenyum getir. “Ya, biasa lah ada masalah sedikit.”Sasha mengangguk. Ia melihat jalan di depan. Perasaannya terasa tidak enak. Tapi ia tidak berani bertanya lebih jauh. Sesampainya di hotel, Sasha dan Jade segera membersihkan diri dan langsung tidur. Mereka tampak terlalu lelah untuk makan malam. Namun, di tengah malam, Jade terbangun. Ia beranjak menuju ruang kerjanya dan memeriksa laptopnya. Tampak Jade sedang melihat sesuatu di layar itu. Ia terlihat sangat serius. Tidak lama kemudian, ia mematikan laptop dan kembali tidur di kamarnya. Keesokan paginya,

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 73: Lembur yang Menenangkan

    “Sudah lah, tak apa. Paling malam ini aku lembur lagi,” ucap Sasha lemas. Sasha kembali menggambar liontin bunga pala dengan dua lembar daun masih menempel di rantingnya. “Mau aku temanin?” tanya Eva. Sasha menggeleng. “Nggak usah. Nanti kamu tidur lagi pas jam kerja kayak kemarin.”Sasha terkekeh. Eva merengut. “Habis ga kira-kira banget Pak Marco kasih revisi ngedadak banget!” rutuk Eva. Sasha menoleh kepada Eva. “Makanya, kamu nggak usah tungguin aku lembur. Kalau aku kan besok ada janji temu dengan Nyonya Romanoff lagi, jadi aku bisa kabur dulu buat tidur.”Sasha menempelkan telunjuknya di bibir. “Ssstt, rahasia ya!”Eva melingkarkan jempol dan telunjuknya. “Oke!”Sasha dan Eva kembali bekerja. Hingga jam kerja pun selesai. Eva langsung pamit pulang. Dan Sasha melambaikan tangannya. Setelah sepi, Sasha menelepon Jade. Ia memberitahu bahwa malam itu ia akan lembur. Jadi, Sasha meminta Jade untuk pulang duluan. Tidak lama kemudian, Jade masuk ke ruang desainer. Sasha kaget. I

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 72: Insiden Setelah Makan Siang

    “Ssssttt, malu ih!”Jade terkekeh. Sasha jadi ikut tertawa. Mereka berdua masuk ke restoran Sushi Wa Suki di lantai 1.Mereka menikmati makanan mereka sambil mengobrol.“Jadi gini, kamu ingat nggak pembicaraan kita waktu di Lezzetli Yemek Restoran? Hubby bilang kalau kita harus membuat desain perhiasan bertemakan rempah dari seluruh dunia?” tanya Sasha. Jade berpikir sejenak. “Ya, aku ingat. Memangnya kenapa?”Sasha melahap sushi tuna-nya. “Itulah yang diinginkan Nyonya Romanoff.”“Oh ya? Unik sekali seleranya ya,” sahut Jade. “Begitulah. Dia bilang kalau dia ingin mengenakan perhiasan dengan desain yang belum pernah ada sebelumnya,” ucap Sasha. Jade mengangguk-anggukkan kepala. “Lalu, kenapa dia bisa tercetus ide itu?”Sasha mencelupkan daginya ke dalam hot pot. “Waktu pertama kerja di workshop, aku iseng-iseng bikin desain bunga pala. Ternyata kertas kerjanya terbawa, dan Nyonya Romanoff melihatnya.”“Ya sudah, eksekusi saja. Sekalian kamu buat desain lainnya untuk acara ulang ta

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 71: Rempah Membawa Berkah

    “Hmm …”Nyonya Romanoff memegang kertas kerja Sasha. Membandingkan desain satu dengan yang lainnya. Dahinya berkerut. Sasha harap-harap cemas. Keringat dingin mulai menetes di tengkuknya. Padahal hari itu cuaca sedang dingin. “Ini terlalu biasa,” ucap Nyonya Romanoff. Bahkan saya bisa menemukan perhiasan dengan desain yang hampir serupa di toko manapun yang kukunjungi.”Jantung Sasha terasa berhenti berdetak.“Saya ingin sesuatu yang lebih unik tapi menarik. Modern tapi antik. Dan mungkin di seluruh dunia belum ada yang memakainya kecuali saya,” ujar Nyonya Romanoff. Sasha mencatat setiap detail yang dikatakan Nyonya Romanoff.Tiba-tiba selembar kertas jatuh dari tumpukan kertas kerja yang dipegang Nyonya Romanoff. Nyonya Romanoff melihat kertas itu. “Ini gambar apa?”Sasha menghampirinya. Lalu ia mengambil kertas itu. “Oh, ini gambar bunga pala, Nyonya,” ucap Sasha. “Bunga pala?” tanya Nyonya Romanoff. Sasha kemudian menjelaskan. “Iya, Nyonya, pala merupakan rempah yang berasa

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 70: Klien yang Sulit Ditebak

    “Kalau belum bisa, nggak apa-apa. Aku nggak akan maksa kok.”Jade melepaskan tangannya dan hendak bangun. Namun tiba-tiba Sasha mendaratkan ciumannya di bibir Jade. Begitu lembut. “Hanya sebatas ini yang diperbolehkan ya,” ucap Sasha sambil tersenyum. Jade tersenyum senang. Lalu mengecup kening Sasha. “Terima kasih.”Otot-otot di tubuh mereka mulai melemas. Mereka akhirnya bisa bangun dan bersiap-siap bekerja. Sasha sudah tiba di workshop. Ia pergi dulu ke pantry untuk membuat segelas kopi. Di sana ternyata sudah ada Vischa Lee sedang membuat teh bunga krisan. “Selamat pagi, Nona Lee,” sapa Sasha. “Pagi, panggil aja Vischa,” sahut Vischa. Omong-omong, selamat ya atas pernikahanmu!”Sasha tersenyum kikuk. “Eh, iya, terima kasih.”Sasha mengambil kopi blok dan memasukkan ke dalam alat pembuat kopinya. Ia menyalakan tombol dan menunggu sampai kopinya tertuang di cangkir. Vischa sedang mengaduk tehnya. “Oh iya, katanya kamu ambil pesanan Nyonya Romanoff ya?”Sasha mengangguk. “Iya.

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 69: Pagi yang Berat

    “Terima kasih, Hubby!”Sasha mulai mengeluarkan buku sketsanya. Sambil mencoba menggambar desain, ia mengamati interaksi para lansia.Jade sibuk memperhatikan istrinya yang sedang serius mendesain. Sesekali ia menyuapi Sasha camilan. Setelah cukup lama duduk di kafe, mereka pindah ke ruangan tempat para lansia bernyanyi. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan lagu-lagu oldies tahun 60-70an. Mereka bernyanyi dengan riang dan penuh perasaan. Sasha mengamati gaya berpakaian mereka.Di sini para lansia mengenakan pakaian dengan warna yang kalem. Didominasi warna bumi. Berbeda dengan mereka yang berpesta di ruang menari. Kebanyakan dari mereka bergaya modis dan trendi. Warna-warna cerah dan berani mendominasi. Sasha mencoba membayangkan seperti apa Nyonya Romanoff. Ia harus bisa mendapatkan desain yang tepat agar Nyonya Romanoff bisa merasa puas dengan desainnya. Seorang nenek berusia 70-an yang masih terlihat energik, menghampiri Sasha dan Jade yang sedang duduk. Ia mengajak mereka menari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status