Share

BAB 82: Ini Bukan Salahku!

Penulis: Nareswari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 16:30:51

“Bagaimana desain Nyonya Romanoff?” tanya Jade sambil mengemudikan mobilnya.

Sasha dan Jade sedang dalam perjalanan menuju workshop.

“Hari ini sepertinya sudah bisa aku ajukan kepada Nona Berthold,” jawab Sasha.

Jade memutar kemudi. “Kalau bisa, sebelum diserahkan untuk diajukan, kamu foto dulu semua desain kamu ya.”

Mereka sudah sampai di parkiran workshop.

“Kenapa memangnya?” tanya Sasha.

Jade merapikan rambut Sasha. “Ya jaga-jaga aja. Jangan sampai kejadian di Les Bijoux terjadi juga di sini.”

Sasha tersenyum. “Baiklah. Aku masuk dulu ya.”

Sasha turun dari mobil. Dan mobil Jade pun kembali melaju menuju kantor pusat.

“Selamat pagi, Nyonya Gregory!” sapa Eva yang juga baru memarkirkan motornya.

Sasha mendelik. “Kebiasaan!”

Eva segera berjalan dan merangkul Sasha. “Selamat ya, perjuanganmu di persidangan tinggal selangkah lagi! Aku yakin kebenaran yang akan menang.”

“Terima kasih, semoga pihak Les Bijoux nggak memutar balikkan fakta lagi,” kata Sasha.

Begitu Sasha dan Eva sampa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 124: Di Toko Buku

    “Tujuh kebanyakan,” kata Sasha.Sasha mendelik. Ia tidak bisa membayangkan mengurus anak yang banyak. Apalagi jika jarak kelahirannya berdekatan.“Dan yang pasti aku ingin lebih dari satu,” lanjutnya. “Aku nggak mau anakku merasa sendirian sepertiku jika nanti aku harus pergi meninggalkan mereka.”Raut wajah Jade tampak sedih. “Kenapa ngomongnya begitu, Honey. Kita akan menua bersama sampai melihat anak-anak menimang cucu kita.”Sasha menghela napas panjang. “Semoga.”Jade memeluk Sasha dari belakang. “Seorang ibu itu nggak boleh berpikiran macam-macam. Nggak boleh stress. Karena dari yang kubaca, janin juga bisa ikut stress.”Sasha memegang lengan Jade. “Iya, Hubby. Aku akan selalu berpikiran positif agar bayi kita tumbuh dan berkembang dengan baik.”Jade mengecup kepala Sasha. “Yuk, kita sarapan. Setelah itu kita bersiap untuk pulang.”Sasha mengangguk. Mereka beranjak menuju ruang makan.Laura sedang menata meja makan. Dan Stephen datang dengan membawa buah-buahan segar untuk dibaw

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 123: Nama-nama Pilihan

    “Arabella, bagus ya?” tanya Jade. Sasha menggeleng. “Nggak, kasihan. Nanti dia dapat absen pertama di sekolah.”Jade terkekeh. “Memangnya kalau absen pertama kenapa? Bagus dong, biar nggak deg degan terlalu lama kan.”“Nggak, nggak. Jangan. Bagaimana kalau dia belum siap dipanggil? Absen pertama adalah hal yang paling menakutkan di kelas,” ucap Sasha. Ia menggulirkan ponsel Jade. Sasha dan Jade mencari nama-nama yang bagus untuk anak mereka. “Kalau begitu dari huruf Z aja ya, biar bisa santai,” sahut Jade. Sasha kembali menggeleng. “Terlalu lama. Bisa-bisa dia ujian prakteknya kebagian besoknya.”Jade tertawa terbahak-bahak. “Ada-ada aja kamu. Ya sudah, mau dari huruf apa, Honey?”Sasha melihat-lihat daftar nama. “Nah ini, Emily. Seorang yang rajin, semangat, dan pekerja keras.”Sejenak ia terdiam. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. “Jangan, jangan. Seorang wanita nggak boleh bekerja keras. Dia harus bekerja dengan cerdas!”“Nah, lebih baik ini!” lanjut Sasha.Jade mendengarkan

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 122: Kehangatan yang Dirindukan

    “Makan malam sudah siap!” teriak Laura dari beranda belakang. Jade menuntun Sasha berjalan karena langit sudah mulai gelap. Mereka pulang dari green house dengan membawa beberapa sayuran dan buah segar. “Ibu, boleh ya kami petik ini?” tanya Jade seraya memperlihatkan apa saja hasil kebun mereka malam itu. Laura dan Stephen tertawa bersama. “Silakan saja, ambil sebanyak apapun yang kalian inginkan. Ayahmu tinggal merawat mereka lagi sampai berbuah.” Laura menghidangkan sup kepiting dan juga lobster saus telur asin. Sasha tampak senang melihat lobster yang besar. “Wah, sepertinya enak!”Semua mulai melahap makanannya. Namun, Sasha terdiam setelah kunyahan pertama. “Kenapa, Sha?” tanya Laura. “Makanannya nggak enak?”“Manis,” ucap Sasha kecewa. Stephen dan Laura kembali mencicip lobsternya. “Nggak manis kok, rasanya gurih,” sahut Stephen. “Ibu nggak masak pakai gula kok, masa manis?” tanya Laura. Jade tertawa terbahak-bahak. Laura dan Stephen merasa heran. “Itu karena dia tadi

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 121: Buah Ajaib

    “Sementara kalian bersantai dulu, ibu akan buatkan makan malam ya,” ucap Laura. Sasha dan Jade mau tidak mau harus menginap malam itu. Sasha hendak membantu Laura menyiapkan makan malam. Tapi Laura bersikeras menyuruhnya istirahat. Mereka kemudian berjalan-jalan sekitar rumah. Halaman rumah orang tua Jade cukup besar. Mereka memiliki green house sendiri. Di dalamnya banyak ditanami sayuran, buah, dan juga bunga. Stephen gemar merawat tanaman seperti merawat anaknya sendiri. Stephen juga menjual benih tanamannya. Dan Laura bertugas sebagai admin penjualan online. “Bunga freesia!” Sasha mencium aroma bunga tersebut. Jade menatap Sasha. “Cantik!”Sasha mengangguk setuju. “Ya, bunga freesia memang cantik dan tampak anggun. Lihat, bentuknya mirip penari balet.”Jade menggeleng. “Bukan freesia. Tapi kamu, Honey.”Sasha tersipu. “Apaan sih?”Mereka kembali berjalan dan berada di bagian tanaman buah. “Lihat!” Jade menunjuk sebuah tanaman dengan buah merah berbentuk oval kecil. “Kamu ta

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 120: Perkara Delima

    “Sudah nangisnya?” tanya Jade penuh canda. Sasha memukul dada Jade pelan. Mereka tertawa pelan. “Mau makan apa? Lapar,” lanjut Jade. Sasha mengelap air matanya yang masih tersisa. “Aku mau makan buah delima,” jawab Sasha. Jade mengernyitkan dahinya. “Buah itu belum musim, Honey.”“Tapi aku pengen itu. Pasti segar siang-siang makan buah delima,” ucap Sasha. Jade memegang tangan Sasha. “Kalau mau segar, kita makan semangka aja ya?”Sasha menggeleng. “Nggak mau. Aku maunya delima.”Jade berpikir. “Gimana kalau kita beli jus delima yang di supermarket?”“Nggak!” tegas Sasha. “Aku mau buah delima utuh. Rasanya beda!”Sasha terlihat cemberut. Jade tidak mau lagi berdebat dengannya. Pertengkarannya pagi tadi cukup merusak suasana hatinya. “Ya sudah, kalau begitu, kita cari buah delima ya. Siapa tahu ada keajaiban datang dan kita bisa nemu delima.” Jade mengajak Sasha segera ganti baju.Sasha menurut. Ia mengambil kaos dress selututnya, tas tangan, dan kacamata hitam. Dahi Jade berker

  • Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku   BAB 119: Hormon Oh Hormon!

    “Yuk makan!” seru Jade. Jade menata meja makan dan menghidangkan nasi goreng buatannya. Sasha di kursi yang telah disiapkan Jade. Sasha tersenyum. Ia sangat bahagia melihat nasi goreng di hadapannya. Jade tersenyum puas. “Silakan dinikmati, Honey.”Sasha mengambil suapan pertamanya. Membauinya. Bumbunya digoreng dengan sempurna. Warnanya begitu menggoda. Hap! Jade memperhatikan wajah Sasha. Ekspresi Sasha tiba-tiba datar. “Bagaimana?” tanya Jade penasaran. Sasha mengunyah perlahan. Lalu menelannya dengan kepayahan. Sasha tiba-tiba berlari ke toilet dan memuntahkan apa yang baru saja dia makan. Jade mengejarnya cemas. “Honey, kamu nggak apa-apa?”Sasha masih terus muntah hingga ia tampak lemas. Jade membantunya memijat tengkuknya. Sasha melambaikan tangannya. Menekan tombol flush. Dan mencuci mulut serta wajahnya. Wajahnya tampak pucat. “Kamu nggak apa-apa, Honey?” tanya Jade. Sasha menggeleng lemah. Ia kemudian melengos pergi menuju kasurnya. “Kamu nggak akan makan dulu,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status