“Baik, Pak,” jawab seluruh staf desain. Selepas Pak Mike pergi, semua kembali bekerja. Bianca Johnson, seorang desainer paling modis, mendekati Eva. “Va, kamu tahu tentang ini semua?”Mata Eva memutar kesal. “Kamu nggak denger ya tadi Pak Mike bilang apa?”Bianca mendengus. “Aku kan nggak bergunjing, hanya ingin mengetahui fakta!”Bianca kembali ke mejanya dengan kesal. Sementara itu, Jade dan Sasha sedang berada di dalam mobil, menunggu Pak Mike. “Kalau mau nangis, boleh kok,” ucap Jade lembut. Sasha memandang langit dari jendelanya. “Air mataku sudah habis, Paman. Bahkan sepertinya aku sudah lupa bagaimana rasanya keluar air mata.”Jade terkekeh. “Lalu siapa yang semalam terisak di belakangku?”Sasha mendelik. “Yang pasti bukan aku!”Jade tertawa. Lalu dia membelai kepala Sasha. “Oke, oke, aku percaya kamu sudah lebih kuat dari sebelumnya. Sekarang kita akan konsultasi dengan pengacaraku. Kamu siap?”Sasha mengangguk. “Aku harus siap!”“Untuk sementara kamu tidak perlu masuk ke
“Iiihh … Itu bukan pertanyaan, Sha. Tapi itu bentuk keterkejutan,” kata Eva. Sasha menyimpan telunjuk di bibirnya menyuruh Eva diam. Eva langsung menutup mulutnya. Lalu mereka berdua tertawa tanpa suara. “Oke, pertanyaan kedua,” ucap Eva pelan setengah berbisik. “Apa kamu beneran The Real_Ç?”Sasha terdiam. Ia masih belum bisa menceritakan ini karena ia tidak mau rencananya dengan Paman Jade gagal. “Aku harus tahu yang sebenarnya, meskipun aku percaya kamu lebih dari siapapun,” lanjut Eva. Sasha menarik napas. “Aku hanya akan menjawab tanpa menjelaskan apapun, ya. Kalau sudah tiba waktunya, aku akan ceritakan semua. Tapi bukan sekarang.”Eva mengangguk-angguk setuju.“Ya, aku The Real_Ç,” ucap Sasha tegas dengan suara pelan. Eva menjentikkan jarinya. “Sudah kuduga! Semenjak pertama kali aku lihat desainmu, aku merasa kamu ini berbakat. Dan ketika kulihat desain The Real_Ç, aku langsung ingat hasil desainmu.”“Oke, pertanyaan ketiga?” tanya Sasha. Eva menggeleng. “Akan kusimpan p
“Tenang ya, aku akan mengatasi ini semua,” ucap Jade menenangkan. Jade segera memapah Sasha duduk di sofa. Ia mengambil minum dan menyodorkannya kepada Sasha. Sasha mengambil gelas dari Jade dan meminumnya sampai habis. “Paman, bagaimana ini?” tanya Sasha panik. Jade mengelus kepala Sasha lembut. “Kamu tenang aja! Sekarang lebih baik kamu istirahat ya!”Sasha mengangguk. Kemudian ia beranjak menuju kamarnya dengan langkah yang gontai. Jade tampak menelepon seseorang. Wajahnya terlihat sangat serius. Sasha merebahkan tubuhnya di kasur. Pikirannya kosong. Ia tak tahu harus apa. Sasha juga tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Layanan kamar untuk makan malam tiba. Jade meminta makanan ditinggalkan beserta trolinya. Staf layanan kamar langsung undur diri. Jade mendorong trolinya menuju kamar Sasha. Ia mengetuk pintu. “Permisi, layanan kamar untuk Nona Blanc sudah tiba.”Tidak ada jawaban dari Sasha. Jade membuka pintu pelan. “Aku buka ya!”Sasha masih terbari
“Kamu mau apa lagi, Val?” tanya Sasha dengan malas. Terdengar suara tawa Val yang angkuh. “Tumben kamu mau angkat telepon!” “Kalau begitu aku matikan sekarang ya,” ucap Sasha tegas. Ia hendak mematikan teleponnya. Namun, terdengar Val menahan Sasha supaya tidak memutus teleponnya. “Oke, oke, langsung saja. Aku hanya ingin kamu menghapus semua unggahan desainmu. Kalau perlu akunnya sekalian saja dideaktivasi.” “Memangnya kenapa?” tanya Sasha. “Apa kamu merasa terganggu dengan foto-foto desain itu?” “Kalau kamu tidak menghapus desain-desain itu, terpaksa aku akan menempuh jalur hukum. Desainmu di Les Bijoux sudah dipatenkan menjadi milik Desainer Ç–” Sasha langsung memotong perkataan Val. Tapi itu semua kan milikku!” Val tertawa sinis. “Bukankah aku sudah memberimu kesempatan untuk menjadi Desainer Ç, pemilik desain-desain ini? Kamu malah lebih memilih dengan Paman Jade dan merangkak lagi dari nol!” “Setidaknya dia memanusiakan manusia!” pekik Sasha. Val kembali tert
“Tapi, apa kamu yakin ini bisa menyingkirkannya? Kalau dia ngadu langsung pada Pak Gregory bagaimana?” tanya Julie cemas. Anthony beranjak dari sofa dan menuju meja Julie. Ia mencondongkan badannya ke arah Julie yang sedang duduk. “Tenang saja. Aku yakin dia tidak akan mengadu apapun kepada Pak Direktur. Lagipula, kita tinggal buat bukti saja seperti yang biasa kita lakukan,” ucap Anthony. Wajahnya menyeringai. Julie menatap Anthony yakin. Sementara itu, Sasha kembali ke mejanya dengan lunglai. Eva menatapnya cemas. “Ada apa?” tanya Eva. “Entahlah. Hidupku penuh kesialan!” Sasha menelungkupkan kepalanya di meja. Eva menepuk punggung Sasha pelan. “Kemarin Danny Jacob yang kena, eh sekarang kamu, Sha. Besok siapa lagi?”Sasha menolehkan kepalanya. “Semoga tidak ada.”“Tapi,” sahut Eva. Ia berbisik di telinga Sasha. Menaruh telunjuknya di bibirnya. “Ssshh, jangan bilang-bilang ya, ini hanya spekulasiku saja.”Sasha memperhatikan dengan seksama. “Sepertinya, mereka hanya mengincar
“Apakah aku terlalu egois karena aku masih belum sepenuhnya membuka hatiku kepada Paman Jade?” tanya Sasha saat menutup pintu kamarnya. Wajah Sasha yang tersenyum perlahan memudar. Ia terlihat murung. “Maafkan aku, sudah kucoba berapa kali pun aku tetap tidak bisa mencintaimu sepenuhnya, Paman,” ucap Sasha sangat pelan. Sasha kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu, ia pergi tidur. Keesokan harinya, Sasha sudah tiba di workshop. Saat berjalan di lobby, ia melihat beberapa orang sedang menonton berita dari ponselnya. Sasha penasaran. Ia kemudian menghampiri Casey Holligan, seorang Front Officer.“Pagi, Nona Holligan. Orang-orang kok pada serius sama ponselnya. Ada berita panas?” tanya Sasha sambil menempelkan kartu IDnya di mesin absen. “Pagi, Nona Blanc,” jawab Casey dengan riang. Raut wajahnya berubah serius. Ia mencondongkan wajahnya ke arah Sasha. “Desainer misterius Les Bijoux by Demian sudah terkuak. Ia ternyata Direktur Kreatif Les Bijoux. Tidak ane