"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," Bintang berpura-pura tidak mengerti dengan hal itu.
"Aku ingin terkena hukuman sama sepertimu! Aku yakin, hukuman itu akan melepaskanku dari terkaman Osha. Aku lelah dikejar-kejar dia terus,"Bintang semakin banyak bertanya di benaknya sendiri. Kenapa harus berhubungan? Memang tidak ada cara lain?Meskipun Bintang termasuk seseorang yang penurut terhadap atasan, apalagi dari pihak istana.Tetapi maaf, dirinya tidak ingin berurusan dengan permasalahan menampakkan aset pribadi."Tentu aku tidak setuju Querry, marah boleh asalkan tidak membahayakan. Aku tidak tega, baiklah. Ambil pedangmu, semoga kekuatanku masih cukup," ucap Bintang, ia menyerah. Akhirnya Bintang berbicara jujur, tidak ada lowongan lagi untuknya berbohong kepada Querry. Ekspresi wajahnya seketika tajam kepada Querry, sedikit sinis juga.Sedangkan Querry, ia tidak menampakkan senyuman, melainkan cemberut. Mengambil pedang yang sudah jadi miliknya, lalu ia pun membawanya ke Bintang."Kamu marah?"Bintang sama sekali tidak menjawab pertanyaan tersebut. Dia murung, sampai-sampai tidak melirik sekilas pun ke arah Querry.Querry melangkah ke arah pintu ke luar ruang penjara, matanya terbelalak sebab melihat ada sinar dari jalan keluar.Menurutnya, itu adalah para prajurit yang ditugaskan untuk mengeluarkan Bintang. Berarti ini sudah pagi!Querry menoleh ke belakang dan melihat Bintang masih berurusan dengan pedang itu.Detak jantungnya berdegup kencang, akhirnya dia bergegas menghampiri Bintang."Bintang, cepatlah! Prajurit itu mulai ke sini!" sontak Querry.BRAK! "Aduh!"Querry kesakitan di bagian perutnya.Ini semua kesalahan Bintang yang tidak sengaja melemparkan kekuatannya di saat ia menyalurkan ke pedang tersebut.Bintang langsung mendekati Querry yang benar-benar kelihatan kesakitan. Dia juga takut karena cahaya senter dari prajurit mulai mendekat. Merasa bersalah kepada Querry, dirinya berpikiran untuk menghilang. Tapi dirinya tidak cukup dengan hasil pemikirannya."Putri! Kamu masih sadar kah?""Bagaimana ini!"Bintang sangat panik sekarang, dia ingin sekali melindungi Querry. Namun kepanikannya menyebabkan dirinya tidak fokus untuk menghilang.DER!Tatapan Bintang langsung tertuju ke seorang prajurit, ternyata itu adalah Osha! Pistol itu diarahkan tepat ke badannya. "Sebaiknya aku menghilang, tapi kurang fokus! Aahh!"DER! Peluru yang pada awalnya diarahkan ke Bintang, namun akhirnya mengenai tubuh Querry. "Querry!""Dasar! Aku salah, Bintang! Jangan pura-pura. Kamu yang mengelak kan?" tanya Osha yang sangat panik kepada Bintang."Kamu harus bertahan," Bintang tidak memperdulikan Osha, ia lebih panik melihat Querry.Querry tengah menahan rasa sakitnya, meskipun kelihatan tenang-tenang saja, alias pingsan. Namun pada aslinya ia sedang bertarung dengan racun dari peluru tadi.Osha langsung menjatuhkan pistolnya, ia berlari cepat sehingga sampailah dirinya di depan seseorang yang amat dibencinya. Dia langsung merebut Querry dari pangkuan tak berdaya Bintang. Sekaligus, ia kembali mengunci pintu penjara ini.Bergegas pergi ke luar penjara bawah tanah, ia langsung menuju ke kamar Querry. Tanpa sepengetahuan Edars, ia langsung mengunci pintu dan ingin menyembuhkan rasa sakit yang diderita Querry."Ayolah ... pasti sadar, aku yakin!"Tidak diketahui betul olehnya tentang ilmu penyembuhan. Dan hasilnya sekarang, Querry tetap tidak sadarkan diri ditambah seluruh badannya pucat. Pernapasannya juga tengah melemah sekarang.Terus berusaha dan berusaha, ia tidak dapat menemukan jawaban dari permasalahan ini semua!Berlari ke luar kamar, ia mencari guru sakti supaya bisa menyembuhkan Querry."Osha! Kenapa kau di sini, sedang apa di kamar Rexa!" seruan yang begitu lantang dari arah belakang, dan itu adalah Edars."Ti—ti—dak Tuan, hamba ke—ka—mar Putri Rexa karena ingin mengambil barang perintah dari Put—" ucap Osha terbata-bata."Barusan, aku ke penjara Rexa tapi tidak ada siapa-siapa," cetus Edars."Eh, sebaiknya Tuan tidak perlu ke kamar. Karena Putri Rexa tidak ada di dalam," lirih Osha menghalangi Edars ketika ingin masuk ke kamar."Aku hanya ingin mengecek,""Tidak, Tuan,""Jangan menghalangiku!"Edars mendobrak pintu itu dan akhirnya ia masuk ke dalam. Kedua matanya langsung terbelalak, ketika ia melihat adiknya terbaring di atas ranjang. Sedikit darah yang tertampil di perutnya, membuatnya semakin tertekan.Berlari dengan kecepatan maksimum, ia langsung menghampiri adiknya. Tertampil, pipi tembem itu berbekas tebasan pedang. Dirinya berpikiran bahwa adiknya belum tentu terselamatkan.Pagi yang penuh derai air mata, Edars memanggil semua guru sakti untuk bergantian menyembuhkan adiknya. Sangat bingung, dikarenakan dari tadi tidak ada satupun orang yang mampu menyembuhkan adiknya."Tuan, bagaimana dengan Bintang? Apakah pagi ini kita memberinya hukuman mati?" tiba-tiba tanya Osha yang memecah lamunan Edars."Laksanakan sesuai perintah!" tegas Edars.Bisa ditetapkan bahwa pagi ini pihak istana benar-benar akan menetapkan hukuman mati yang ditimpakan kepada Bintang seorang.Alat-alat yang begitu tajam sedang ditata oleh para prajurit, sedangkan Osha hanya memperhatikan Bintang yang masih bisa menyerang ketika berada di bawah tanah. Ini yang sulit, dirinya geram. Bukankah hukuman harus tetap ada? Dan harus dilaksanakan? Namun tetap ada saja halangan."Lapor! Bintang tetap menyerah Bos! Dia menggunakan pedang sakti, dan kami kewalahan," cetus prajurit lain yang jadi bawahannya."Terus, dia tidak lolos 'kan?" tanya Osha, datar."Lapor! Kita sudah mengikat dua tangan dan kaki, serta membungkam mulutnya. Bintang, aman Bos," celetuk prajurit yang tiba-tiba datang.Osha menghela napas, baru kali ini ada seseorang yang dia benci akan menjalani hukuman super berat. Itu juga membuatnya semakin tertekan, ia tidak terlalu tahu dengan peraturan membunuh seseorang yang sakti mandraguna seperti Bintang.Tinggal beberapa menit lagi, hukuman itu akan benar-benar ditimpakan kepada Bintang.Semua penduduk sudah terkumpul di lapangan Istana Xuerayl. Begitu juga dengan menteri serta seluruh prajurit dan pelayan di istana."Kita menunggu berapa lama lagi? Bukankah sudah waktunya?" tanya Edars tiba-tiba."Maaf Tuan, hukuman itu harus benar-benar terjadi. Pihak kami masih menajamkan besi dan juga api," jawab Osha."Setelah hal itu terjadi, tolong ... kamu jangan beritahu ke Rexa. Adikku butuh ketenangan, aku tidak mau tiba-tiba adikku merasa kesakitan dan menyesal seumur hidup," ucap Edars memberi penjelasan cukup."Iya, Putri Rexa harus bahagia. Jangan sampai terluka, lalu ... pengobatannya masih berlangsung kah?" Osha menanggapi."Rexa sama sekali tidak sadar, mereka bilang. Pengobatan harus dilakukan oleh seseorang yang sakti mandraguna, aku masih bingung dengan sebutan Singa Putih. Kau pernah mendengarnya?"Mendengar penjelasan itu membuatnya menjadi tersentak. Tatapan matanya menoleh ke sana-sini, seperti ada yang disembunyikan namun tidak terlalu.Osha mengiyakan dan mengundurkan diri dari hadapan Edars. Ia menuju ke arah kerumunan yang menandakan kehadiran Bintang."Cepat pasang! Kita tidak mempunyai waktu lagi!" seru prajurit gagah perkasa itu, tangannya membawa pedang paling tajam. Berjalan menuju ke arah kerumunan itu."Baik! Kita harus cepat!"Prajurit pilihan itu berlari ke sana-sini mencari batu, dari namanya saja sudah menyeramkan apalagi kalau ditimpakan.Ngeri!"Bintang, kau akan mati pagi ini,"__(bersambung)__Querry yang celingak-celinguk ke arah pepohonan di mana tadi Morgan menghilang.Tiba-tiba bahu Querry ditepuk tidak terlalu keras oleh perempuan itu. Querry menampilkan senyuman dan mengangguk ramah."Apakah Kau ini ... Putri Rexa?" lontar perempuan itu setengah kaget."Putri Rexa!" seru perempuan itu dan langsung memeluk erat tubuh Querry.Di posisi itu, Querry merasa sangat-sangat senang bagai keliling dunia sampai ke kutub bertemu beruang putih. Sedikit seram juga bertemu beruang.Pokoknya Querry senang, baru kali ini dipeluk oleh sosok perempuan selain ibundanya.Pelukan hangat yang diselimuti sinar panas dari sang surya. Diiringi pula angin semilir dari arah belakang. Rambut yang terurai panjang milik perempuan itu menyeruak ke wajah manis Querry.Bukan menyeruak, lebih dikenal menepis lembut."Iya, Kamu ini ... adik sepupu Morgan ya?" tanya Querry."Kurang tepat, Putri," jawab perempuan yang belum diketahui namanya."Ini adik aku, paling suka cabai. Dia pacarnya cabai!" celetuk
Wajah Querry benar-benar kesal, dia sengaja mencubit pipi kiri Morgan demi dihargai.AAA!Morgan hanya meringis, pura-pura kesakitan. Yang paling lucu, pipinya sekarang dipenuhi bekas hitamnya arang. Querry langsung tertawa."Wajahmu ganteng banget, Gan," cetus Querry cengar-cengir."Haha, tumben. Kamu juga cantik banget, kalah sama gulali," ucap Morgan sekedar senyum."Aku kalah sama gulali?" tanya Querry sedikit serius."Iya, karena aku belum merasakan," jawab Morgan cuek."Huh! Emang aku tidak tahu," lirih Querry.Di balik wajah Morgan yang cuek, dia juga romantis. Karena mau memasak untuk Querry. Terlebih lagi masaknya dihadiri hati.Aroma sup sayur tercium oleh indra penciuman Querry. Ia yang tengah duduk di bawah pohon langsung menuju ke sumber aroma.Matanya berbinar-binar melihat sup yang sepertinya enak."Kalau boleh ya. Aku mau lamar Kau dengan harta sup sayur dan jiwa ragaku," ucap Morgan menyodorkan sendok berisi sup."Temanku, ragaku. Sup sayur itu tidak ada manfaatnya,"
"Seharusnya aku jadi prajurit," celetuk Querry."Buat apa?""Ya ... karena aku jadi Putri malahan minim pengetahuan,"Morgan auto cengengesan, dia menatap Querry dengan penuh gembira. Bagaimana tidak, dengan keberadaan Querry membuatnya tenang, damai khalayak es batu terus mencair tiba-tiba.Saking gembiranya Morgan, dia hampir jatuh menubruk Querry. Untungnya hampir dan tidak sengaja. Kalaupun terjadi nantinya juga berakhir enak.Bercanda."Kau tahu Osha?""Yah," jawab Querry malas."Dia tampan melebihi—""Melebihi Bintang? Kamu salah, Morgan,"Morgan langsung menatap malas kepada Querry, barusan mau memberi penjelasan. Kenapa tiba-tiba dipotong terus dilanjutkan dengan nyosor.Querry tidak pernah peduli, perempuan harus menang. Kalau kalah harus menentang.Itu moto asli dari Querry.Querry cepat-cepat memeluk Morgan dari belakang, dia ingin bermain. Sesekali seharusnya bermain, seorang Putri perlu kegembiraan."Lepas, Querry ... Kau ingin minta maaf? Aku tolak," ucap Morgan yang ter
"Jangan jadi bawahan, Querry," celetuk Morgan."Maksudnya?""Iya, Kau harus menjadi pemimpin. Nadimu tetap mengalir darah keturunan bangsawan," ujar Morgan.Apa yang dibilang Morgan sangatlah benar. Querry harus menyadari hal itu semua. Namanya kerajaan juga harus dipimpin keturunan Raja, itu benar. Namun Querry juga tidak bisa memaksa penduduk untuk memberi dukungan. Menjadi Putri Mahkota pasti butuh dukungan para rakyat.Berita terkait kenaikan tahta kerajaan, Querry tahu tentang berita tersebut. Sosok prajurit yang ia takuti, nanti malam sudah bisa dipanggil Raja. Mau tidak mau harus terima.Pada aslinya menaikan tahta kerajaan harus dihadiri Raja sebelumnya. Sayangnya Raja sebelum ini atau ayahanda Querry telah tiadaApa kenaikan tahta malam ini akan sah?Tidak ada yang tahu kecuali Raja sebelumnya. Sesuai dengan Kitab Xuerayl yang berisi tentang semua aturan dan hukum istana."Nanti malam kenaikan tahta," Querry bersuara memecah kesunyian.Morgan menoleh, benaknya dipenuhi pertan
"Tidak perlu, aku yang seharusnya merawat Kamu. Ini hanya keringat, bau dan asin. Kamu tidak berhak," ucap Morgan menatap kepada Querry.Anehnya, tatapan Morgan begitu tulus. Apalagi dengan posisi tangannya, tangan kiri memegang pinggang dan tangan kanan memegang kepala Querry dari belakang.Ini bahaya, Morgan dicap sebagai tersangka dalam kasus perebutan cintanya Querry dengan nomor urut tiga.Bercanda, ya."Bau, asin. Kita semua sama. Maaf apabila aku salah. Bintang memang sosok yang aku cintai dan dia adalah separuh napasku," ujar dengan jelas Querry."Seandainya ada seseorang yang menanti dirimu selain Bintang. Kamu akan menerimanya?" Morgan bertanya dengan hati-hati.Querry hanya melirik Morgan, dia langsung melepas tangannya. Hatinya tiba-tiba panas.Berapapun lamanya pelukan tadi bertahan, Querry sama sekali tidak merasa nyaman. Lebih baiknya menjauh karena itu yang membuat nyaman.Napas Querry begitu sesak, sangat ingin bersama Bintang. Dia merindukan sosok Bintang. Sangat rin
Harapan Morgan adalah ingin cepat-cepat menyembuhkan Querry. Masa sekarang jadi kacau balau cuma gegara kehadiran sang nenek."Nenek bisa buat ramuan, iya?" tanya Morgan menatap tajam."Ramuan apa?" neneknya Morgan linglung.Morgan mengendus kesal, dia duduk di samping Querry. Tangannya membelai rambut Querry dengan harapan itulah sentuhan yang membuat jiwa kembali sehat.Jangan berharap aneh-aneh.Mana bisa cuma dibelai terus siuman, itu adanya hanya di film-film keajaiban atau horor."Nenek ke belakang dulu, misal pengin dibuatkan ramuan. Kamu harus menikahinya dulu, Gan," celetuk nenek.Morgan melempar pandangan sinis dan berapi-api ke arah neneknya. Kesal sangat kejam. Menikah tidak semudah membalikkan selendang.Tak lama kemudian, Morgan bisa merasakan tangannya diraih Querry dan dipegang kuat-kuat.Morgan juga melihat Querry menangis dengan mengigau. Rasanya pengin dibelah dua hatinya ini."Bintang, jangan pergi. Aku butuh Kamu," lirih Querry."Siapa, Bintang? Maksud Querry itu