Share

Hukuman Untuk Bintang

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," Bintang berpura-pura tidak mengerti dengan hal itu.

"Aku ingin terkena hukuman sama sepertimu! Aku yakin, hukuman itu akan melepaskanku dari terkaman Osha. Aku lelah dikejar-kejar dia terus,"

Bintang semakin banyak bertanya di benaknya sendiri. Kenapa harus berhubungan? Memang tidak ada cara lain?

Meskipun Bintang termasuk seseorang yang penurut terhadap atasan, apalagi dari pihak istana.

Tetapi maaf, dirinya tidak ingin berurusan dengan permasalahan menampakkan aset pribadi.

"Tentu aku tidak setuju Querry, marah boleh asalkan tidak membahayakan. Aku tidak tega, baiklah. Ambil pedangmu, semoga kekuatanku masih cukup," ucap Bintang, ia menyerah. Akhirnya Bintang berbicara jujur, tidak ada lowongan lagi untuknya berbohong kepada Querry. Ekspresi wajahnya seketika tajam kepada Querry, sedikit sinis juga.

Sedangkan Querry, ia tidak menampakkan senyuman, melainkan cemberut. Mengambil pedang yang sudah jadi miliknya, lalu ia pun membawanya ke Bintang.

"Kamu marah?"

Bintang sama sekali tidak menjawab pertanyaan tersebut. Dia murung, sampai-sampai tidak melirik sekilas pun ke arah Querry.

Querry melangkah ke arah pintu ke luar ruang penjara, matanya terbelalak sebab melihat ada sinar dari jalan keluar.

Menurutnya, itu adalah para prajurit yang ditugaskan untuk mengeluarkan Bintang. Berarti ini sudah pagi!

Querry menoleh ke belakang dan melihat Bintang masih berurusan dengan pedang itu.

Detak jantungnya berdegup kencang, akhirnya dia bergegas menghampiri Bintang.

"Bintang, cepatlah! Prajurit itu mulai ke sini!" sontak Querry.

BRAK! "Aduh!"

Querry kesakitan di bagian perutnya.

Ini semua kesalahan Bintang yang tidak sengaja melemparkan kekuatannya di saat ia menyalurkan ke pedang tersebut.

Bintang langsung mendekati Querry yang benar-benar kelihatan kesakitan. Dia juga takut karena cahaya senter dari prajurit mulai mendekat. Merasa bersalah kepada Querry, dirinya berpikiran untuk menghilang. Tapi dirinya tidak cukup dengan hasil pemikirannya.

"Putri! Kamu masih sadar kah?"

"Bagaimana ini!"

Bintang sangat panik sekarang, dia ingin sekali melindungi Querry. Namun kepanikannya menyebabkan dirinya tidak fokus untuk menghilang.

DER!

Tatapan Bintang langsung tertuju ke seorang prajurit, ternyata itu adalah Osha! Pistol itu diarahkan tepat ke badannya. "Sebaiknya aku menghilang, tapi kurang fokus! Aahh!"

DER! Peluru yang pada awalnya diarahkan ke Bintang, namun akhirnya mengenai tubuh Querry. "Querry!"

"Dasar! Aku salah, Bintang! Jangan pura-pura. Kamu yang mengelak kan?" tanya Osha yang sangat panik kepada Bintang.

"Kamu harus bertahan," Bintang tidak memperdulikan Osha, ia lebih panik melihat Querry.

Querry tengah menahan rasa sakitnya, meskipun kelihatan tenang-tenang saja, alias pingsan. Namun pada aslinya ia sedang bertarung dengan racun dari peluru tadi.

Osha langsung menjatuhkan pistolnya, ia berlari cepat sehingga sampailah dirinya di depan seseorang yang amat dibencinya. Dia langsung merebut Querry dari pangkuan tak berdaya Bintang. Sekaligus, ia kembali mengunci pintu penjara ini.

Bergegas pergi ke luar penjara bawah tanah, ia langsung menuju ke kamar Querry. Tanpa sepengetahuan Edars, ia langsung mengunci pintu dan ingin menyembuhkan rasa sakit yang diderita Querry.

"Ayolah ... pasti sadar, aku yakin!"

Tidak diketahui betul olehnya tentang ilmu penyembuhan. Dan hasilnya sekarang, Querry tetap tidak sadarkan diri ditambah seluruh badannya pucat. Pernapasannya juga tengah melemah sekarang.

Terus berusaha dan berusaha, ia tidak dapat menemukan jawaban dari permasalahan ini semua!

Berlari ke luar kamar, ia mencari guru sakti supaya bisa menyembuhkan Querry.

"Osha! Kenapa kau di sini, sedang apa di kamar Rexa!" seruan yang begitu lantang dari arah belakang, dan itu adalah Edars.

"Ti—ti—dak Tuan, hamba ke—ka—mar Putri Rexa karena ingin mengambil barang perintah dari Put—" ucap Osha terbata-bata.

"Barusan, aku ke penjara Rexa tapi tidak ada siapa-siapa," cetus Edars.

"Eh, sebaiknya Tuan tidak perlu ke kamar. Karena Putri Rexa tidak ada di dalam," lirih Osha menghalangi Edars ketika ingin masuk ke kamar.

"Aku hanya ingin mengecek,"

"Tidak, Tuan,"

"Jangan menghalangiku!"

Edars mendobrak pintu itu dan akhirnya ia masuk ke dalam. Kedua matanya langsung terbelalak, ketika ia melihat adiknya terbaring di atas ranjang. Sedikit darah yang tertampil di perutnya, membuatnya semakin tertekan.

Berlari dengan kecepatan maksimum, ia langsung menghampiri adiknya. Tertampil, pipi tembem itu berbekas tebasan pedang. Dirinya berpikiran bahwa adiknya belum tentu terselamatkan.

Pagi yang penuh derai air mata, Edars memanggil semua guru sakti untuk bergantian menyembuhkan adiknya. Sangat bingung, dikarenakan dari tadi tidak ada satupun orang yang mampu menyembuhkan adiknya.

"Tuan, bagaimana dengan Bintang? Apakah pagi ini kita memberinya hukuman mati?" tiba-tiba tanya Osha yang memecah lamunan Edars.

"Laksanakan sesuai perintah!" tegas Edars.

Bisa ditetapkan bahwa pagi ini pihak istana benar-benar akan menetapkan hukuman mati yang ditimpakan kepada Bintang seorang.

Alat-alat yang begitu tajam sedang ditata oleh para prajurit, sedangkan Osha hanya memperhatikan Bintang yang masih bisa menyerang ketika berada di bawah tanah. Ini yang sulit, dirinya geram. Bukankah hukuman harus tetap ada? Dan harus dilaksanakan? Namun tetap ada saja halangan.

"Lapor! Bintang tetap menyerah Bos! Dia menggunakan pedang sakti, dan kami kewalahan," cetus prajurit lain yang jadi bawahannya.

"Terus, dia tidak lolos 'kan?" tanya Osha, datar.

"Lapor! Kita sudah mengikat dua tangan dan kaki, serta membungkam mulutnya. Bintang, aman Bos," celetuk prajurit yang tiba-tiba datang.

Osha menghela napas, baru kali ini ada seseorang yang dia benci akan menjalani hukuman super berat. Itu juga membuatnya semakin tertekan, ia tidak terlalu tahu dengan peraturan membunuh seseorang yang sakti mandraguna seperti Bintang.

Tinggal beberapa menit lagi, hukuman itu akan benar-benar ditimpakan kepada Bintang.

Semua penduduk sudah terkumpul di lapangan Istana Xuerayl. Begitu juga dengan menteri serta seluruh prajurit dan pelayan di istana.

"Kita menunggu berapa lama lagi? Bukankah sudah waktunya?" tanya Edars tiba-tiba.

"Maaf Tuan, hukuman itu harus benar-benar terjadi. Pihak kami masih menajamkan besi dan juga api," jawab Osha.

"Setelah hal itu terjadi, tolong ... kamu jangan beritahu ke Rexa. Adikku butuh ketenangan, aku tidak mau tiba-tiba adikku merasa kesakitan dan menyesal seumur hidup," ucap Edars memberi penjelasan cukup.

"Iya, Putri Rexa harus bahagia. Jangan sampai terluka, lalu ... pengobatannya masih berlangsung kah?" Osha menanggapi.

"Rexa sama sekali tidak sadar, mereka bilang. Pengobatan harus dilakukan oleh seseorang yang sakti mandraguna, aku masih bingung dengan sebutan Singa Putih. Kau pernah mendengarnya?"

Mendengar penjelasan itu membuatnya menjadi tersentak. Tatapan matanya menoleh ke sana-sini, seperti ada yang disembunyikan namun tidak terlalu.

Osha mengiyakan dan mengundurkan diri dari hadapan Edars. Ia menuju ke arah kerumunan yang menandakan kehadiran Bintang.

"Cepat pasang! Kita tidak mempunyai waktu lagi!" seru prajurit gagah perkasa itu, tangannya membawa pedang paling tajam. Berjalan menuju ke arah kerumunan itu.

"Baik! Kita harus cepat!"

Prajurit pilihan itu berlari ke sana-sini mencari batu, dari namanya saja sudah menyeramkan apalagi kalau ditimpakan.

Ngeri!

"Bintang, kau akan mati pagi ini,"

__(bersambung)__

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status