Share

Part 08

Author: eeeellllaaaaa
last update Last Updated: 2022-06-21 19:26:39

...

Pagi ini dengan giat Julian berlatih seorang diri di halaman belakang istana. Gerak tubuhnya begitu lincah dengan sebelah tangan yang membawa sebuah pedang. Julian fokus dengan wajah yang serius dan sorot mata yang tajam. Tidak sedikitpun dirinya menoleh pada apapun.

Ini merupakan kegiatan rutin yang terkadang Julian lakukan untuk melatih kemampuan dirinya. Biasanya Julian berlatih ditemani Duck, tapi kini Julian hanya ingin berlatih seorang diri saja. Selain itu juga, dia sedang malas untuk bertemu dengan siapapun. Mungkin karena suasana hatinya yang tengah dalam keadaan yang kurang baik.

"Julian!"

Fokus Julian harus tersadar saat panggilan seseorang dari arah belakang menyerunya. Menegakkan badan, Julian hanya menoleh sebatas bahunya. Melirik dengan malas pada seseorang yang datang menghampirinya. Itu Eudora, yang tengah berdiri dibelakang Julian dengan membawa nampan perak di tangannya serta senyum lebar yang tidak pernah pudah dari bibirnya.

Langkah kaki Eudora semakin terdengar dekat di pendengaran Julian. Memandang lurus, Julian seolah enggan bahkan hanya untuk menatap wajahnya saja. Terlalu malas untuk Julian menatap wajah Eudora yang kini sudah berada di jarak yang dekat dengannya.

"Aku sudah mengira jika kau ada disini." Ujar nya.

"Lihatlah, aku sudah menyiapkan beberapa cemilan untukmu. Karena aku tau kau pasti lelah sejak tadi berlatih." Tambah Eudora. Menyodorkan nampan yang sudah diisi dengan cemilan berupa cookies coklat disana pada Julian—tepat di hadapannya.

Julian hanya diam. Tidak ada suara atau balasan apapun yang keluar dari bibirnya. Tapi Eudora tidak menyerah begitu saja. Dia mencoba mencari alasan lain untuk kembali membuka suaranya.

"Tidak perlu sungkan. Aku yakin kau pasti suka ini kan?" Ucap Eudora.

"Apa perlu aku suapi?" Ujar Eudora lagi. Terkekeh sejenak sebelum menyodorkan tangannya tepat di depan bibir Julian. Bermaksud untuk menyuapinya.

"Julian, buka mulutmu." Seru Eudora.

Julian mendengus dingin. Lalu menyingkirkan tangan Eudora dari hadapannya. Tidak terlalu kasar tapi mampu membuat Eudora terkejut karena itu.

"Berhenti mengganggu ku." Seru Julian. Nada bicaranya terdengar tegas dan memerintah.

Eudora mengatupkan bibirnya. Bahkan perlahan sodoran tangannya melemah kebawah. Sedikit kecewa karena penolakan tiba-tiba dari Julian.

"Apa? Aku hanya ingin bersikap baik padamu, apa itu salah?" Ujar Eudora menghela nafas berat. Kecewa.

Julian melirik diam. Sorot matanya menyirat tajam. wajahnya hanya menampilkan raut yang dingin. Dan itu Julian tunjukan hanya pada Eudora.

"Salah. Karena aku tidak suka." Sahut Julian cepat, namun begitu menusuk tajam pada hati Eudora melewati ucapannya.

"Pangeran!"

Dengan kompak Julian dan Eudora menoleh pada suara lain yang memanggilnya. Eudora tidak jadi berbicara karena panggilan dari orang lain yang menyela mereka.

Itu Duck, berjalan dengan sopan menghampiri Julian dan Eudora. Duck berdehem singkat sebelum kembali mengeluarkan suaranya.

"Raja memanggil mu," kata Duck lagi. Dia diperintah raja Charles untuk memanggil Julian kesana.

Julian mengangguk singka. Dia lantas menyerahkan pedangnya pada Duck dan berlalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata apapun.

Eudora yang melihat kepergian Julian hanya bisa mendengus kesal. Julian bahkan tidak menyentuh makanan yang ia buat untuknya. Sia-sia saja Eudora membuang tenaganya untuk ini. Lalu melirik Duck yang masih berdiri disana. Eudora memberikan tatapan kesalnya pada Duck seolah menyalahkan pria itu.

"Aku permisi Tuan Putri." Dengan kikuk Duck pamit dan pergi dari Eudora. Terlebih wanita itu memberikan tatapan maut padanya membuat Duck lebih memilih pergi.

"Ck, selalu saja begini!" Gerutu Eudora kesal. Dengan penuh amarah Eudora membuang makanan yang ia bawa dan berjalan pergi dengan penuh kekesalan dalam hatinya.

***

Sementara itu, Julian datang menghampiri sang ayah yang sejak tadi menunggu kehadiran dirinya. Dengan langkah tegas dan wajah jemawa nya Julian berjalan menghampiri raja Charles.

"Ayah memanggil ku?" Tanya Julian dengan alis yang menukik.

Raja Charles menoleh lalu mengangguk singkat. Dilihat dari manapun tidak ada bedanya diantara mereka berdua. Wajah angkuh dan perawakan yang tinggi dengan sorot mata tajam. Begitulah Julian dan ayahnya, sebuah kesamaan yang sama diantara ayah dan anak itu.

"Iya, ayah mempunyai tugas baru untukmu." Seru raja Charles bersuara.

Satu alis Julian terangkat heran. Tugas apa yang dimaksud? Julian tidak mengerti.

"Apa?" Tanyanya singkat.

Raja Charles melangkah mendekati Julian. Tangannya menepuk bahu tegap sang putra dengan cukup keras. Wajah serius raja Charles menatap wajah Julian yang penuh dengan tanya.

"Pergilah ke Neverland dan cari informasi yang lebih disana. Lalu kau beritahukan padaku. Jangan kembali sebelum kau menemukan informasi apapun." Jelas Raja Charles.

Sesaat Julian terdiam. Mencerna dengan baik perkataan ayahnya. Setelah tersadar, Julian kembali menatap sang ayah dengan wajah yang dingin.

"Maksud ayah, aku harus menjadi mata-mata disana?" Tanya Julian sedikit mendelik.

Raja Charles mengangguk. Membuat Julian semakin mendelik malas.

"Ayah menyuruh ku?" Tunjuknya.

"Iya kau, siapa lagi?"

"Aku menolak. Kenapa harus aku? Kenapa kau tidak menyuruh Duck?" Tolak Julian seraya menunjuk Duck yang baru saja tiba menghampiri mereka.

Raja Charles menggeleng cepat. "Kau dan Duck. Ini perintah dan aku tidak ingin mendengar penolakan!" Tegas Raja Charles dengan serius.

Julian semakin mendengus kesal. Dia menatap ayahnya dengan datar. Begitulah Raja Thedas, seorang yang selalu memaksa bahkan pada putranya sendiri.

"Baiklah." Pasrah Julian menerima itu.

Raja Charles tersenyum. "Bagus. Sebelum matahari terbit kalian harus sudah tiba disana." Ujar nya lagi.

"Terserah, apapun perkataan mu saja." Sahut Julian malas.

Tanpa peduli, Julian melangkah pergi. Rasa kesalnya kembali bertambah. Tidak Eudora, tidak ayahnya. Mereka semua membuat suasana hatinya semakin memburuk.

...

       

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Prince and princess of rule   Part 62

    ...Julian melompat dari kudanya dengan terburu-buru. Tungkai jenjangnya melangkah begitu lebar. Raut cemas dan penuh khawatir terlihat jelas di wajah dinginnya. Tanpa peduli dengan beberapa prajurit yang memberinya salam hormat, Julian terus melangkah masuk ke dalam istana. "Yang Mulia!" Panggil Duck mengejar langkah Julian. Seakan tuli, Julian tidak sama sekali mendengar seruan dari Duck. Julian hanya terus melangkah untuk mencapai tujuannya. "Di mana Anne?!" Seru Julian sedikit meninggi. Ratu Maria menoleh begitu melihat Julian yang datang secara tiba-tiba. Wanita yang tidak lagi muda itu menghampiri Julian untuk mengusap bahunya menenangkan. "Anne ada di dalam. Dia sedang diperiksa oleh tabib." Julian mendengus kasar mendengar ucapan ibunya. Setelah mendapat kabar dari Duck jika Anne pingsan di istana membuat Julian kalut. Julian yang tengah berburu lantas bergegas pulang ke istana. Bahkan dia meninggalkan busur panahnya di hutan karena terlalu mencemaskan Anne. Sabar bukan

  • Prince and princess of rule   Part 61

    ...Seluruh rakyat Thedas berbahagia. Hari ini tepatnya adalah hari di mana pernikahan Anne dan Julian digelar. Suasana bahagia menyelimuti semua orang. Setelah pewarisan tahta kerajaan kepada Julian, mereka segera menggelar pesta pernikahan. Kini Julian dan Anne ditetapkan sebagai ratu dan raja Thedas. Senyum ratu Maria merekah melihat Anne dan Julian di atas altar. Keduanya terlihat begitu serasi. Seketika ratu Maria mengingat raja Charles. Jika saja raja Charles masih ada di sini pasti ia juga akan sangat bahagia melihat Julian yang menikah dengan Anne. "Kalian sudah resmi menjadi suami istri. Yang Mulia bisa mencium kening ratu sebagai simbol kasih sayang," ujar seorang pendeta. Julian maju beberapa langkah hingga tidak ada jarak lagi antara dirinya dan Anne. Mengangkat dagu Anne dengan jari telunjuknya. Mata tidak pernah bisa berbohong. Julian menatap Anne penuh damba dan binar cinta. Hari ini Anne begitu cantik dan anggun. Kedua pipi putihnya terlihat merah merona menahan mal

  • Prince and princess of rule   Part 60

    ..."Eudora!" Tepat saat ujung pisau itu mengenai leher Anne, teriakan seseorang menghentikan aksi gila dari Eudora. Itu Julian yang datang dengan wajah yang tajam. Disusul oleh Duck dan juga raja Eggar. Mereka datang di waktu yang tepat. "Lepaskan Anne!" Sentan Julian. "Tidak! Aku tidak akan melepaskan gadis sialan ini! Kau tahu Julian, karena gadis ini pernikahan kita batal! Karena gadis ini juga hidupku hancur! Aku tidak akan melepaskannya sebelum aku membunuhnya!" Julian semakin berang di sana. Dia melirik Anne yang sudah meringis kesakitan. Eudora sangat gila dan nekat. "Eudora! Apa-apaan kau ini! Lepaskan dia!" Sahut raja Eggar. Lagi-lagi Eudora menggeleng. "Tidak ayah! Sudah aku bilang jika aku akan membunuh gadis ini!" Raja Eggar menekan pelipisnya melihat tingkah dari putrinya. Seharusnya raja Eggar tidak usah mengijinkan Eudora untuk ikut bersamanya. Sementara itu, Julian mulai memberi kode pada Duck lewat tatapannya. Seakan mengerti Duck lantas mengangguk. Diam-dia

  • Prince and princess of rule   Part 59

    ...Jika ada kebahagiaan, tentu pasti juga akan ada kesedihan. Itulah yang saat ini tengah dirasakan seluruh rakyat Thedas. Kesedihan merundung mereka ketika kabar kematian raja Charles terdengar. Hal itu mengejutkan semua orang termasuk pihak keluarga istana. Semuanya seperti mimpi. Bagaikan tersambar kilatan petir, mereka seakan tidak percaya dengan kabar duka ini. Termasuk ratu Maria, dia menangis pilu menerima kenyataan jika suaminya telah tiada. Begitupun dengan Julian. Padahal baru kemarin ia berbincang bersama ayahnya, tapi Julian tidak menyangka jika kemarin adalah perbincangan terkahirnya dengan raja Charles. Dengan tatapan yang kosong Julian menatap jasad raja Charles yang sudah siap untuk dikremasi. Wajahnya memang tidak menampilkan kesedihan sedikitpun, tapi jauh di dalam hatinya, Julian teramat merasakan kesedihan. "Pangeran, ini sudah waktunya." Julian mengangguk saat mendengar instruksi dari Duck. Perlahan Julian mengambil sebuah obor untuk membakar jasad raja Charl

  • Prince and princess of rule   Part 58

    ...Julian tidak menduga jika raja Charles pada akhirnya merestui dirinya dengan Anne. Bahkan mulai sekarang raja Charles sudah bisa menerima Anne di Thedas. "Apa yang membuat ayah merestui aku dan Anne?" Tanya Julian melirik sekilas. Setelah sejak tadi lama terdiam, Julian memutuskan untuk membuka suaranya. Dia hanya ingin memastikan jika ucapan ayahnya bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Sepenuhnya Julian masih belum bisa yakin jika kini raja Charles mau menerima Anne. Bagaimana jika ini hanya sebuah jebakan ayahnya untuk menyakiti Anne lagi? "Karena aku tahu jika kalian saling mencintai," jawab raja Charles tersenyum simpul. Namun Julian masih belum puas. Dia memperhatikan sang ayah lebih lekat untuk mencari kebohongan dan dusta di sana. Sadar akan itu lantas raja Charles pun terkekeh kecil. "Julian, aku tahu kau masih ragu padaku. Tapi percayalah, kali ini aku benar-benar mengatakan dengan serius." Julian mendengus dingin. Apa harus ia percaya pada ayahnya setelah semua

  • Prince and princess of rule   Part 57

    ...Anne menatap lurus gerbang istana Thedas. Setelah sekian lama berlalu Anne kembali lagi ke sini. Anne menolehkan kepalanya ketika merasakan genggaman tangan Julian yang erat dan hangat. Julian melirik Anne sembari tersenyum kecil yang langsung dibalas oleh Anne dengan senyuman lagi. Rasa gugupnya sedikit berkurang berkat Julian. Nyatanya usapan lembut di tangannya berhasil menetralkan degup jantungnya. Mengikuti langkah Duck yang berada di depan, Julian dan Anne berjalan memasuki istana Thedas. Netra tajam Julian memperhatikan seisi istana. Duck benar, kini keadaan Thedas terlihat berbeda dari terakhir kali Julian pergi. Istana Thedas sedikit redup dengan prajurit yang tidak sebanyak dulu. Mungkin sebagian prajurit memilih pergi meninggalkan Thedas karena tidak adanya yang memimpin Thedas sehingga membuat istana Thedas kacau. "Semenjak raja sakit, banyak di antara warga istana yang meninggalkan Thedas. Terlebih perekenomian kerajaan yang berantakan menyebabkan sebagian rakyat T

  • Prince and princess of rule   Part 56

    ...Napas Anne tersengal tidak beraturan. Gadis itu terus berlari tanpa peduli dengan tubuhnya yang semakin lelah. Sementara di belakang sana ikut terdengar langkah kaki yang mengikutinya. Anne terus melirik ke belakang disertai wajah paniknya. Tadi saat dia baru saja pulang dari kedai bibi Maden, tiba-tiba ada beberapa orang yang mengikutinya. Menyadari jika itu sebuah bahaya, maka dari itu Anne berlari guna menghindari mereka. Akan tetapi beberapa orang itu justru malah mengejar Anne. Sekarang Anne menyesal karena melarang Julian untuk mengantarnya. Seharusnya tadi Anne tidak menolak saat Julian memaksa annne untuk diantar ke kedai bibi Maden. Karena memang pada dasarnya Anne itu keras kepala alhasil dia harus menerima penyesalan itu. Di tengah pelariannya Anne tersandung oleh sebuah akar. Akhirnya tubuh kecilnya terjatuh ke tanah diikuti dengan ringisan pelan dari bibirnya. Anne mendongak dan beringsut mundur saat eksistensi beberapa orang itu terlihat dan semakin dekat denganny

  • Prince and princess of rule   Part 55

    ...Kini hubungan Julian dan Anne sudah membaik. Bahkan keduanya tampak begitu dekat sekarang. Seperti saat ini, dengan mesra Julian memeluk Anne dari belakang. Menumpu dagunya di bahu sempit gadis tercintanya. Sedangkan Anne menahan napasnya karena gugup. "Julian, jangan seperti ini. Aku tidak bisa bergerak," ujar Anne mencoba untuk melepaskan pelukan Julian tapi itu percuma saja. Anne menghela napasnya. Karena pelukan Julian, Anne kesulitan untuk memindahkan kue-kue itu ke keranjang. Hari ini ia harus mengirim kue-kue ini lagi kepada bibi Maden dengan tepat waktu. Akan tetapi jika seperti ini kemungkinan Anne akan terlambat sebab Julian yang sejak tadi terus menghambatnya. "Tidak, Anne. Aku tidak ingin melepaskanmu lagi." Julian bergumam pelan. Menutup kedua matanya rapat. Julian pernah menyesal karena Anne yang pergi dari hidupnya. Dan sekarang Julian tidak ingin hal itu terulang kembali. Karena kehilangan Anne sama saja kehilangan separuh jiwanya. "Ish ... Julian! Aku harus p

  • Prince and princess of rule   Part 54

    ..."Jadi apa aku sudah dimaafkan?" Ujar Julian setelah pelukan mereka terlepas. Anne mendongak dan manik mata lugunya membalas tatapan Julian padanya. Ia hanya terdiam tanpa membalas ucapan Julian. "Aku tidak tahu," jawab Anne kemudian seraya menghela napasnya. Jawaban yang terdengar ambigu membuat Julian mengerutkan keningnya tajam. Itu bukan yang ingin ia dengar dari Anne. "Tapi ..." Anne menggantungkan ucapannya diikuti dengan Julian yang menoleh padanya. "Aku tidak tahu, Julian. Aku ingin marah dan membencimu, tapi aku tidak bisa. Semakin marah padamu aku semakin memikirkanmu," ungkap Anne. Julian tersenyum tipis. Menelisik ke arah manapun yang Julian lihat hanya kepolosan dan kejujuran. Apa yang Anne katakan tidak sedikitpun ada kebohongan di sana. Tatapan lembut dari gadis itu mengatakan segalanya. Satu kecupan singkat di bibirnya membuat Anne tersentak kaget. Dia menatap Julian sebal karena selalu bertindak sesuka hati. Sedangkan Julian hanya terkekeh kecil melihat resp

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status