Share

Part 08

...

Pagi ini dengan giat Julian berlatih seorang diri di halaman belakang istana. Gerak tubuhnya begitu lincah dengan sebelah tangan yang membawa sebuah pedang. Julian fokus dengan wajah yang serius dan sorot mata yang tajam. Tidak sedikitpun dirinya menoleh pada apapun.

Ini merupakan kegiatan rutin yang terkadang Julian lakukan untuk melatih kemampuan dirinya. Biasanya Julian berlatih ditemani Duck, tapi kini Julian hanya ingin berlatih seorang diri saja. Selain itu juga, dia sedang malas untuk bertemu dengan siapapun. Mungkin karena suasana hatinya yang tengah dalam keadaan yang kurang baik.

"Julian!"

Fokus Julian harus tersadar saat panggilan seseorang dari arah belakang menyerunya. Menegakkan badan, Julian hanya menoleh sebatas bahunya. Melirik dengan malas pada seseorang yang datang menghampirinya. Itu Eudora, yang tengah berdiri dibelakang Julian dengan membawa nampan perak di tangannya serta senyum lebar yang tidak pernah pudah dari bibirnya.

Langkah kaki Eudora semakin terdengar dekat di pendengaran Julian. Memandang lurus, Julian seolah enggan bahkan hanya untuk menatap wajahnya saja. Terlalu malas untuk Julian menatap wajah Eudora yang kini sudah berada di jarak yang dekat dengannya.

"Aku sudah mengira jika kau ada disini." Ujar nya.

"Lihatlah, aku sudah menyiapkan beberapa cemilan untukmu. Karena aku tau kau pasti lelah sejak tadi berlatih." Tambah Eudora. Menyodorkan nampan yang sudah diisi dengan cemilan berupa cookies coklat disana pada Julian—tepat di hadapannya.

Julian hanya diam. Tidak ada suara atau balasan apapun yang keluar dari bibirnya. Tapi Eudora tidak menyerah begitu saja. Dia mencoba mencari alasan lain untuk kembali membuka suaranya.

"Tidak perlu sungkan. Aku yakin kau pasti suka ini kan?" Ucap Eudora.

"Apa perlu aku suapi?" Ujar Eudora lagi. Terkekeh sejenak sebelum menyodorkan tangannya tepat di depan bibir Julian. Bermaksud untuk menyuapinya.

"Julian, buka mulutmu." Seru Eudora.

Julian mendengus dingin. Lalu menyingkirkan tangan Eudora dari hadapannya. Tidak terlalu kasar tapi mampu membuat Eudora terkejut karena itu.

"Berhenti mengganggu ku." Seru Julian. Nada bicaranya terdengar tegas dan memerintah.

Eudora mengatupkan bibirnya. Bahkan perlahan sodoran tangannya melemah kebawah. Sedikit kecewa karena penolakan tiba-tiba dari Julian.

"Apa? Aku hanya ingin bersikap baik padamu, apa itu salah?" Ujar Eudora menghela nafas berat. Kecewa.

Julian melirik diam. Sorot matanya menyirat tajam. wajahnya hanya menampilkan raut yang dingin. Dan itu Julian tunjukan hanya pada Eudora.

"Salah. Karena aku tidak suka." Sahut Julian cepat, namun begitu menusuk tajam pada hati Eudora melewati ucapannya.

"Pangeran!"

Dengan kompak Julian dan Eudora menoleh pada suara lain yang memanggilnya. Eudora tidak jadi berbicara karena panggilan dari orang lain yang menyela mereka.

Itu Duck, berjalan dengan sopan menghampiri Julian dan Eudora. Duck berdehem singkat sebelum kembali mengeluarkan suaranya.

"Raja memanggil mu," kata Duck lagi. Dia diperintah raja Charles untuk memanggil Julian kesana.

Julian mengangguk singka. Dia lantas menyerahkan pedangnya pada Duck dan berlalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata apapun.

Eudora yang melihat kepergian Julian hanya bisa mendengus kesal. Julian bahkan tidak menyentuh makanan yang ia buat untuknya. Sia-sia saja Eudora membuang tenaganya untuk ini. Lalu melirik Duck yang masih berdiri disana. Eudora memberikan tatapan kesalnya pada Duck seolah menyalahkan pria itu.

"Aku permisi Tuan Putri." Dengan kikuk Duck pamit dan pergi dari Eudora. Terlebih wanita itu memberikan tatapan maut padanya membuat Duck lebih memilih pergi.

"Ck, selalu saja begini!" Gerutu Eudora kesal. Dengan penuh amarah Eudora membuang makanan yang ia bawa dan berjalan pergi dengan penuh kekesalan dalam hatinya.

***

Sementara itu, Julian datang menghampiri sang ayah yang sejak tadi menunggu kehadiran dirinya. Dengan langkah tegas dan wajah jemawa nya Julian berjalan menghampiri raja Charles.

"Ayah memanggil ku?" Tanya Julian dengan alis yang menukik.

Raja Charles menoleh lalu mengangguk singkat. Dilihat dari manapun tidak ada bedanya diantara mereka berdua. Wajah angkuh dan perawakan yang tinggi dengan sorot mata tajam. Begitulah Julian dan ayahnya, sebuah kesamaan yang sama diantara ayah dan anak itu.

"Iya, ayah mempunyai tugas baru untukmu." Seru raja Charles bersuara.

Satu alis Julian terangkat heran. Tugas apa yang dimaksud? Julian tidak mengerti.

"Apa?" Tanyanya singkat.

Raja Charles melangkah mendekati Julian. Tangannya menepuk bahu tegap sang putra dengan cukup keras. Wajah serius raja Charles menatap wajah Julian yang penuh dengan tanya.

"Pergilah ke Neverland dan cari informasi yang lebih disana. Lalu kau beritahukan padaku. Jangan kembali sebelum kau menemukan informasi apapun." Jelas Raja Charles.

Sesaat Julian terdiam. Mencerna dengan baik perkataan ayahnya. Setelah tersadar, Julian kembali menatap sang ayah dengan wajah yang dingin.

"Maksud ayah, aku harus menjadi mata-mata disana?" Tanya Julian sedikit mendelik.

Raja Charles mengangguk. Membuat Julian semakin mendelik malas.

"Ayah menyuruh ku?" Tunjuknya.

"Iya kau, siapa lagi?"

"Aku menolak. Kenapa harus aku? Kenapa kau tidak menyuruh Duck?" Tolak Julian seraya menunjuk Duck yang baru saja tiba menghampiri mereka.

Raja Charles menggeleng cepat. "Kau dan Duck. Ini perintah dan aku tidak ingin mendengar penolakan!" Tegas Raja Charles dengan serius.

Julian semakin mendengus kesal. Dia menatap ayahnya dengan datar. Begitulah Raja Thedas, seorang yang selalu memaksa bahkan pada putranya sendiri.

"Baiklah." Pasrah Julian menerima itu.

Raja Charles tersenyum. "Bagus. Sebelum matahari terbit kalian harus sudah tiba disana." Ujar nya lagi.

"Terserah, apapun perkataan mu saja." Sahut Julian malas.

Tanpa peduli, Julian melangkah pergi. Rasa kesalnya kembali bertambah. Tidak Eudora, tidak ayahnya. Mereka semua membuat suasana hatinya semakin memburuk.

...

       

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status