Home / Romansa / Prince from Another World (Indonesia) / Bab 1. Bukan Hidup yang Kuinginkan

Share

Prince from Another World (Indonesia)
Prince from Another World (Indonesia)
Author: Tia Kim

Bab 1. Bukan Hidup yang Kuinginkan

Author: Tia Kim
last update Last Updated: 2021-05-01 20:16:48

Surga.

Begitulah kiranya kata yang bisa menggambarkan suasana di sini. Indahnya padang rumput yang hijau dan langit biru yang cerah, disertai dengan bunga-bunga bermekaran bak permadani berwarna-warni. Kuning, merah, dan ungu, semuanya berbaris rapi sesuai dengan warnanya masing-masing.

Di tengah potret indahnya tempat ini terlihat seorang pemuda berpakaian tradisional Korea (Hanbok) berdiri menghadap ke belakang, dengan dua tangannya diletakkan di belakang pinggangnya. Pakaian yang dikenakannya berupa kemeja panjang (Sokgui) berlengan lebar bewarna biru muda dilapisi dengan rompi (Jeogori) berwarna biru tua yang dihiasi dengan berbagai macam corak nan indah, dilengkapi dengan celana panjang (Baji) berwarna abu-abu. Jahitannya sangat rapi dan kainnya terlihat sangat halus dan mengkilap, seperti terbuat dari kain sutera.

Tubuhnya tegap dan tinggi dengan perawakan yang tidak terlalu besar. Terlihat rambutnya yang hitam panjang, sangat indah menjuntai sampai ke punggung, dengan sebagian rambutnya diikat ke atas. Di atas kepalanya terdapat sebuah hiasan kepala berukuran kecil yang terbuat dari emas, tampak seperti sebuah mahkota.

Dari penampakannya itu, apakah... ia adalah seorang pangeran dari sebuah kerajaan? Mengapa ia hanya berdiri diam dan tidak menunjukkan wajahnya? Ah... tapi dilihat dari belakang saja, sudah bisa ditebak bahwa ia pasti berparas tampan.

Angin pun berhembus lembut... Rambut pemuda itu bergerak mengikuti permainan angin. Dengan perlahan-lahan, ia pun mulai memalingkan kepalanya ke belakang dan terlihatlah wajahnya yang tersembunyi di balik rambutnya yang indah itu.

Seperti dugaan... ia sangatlah tampan! Kulitnya putih bersih, bibirnya berwarna merah jambu, bentuk hidungnya sempurna, dan garis wajahnya tidak terlalu tegas. Dan yang terpenting dari semuanya adalah matanya yang menawan dan memancarkan sinar kelembutan.

Ia pun tersenyum... dan senyumannya sungguh sangat mempesona. Siapapun yang melihatnya pasti akan menyetujui bahwa senyumannya itu terlihat sangat indah. Selaras dengan indahnya pemandangan yang mengelilinginya pagi itu.

Namun tiba-tiba terdengarlah suara yang sangat berisik, merusak suasana hening dan indah pagi itu. Suara itu terdengar seperti... Doraemon?

"Ayo bangun! Bangun! Sudah pagi! Ayo bangun! Bangun! Sudah pagi! Ayo bang-"

Yura meraih telepon selulernya yang diletakkannya di atas meja dekat tempat tidurnya dan bergegas mematikan alarm Doraemonnya. Ia membuka mata perlahan-lahan sambil mengernyitkan alis karena silaunya matahari pagi yang menembus jendela kamarnya di lantai dua. Masih terbaring, ia pun terdiam sejenak mengumpulkan kesadarannya. Lalu tiba-tiba ia teringat akan mimpi yang ia alami sebelum terbangun.

"Ah... kenapa harus terbangun saat mimpi sedang indah-indahnya?" keluhnya sambil menghela nafas. Ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu, lalu turun dari kamarnya ke lantai bawah.

"Pagi. Cepat mandi lalu sarapan." Ibu Yura menyambutnya sambil menyiapkan sarapan.

Ibunya berusia 49 tahun, seorang wanita berperawakan sedang dengan rambut sebahu yang biasa ia ikat ke belakang. Tampak garis-garis keriput menghiasi wajahnya. Parasnya cantik namun kulitnya tidak terawat dengan baik, menandakan ia seseorang yang bekerja keras.

Yura pun berjalan menuju ke kamar mandi.

Selesai mandi, ia bersiap-siap di kamarnya. Ia mengenakan baju kaos lengan pendek berwarna putih dan celana jeans longgar berwarna biru tua. Ia berdiri di depan cermin dan mengikat rambut coklatnya yang sepunggung panjangnya ke belakang, menyisakan sebagian poni sampingnya menjuntai di wajahnya. Ia merias wajahnya dengan riasan yang sangat tipis. Karena ia bukanlah tipe pesolek dan gadis trendi, ia lebih suka berdandan kasual dan apa adanya.

Yura sebenarnya adalah seorang gadis yang bisa dikatakan cantik. Matanya berwarna coklat gelap dengan bulu mata yang panjang dan ukuran mata yang terbilang cukup besar. Hidungnya kecil dan mancung, bibirnya mungil dengan bentuk wajah yang oval, dan kulitnya putih cerah. Dengan tinggi badan 165 cm, ia memiliki proporsi tubuh yang ideal. Usianya 26 tahun. Wajahnya bisa dikatakan sesuai usianya, tidak terlihat  terlalu muda ataupun terlalu tua.

Yura pun turun ke lantai bawah menuju meja makan yang di atasnya sudah tersedia makanan untuk sarapan. Di sana sudah duduk ibu dan adik laki-lakinya yang mengenakan seragam sekolah. Ia memilih duduk di bangku depan adiknya.

Adiknya berusia 16 tahun, masih duduk di bangku SMA. Adiknya memiliki sifat yang tengil. Kulitnya agak kecoklatan karena terlalu sering bermain dii luar, dan rambutnya berpotongan cepak.

"Ah, Ibu... Sayur lagi. Mana dagingnya?" celetuk adiknya. Sifatnya memang seperti itu, tengil.

"Kau ini harusnya bersyukur masih bisa makan! Kau pikir daging itu murah?" Ibunya menepuk kepalanya dengan cukup keras.

"Yeonsu, makanlah apa yang ada. Sepertinya kau harus berhenti menonton video-video makanan di internet itu." Yura membela Ibunya. Yeonsu pun memasang wajah masam sambil terus makan.

Keluarga mereka bukanlah keluarga yang berkecukupan. Yura hanya tinggal bertiga dengan ibu dan adiknya. Ayahnya sudah lama meninggal. Sejak saat itu ibunya menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja berpindah-pindah tempat sampai akhirnya sekarang bekerja di sebuah kedai mie. Setelah lulus SMA, Yura pun membantu ibunya bekerja. Ia pernah bekerja sebagai pelayan restoran, menjual produk kesehatan di jalan, dan menjadi petugas kebersihan di kantor. Semua dilakukannya demi keluarga kecilnya itu.

Selesai sarapan, Yura mengenakan sepatu kets putihnya di dekat pintu keluar.

"Bu, aku berangkat!" Yura berpamitan. 

"Ya, hati-hati di jalan!" Ibunya menimpalinya.

Seperti hari-hari biasanya, ia berjalan kaki menuju halte bus dan menaiki bus menuju tempat kerjanya. Di dalam bus, ia hanya memandangi jalanan di luar sana sambil berpikir. Ia sudah mulai jenuh dengan kehidupannya sekarang. Sepertinya kehidupannya tidak mengalami kemajuan sama sekali meskipun ia telah bekerja keras. Ia jadi menyimpulkan bahwa kadang bekerja keras pun belum tentu mampu membuatnya mencapai kehidupan yang diinginkan.

Saat bus berhenti di halte selanjutnya, seorang lelaki muda menaiki bus. Pakaiannya rapi dengan kemeja dan celana panjang kain, rambutnya klimis disisir ke arah belakang. Ia memilih duduk di deretan bangku depan Yura.

Di belakang lelaki tadi, terdapat seorang wanita muda yang juga baru menaiki bus. Yura memperhatikan wanita itu. Ia mengenakan setelan kemeja yang sangat rapi dan rok selutut, dandanannya sangat cantik dan feminin, sesuai dengan busana yang ia kenakan.

Saat akan duduk di bangku depan sebelah kanan Yura, wanita itu tidak sengaja menjatuhkan telepon seluler yang dipegangnya. Lelaki yang duduk di depan Yura itu pun membantunya mengambil telepon seluler itu. Wanita itu mengucapkan terima kasih kepada si lelaki sambil kedua-duanya tersenyum.

Yura terus mengamati wanita itu secara diam-diam. Dilihatnya wanita itu diam-diam mencuri pandang kepada si lelaki tadi. Bergantian dilihatnya pria itu dari belakang. Meskipun tak terlihat ke mana arah pandangan matanya, lelaki itu jelas-jelas menoleh sedikit beberapa kali ke arah wanita tersebut.

Ah... drama apalagi yang aku lihat pagi ini? Norak sekali, batin Yura.

Sebagai seorang yang masih sendiri di usianya yang sekarang, ia menjadi tiba-tiba merasa muak melihat hal-hal romantis yang terjadi di sekelilingnya. Menurutnya hal itu sangatlah norak. Ia belum pernah merasakan cinta lawan jenis yang sesungguhnya. Karena itulah sifatnya juga menjadi agak keras.

Sesampainya di halte tujuan, ia pun turun dari bus dan berjalan ke tempat kerjanya. Ia berhenti di depan sebuah gedung dan melihat ke dalam gedung itu... Di depannya tampak sebuah minimarket dengan papan nama di atasnya bertuliskan GS27. Ya, di situlah tempatnya bekerja. Ia menghela napas kemudian berjalan masuk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 18. Silla & Baekje

    Jenderal Wonjin dan Jenderal Philsung menunggangi kuda mereka menuju ke arah perkemahan militer yang terletak di dekat tembok gerbang Ibukota Seorabeol. Sesampainya di sana, mereka langsung masuk ke sebuah kemah terbesar di situ. Di dalamnya sudah ada para Jenderal, seorang Pungwolju (sebutan untuk pemimpin utama para Hwarang), serta beberapa Hwarang senior sedang berdiri mengelilingi berbaris dengan dipimpin oleh Jenderal Besar Yushin yang berdiri di depan. Jenderal Wonjin dan Jenderal Philsung segera bergabung bersama mereka."Pasukan Baekje menyerang perbatasan Barat. Jumlahnya sekitar 100 orang. Mereka menuju ke benteng Gajam tapi mata-mata kita di sana sudah mengetahuinya terlebih dahulu dan melaporkannya pada Wonsanghwa regional Barat," terang Jenderal Besar Yushin membuka pertemuan mereka siang itu. Wonsanghwa adalah sebutan untuk Hwarang senior, yang di bawahnya terdapat para Hwarang dan pasukan Hwarang yang disebut Nangdo."Berapakah jumlah pasukan kita di san

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 17. Tiga Kerajaan

    Malam itu, dengan keikhlasan hatinya Yura pun memutuskan untuk pasrah mengikuti apapun yang akan terjadi padanya. Ia akan mengikuti ke mana alur membawanya di dunia novel sesuai dengan takdir yang ditentukan oleh sang Penulis. Ia tidak ingin berpikir terlalu keras karena kehidupannya sendiri sudah sangatlah berat. Mulai malam itu, ia berniat melakukan "pelarian" dari dunia nyata dan mulai menikmatinya setiap malamnya.Setelah mandi dan berganti pakaian, ia beranjak ke atas tempat tidurnya dengan novel ajaib itu ada di tangannya. Ia pun memandangi sampul novel itu dalam posisinya yang sedang berbaring. Dirabanya gambar mahkota di sampul novel itu, memikirkan seandainya semua yang ia miliki di dalam dunia novel juga bisa ia miliki di dunia nyata.Ia meletakkan novel itu di atas bantal sebelah kepalanya. Badannya dimiringkan ke arah kanan, di mana novel tersebut diletakkan, lalu ia pun perlahan-lahan menutup matanya. Tak butuh waktu lama, ia pun tertidur...Jam 12.

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 16. Bawa Aku Kembali ke Silla

    Sore itu, Yura pulang berjalan kaki sendirian. Youngjo dan Sua tidak mampir ke tempatnya bekerja karena hari itu Sua libur, jadi Youngjo langsung menuju rumah Sua sepulang ia bekerja. Yura berjalan menyusuri trotoar yang cukup ramai, tapi pikirannya tidak berada di sana. Ia masih saja memikirkan lelaki tua tadi. Menurutnya hal yang dialaminya hari itu benar-benar aneh.Mungkinkah itu hanya kebetulan? Ah... sudahlah. Aku bisa benar-benar gila memikirkan banyak hal sekaligus, batinnya.Saat ia mengembalikan fokusnya ke jalanan, saat itu pulalah ia berpapasan dengan seorang lelaki muda berbadan tinggi dan tegap. Ia hanya sekilas saja melihat wajah lelaki itu dan terus melanjutkan langkahnya. Tapi tiba-tiba ia berhenti melangkah dan sejenak berpikir. Sepintas wajah lelaki yang baru saja berpapasan dengannya itu terasa tak asing, apa ia mengenalnya? Ia memang tak melihat wajah lelaki tadi dengan jelas, tapi entah mengapa ia merasa seperti mengenalnya. Ia pun berbalik badan

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 15. Paman Misterius

    Yura masuk ke dalam rumahnya kemudian langsung naik ke kamarnya di lantai atas. Ibu dan adiknya pastinya sudah tidur karena waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi. Ia pun sampai di depan pintu kamarnya. Saat hendak membuka pintunya, ia tiba-tiba merasa ragu-ragu. Ia masih merasa takut melihat novel itu lagi. Ia pun mempersiapkan dirinya sebelum akhirnya benar-benar memegang gagang pintu dan membuka pintu kamarnya. Dilihatnya novel ajaib itu masih berada di atas meja dalam posisi terbuka. Yura memang sudah tidak terkejut lagi dengan pemandangan itu. Namun ia masih merasakan ketakutan dalam dirinya. Ia tidak menyangka malam ini ia mengalami kejadian aneh itu lagi, kembali ke dunia novel, bahkan ketika ia sedang berada jauh dari novel itu sekalipun. Ia berjalan menghampiri novel tersebut dengan perlahan. Perlahan pula diraihnya novel tersebut dan diangkatnya, kemudian dibacanya bab terbaru yang tertulis di sana. Kali ini ia tidak seterkejut kemarin karena sudah

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 14. Tak Ingin Terbangun

    Youngjo dan Sua terkejut melihat Yura tiba-tiba tertidur di meja di hadapan mereka. Mereka pun berinisiatif untuk memeriksa keadaan Yura. "Yura? Yura?" panggil Youngjo pada Yura sambil menggoyangkan bahu Yura. Yura masih saja "tertidur". "Kenapa dia tiba-tiba tertidur seperti itu? Apakah dia mabuk?" tanya Sua heran. Sahabatnya itu tadi memang meminum beberapa gelas Soju. Youngjo pun mengambil botol Soju yang ada di hadapan Yura dan dilihatnya Soju dalam botol itu masih ada setengahnya. "Dia hanya meminumnya setengah. Biasanya dia tidak akan semabuk ini kan?" tanya Youngjo merasa heran. Mereka berdua pun melihat Yura sambil berpikir. "Ah, mungkin saja dia memang sedang mabuk berat. Kau dengar sendiri kan tadi dia tiba-tiba berkata 'hari ini aku sangat senang' sebelum dia tertidur. Dulu dia juga pernah mabuk berat, dan saat mabuk memang dia suka tertidur dan susah dibangunkan," terang Sua. Mereka berdua melihat ke arah Yura lagi dan menghe

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 13. Melawan Kekuatan Aneh

    (Dunia Nyata) Yura terbangun dari ketidaksadarannya. Ia perlahan-lahan mengumpulkan kesadarannya kembali dan melihat ke arah jam dinding. Jam 12.30 malam. Kemudian ia mulai tersadar secara penuh dan teringat akan novel ajaib tadi. Ia pun langsung turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah meja di kamarnya, kemudian mebuka laci tempat novel tadi disimpan. Ia mengambil novel ajaib itu dan membukanya. Dilihatnya telah tertulis beberapa halaman baru dengan judul "Bab 3" di atasnya. Ia membacanya dengan cepat untuk memastikan apakah isinya benar menggambarkan kejadian-kejadian yang dialaminya tadi ketika sedang "tertidur". Dan benar saja, di dalam novel itu digambarkan secara jelas kejadian yang dialaminya tadi. Alis Yura semakin mengernyit dan matanya melebar selama membaca halaman-halaman Bab 3 novel tersebut. Dengan pandangan matanya yang nanar karena rasa tak percaya, ia duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia pun mengusap kepalanya ke belakang dengan kedua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status