Merlyn terbangun saat mendengar suara ribut-ribut di sepanjang lorong kamarnya. Sepertinya itu suara abangnya dan kakak iparnya yang saling bersahut-sahutan. Pasti si Bintang sensi lagi ini. Semenjak hamil, memang kakak iparnya ini selalu up and down moodnya. Untung saja abangnya selalu saja bisa mengatasi emosi Bintang yang memang sedang tinggi-tingginya akibat hormon kehamilannya. Merlyn mengulet sambil meregangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Mengulet apalagi sambil mengeluarkan suara adalah ritual favoritnya di pagi hari. Terlebih di hari minggu seperti ini. Dunia pasti indah sekali rasanya. Bisa bangun siang-siang dan libur ke pasar. Tapi suara ribut-ribut kecil telah membangunkannya. Merlyn menggosok gigi dan mencuci muka terlebih dahulu sebelum berjalan menuju dapur untuk sarapan. Di meja makan telah duduk abangnya dan Bintang yang juga sedang sarapan bersama. Setelah minum segelas air putih, Merlyn menuang segelas susu sambil mendengarkan drama pagi hari
"Ada cara yang gampang banget untuk tahu, seseorang itu jodoh kita atau bukan. Sir tanya aja ia langsung, hari ini ia mau kemana? Nah kalau di jawabnya nggak ke mana-mana. Itu artinya ia jodoh Anda, Sir!" Merlyn dengan yakin mengeluarkan fatwanya. "Lho apa hubungannya, Querida?" George menaikkan satu alisnya. Bingung dengan ucapan sepotong-sepotong Merlyn."Ada hubungannya dong, Sir. Kan katanya kalau jodoh itu nggak akan ke mana-mana. Jadi ya dia itu jodoh Anda, Sir. Kan tadi dia bilang dia nggak akan ke mana-mana. Simple kan?" Merlyn tersenyum jumawa. Ia sangat bangga dengan pemikirannya yang sangat spektakuler. Ia tidak bodoh-bodoh amat ternyata."Hehehehe... anak pintar." George tertawa geli mendengar analogi ngawur Mer."Anda tahu, Sir. Selain ayah dan abang pacar saya, Sir adalah laki-laki pertama yang mengatakan k
"Salah seorang wayang kita telah mendapatkan informasi terbaru mengenai pergerakan kartel Lopez, Kompol Galih. Mereka sekarang sudah mulai bergerak dengan cara berpindah-pindah lokasi. Berita terkini yang kita dapatkan, modus operandi mereka adalah menyelundupkan narkoba melalui jalur laut dari Malaysia dengan menggunakan kapal nelayan. Kapal dari Malaysia yang dikendalikan sindikat internasional mengantar narkoba menuju perbatasan laut Indonesia-Malaysia di Selat Malaka pada koordinat yang telah ditentukan," pungkas Orlando."Selanjutnya sindikat lokal dari Aceh menjemput dan membawa narkoba ke pantai di sekitar Idi Rayeuk dan pantai di Tamiang, Aceh Timur. Wayang juga menginformasikan bahwa barang haram itu disembunyikan dengan cara ditanam atau dikubur di hutan. Rencananya narkoba akan dibawa ke Medan untuk diedarkan ke Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Jakarta, Jawa Timur dan Bali.
Misi kali sukses besar. Galih dan tim Trisula 99 mendapat pujian langsung dari Kapolri dan atasannya IrjenPol Orlando Atmanegara. Di dalam hotel, Galih telah berkemas-kemas ingin segera pulang kembali ke ibukota dan menemui pacar tercinta. Beberapa hari berpisah dan putus komunikasi bukanlah hal yang mudah bagi dua orang yang tengah dimabuk asmara. Galih memang memutuskan hubungan komunikasi dengan siapapun setiap ia sedang menjalankan misi-misi penting. Selain ia memang ingin berkonsentrasi dalam bekerja, ia juga harus menyembunyikan lokasinya dari siapapun juga. Adanya kemungkinan ponselnya disadap dan dihack, membuatnya sangat berhati-hati dalam menggunakan media elektronik apapun.Dan hari ini kerja kerasnya telah terbayar tunai. Walaupun dalangnya yaitu anak Lopez belum tertangkap, tapi setidaknya semua upaya mereka yang ingin menyelundupkan narkoba ke negeri tercinta ini, telah berhasil mereka gagalkan. Ia juga berhasil menangkap 6 orang kaki tangan
"Kenapa kamu mutusin Galih, Mer? Jangan bilang kalau kamu tiba-tiba jatuh cinta sama Tama. Karena Ayah tidak akan percaya. Ayah bukannya ingin mencampuri urusan kamu. Tapi Ayah hanya ingin agar anak Ayah itu bersikap kesatria dan adil dalam hubungan berpacaran yang sehat. Berpacaran itu bukan hanya soal falling in love tetapi juga standing in love. Jangan hanya ketika kamu sedang cinta-cintanya, ia kamu puja-puja. Tetapi saat ada sedikit kesalahannya saja, langsung kamu tendang begitu saja tanpa sedikitpun memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Ayah tidak mendidik kamu menjadi orang yang tidak berperasaan seperti itu." Merlyn diam saja saat ayahnya menyidangnya setelah kepulangan Galih dan Tama. Pikiran Merlyn kosong. Merlyn bingung bagaimana ia harus menjelaskan kepada ayahnya soal keputusannya yang memilih untuk berpisah dengan Galih. Kan tidak mungkin jika ia mengatakan hal yang sebenarnya pada ayahny
"Kamu mendadak tuli Arini? Jawab dulu pertanyaan Mas, kamu tahu dari mana kalau Mas sudah putus dengan Merlyn?" Galih melemparkan tatapan penuh spekulasi pada Arini yang seketika terlihat kelabakan karena kebingungan harus mencari alasan."Apa kamu memiliki kontribusi dalam meracuni pikiran Merlyn untuk mengakhiri hubungannya dengan Mas, Rini?"Galih kembali menanyakan sesuatu yang sepertinya mulai akan terungkap. Tetapi ia tidak mau terburu-buru dalam menangkap malingnya. Karena biasanya maling itu hanyalah topik pengalihan kesalahan. Mereka itu cuma pion yang disetting untuk memuluskan jalan dalang yang sebenarnya. Galih akan bersabar. Ia tidak ingin memancing ikan kecil. Tapi ia ingin menjerat ikan pausnya. Just wait and see. "Tidak, Mas. Mas seperti tidak tahu kelakuan Dek Mer saja. Ia itu mana bisa diancam-ancam orangnya. Semakin kita mengancamnya maka semakin ngototlah dia. Mas kan man
"Mengapa rindu kamu itu terlarang, Mer?"Galih menarik kursi di meja nomor delapan dan duduk di sana. Meja ini letaknya paling ujung. Dekat dengan stealing makanan. Meja ini adalah juga merupakan meja favorit Galih karena lebih privacy. Cocok untuk melakukan interogasi terselubung pada Merlyn. Ini lah saatnya! Ia akan menginterogasinya pelan-pelan tanpa yang diinterogasi menyadarinya. Tehnik ini terpaksa ia lakukan demi menguak tabir kebenaran. Kalau Merlyn memutuskannya karena ia memang sudah tidak mencintainya lagi, Galih akan menerimanya dengan lapang dada. Ia harus bersikap kesatria. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Tetapi kalau Merlyn memutuskannya karena dipaksa dan terpaksa, itu lain lagi ceritanya. Ia akan terus saja memburu kebenarannya, sampai kebenaran itu membuka semua tabir teka teki yang membuatnya sakit kepala dan galau tak henti-hentinya. Melihatnya telah duduk, Merlyn terlihat ragu-ragu untuk menyusul duduk walaupun ak
"Kita mau ke mana ini, Bang? Perasaan jalan ke arah rumah saya itu belok ke kanan. Bukan lurus begini. Abang lupa ya alamat rumah saya? Ahelah Bang... Bang... baru putus sehari saja Abang polisi sudah lupa sama alamat rumah saya. Apalagi setahun. Bisa-bisa Abang lupa lagi sama penampakan wajah saya." Dengan sedih Merlyn memandangi wajah abang polisinya. Katanya saja polisi. Yang ingatannya kuat dan di atas rata-rata. Tapi ini cuma alamat rumah saja bisa lupa. Gawat kan?"Abang tahu kok alamat rumah kamu, Mer. Ini Abang memang sengaja membawa kamu ke apartemen Abang dulu sebentar. Ada hal yang ingin Abang bicarakan dengan kamu. Kamu bersedia kan, Mer?" Galih menatap dalam-dalam wajah mantan pacar seharinya sebentar, sebelum kembali berkonsentrasi menyetir. Lama tidak mendengar sahutan, Galih menoleh ke samping kirinya. Merlyn tampak melamun. Air mukanya muram dan sedih."Kenapa kamu tidak menjawab, Mer? Apa kamu tidak bersedia?" Ta
"Tunggu sebentar ya, Mer? Abang akan membuka pintu dulu. Kita akan kedatangan tamu-tamu istimewa. Kamu duduk manis saja di sini." Merlyn menganggukkan kepalanya. Entah mengapa perasaannya tidak enak sekali."Lho, Dek Mer. Ngapain kamu ada di sini? Bukannya kamu sudah berjanji akan--" Arini tiba-tiba saja menghentikan kata-katanya. Hampir saja ia keceplosan. Untung saja Bu Sekar yang berada tepat di belakangnya, mencubit pelan lengannya. Mencoba memperingati kecerobohan kata-katanya."Merlyn berjanji akan apa, Rin? Kenapa tidak diteruskan saja kata-katanya? Ayo lanjutkan kata-kata kamu, Rin." Galih yang berdiri tepat di hadapan Arini menatap Arini dengan pandangan sinis. Dia sudah hampir dapat menebak lanjutan dari kata-kata Arini. Motif Arini pun mudah sekali untuk ditebak. Arini ingin memilikinya. Maksud dan tujuannya jelas. Hanya satu hal yang membuat Galih bingung dan penasaran. Apa maksud dan tujuan ibunya membantu Arini? Karena setahu