"Stev, aku...."
Stev menunggu dengan cemas jawaban yang akan di lontarkan Cla, wanita itu seperti sengaja menggantungkan kalimatnya.
"Ayo Cla jawab iya!" ucap batin Andrew yang juga harap-harap cemas menunggu jawaban calon ibu tirinya.
"Bagaimana bisa Stev?" tanya Cla yang seketika menghancurkan senyuman Stev.
"Maksudmu Cla?"
"Yah, aku kaget dengan yang kau katakan. selama ini kau selalu menggantungkan hubungan yang terjadi di antara kita, dan tiba-tiba saja mendadak kau mengajak ku menikah." jelas Cla mengungkapkan semuanya.
Stev menarik nafas beratnya kemudian menghembuskan secara perlahan, ia butuh waktu sejenak untuk bicara pada Cla.
"Dengar Cla!" ucap Stev serius, terlihat sekali dari raut wajahnya. "Apakah bagimu selama ini aku terlihat seperti menggantungkan hubungan kita?"
"Ya, aku menganggapnya begitu. Memang kau selalu berkata
Stev menatap lekat Cla dan putranya yang tidur saling memeluk erat, senyuman manis tersungging di bibir tebal dan merah miliknya kala mengingat tadi malam. Andrew yang merengek meminta Cla agar tidur berdua dengannya, dan saat itu Stev juga ikut mencari kesempatan dengan menyelinap tidur bersama mereka.Untung ranjang di kamar itu luas, memudahkan Stev tertidur nyaman di samping putranya yang posisinya di tengah-tengah mereka.Stev terbangun lebih dulu dan langsung di suguhkan pemandangan yang luar biasa. Moment manis seperti ini sangat sulit Stev lihat. kemanjaan Andrew dengan Anne tak pernah Stev lihat melebihi ini, tapi dengan Cla? bahkan putranya sampai merengek."Selamat pagi," sapa Stev melihat Cla mengerjapkan dan membuka kedua mata indahnya."Selamat pagi juga Stev, hoaam." jawab Cla menyapa Stev sedikit menguap di akhir kalimatnya."Bagaimana tidurmu? nyenyak?""Ya, s
Cla dan Stev sudah sampai di parkiran kantor, supir pribadi Stev turun dan membukakan pintu untuk Stev lalu Cla."Ayo sayang!" ajak Stev mengulurkan tangannya yang di sambut ragu-ragu oleh Cla."Tanganmu dingin sekali sayang, kamu gugup, hm?" tanya Stev memperhatikan wajah kekasihnya."Sedikit," ucap Cla pelan.Stev tertawa kecil. "Santai saja Cla, ada aku di sampingmu yang akan selalu menamanimu."Cla tergelak mendengarnya, Stev yang sibuk tak melulu selalu berada di dekatnya. Tapi dengan lucunya pria itu berkata akan selalu menemaninya.Stev menggenggam erat tangan Cla seraya berjalan bersisian bersama. Degupan jantung Cla semakin tak beraturan kala ia dan Stev sudah berdiri di depan perusahaan milik Stev.Ia dan Stev melangkahkan kakinya masuk ke dalam, yang dapat Cla lakukan hanya bisa menundukkan kepalanya ke bawah. Berusaha menghindari tatapan dari para penggo
"Ada apa?" tanya Stev heran melihat wajah cemberut kekasihnya yang main nyelonong masuk saja ke dalam ruangannya."Para penyebar gosip." dengus Cla."Siapa? Anne dan suruhannya?""Iiiih, kok dia sih?" kesal Cla."Terus siapa sayang?" ulang Stev lagi bertanya seraya bangkit mendekati Cla."Para wanita yang bekerja di perusahaanmu.""Siapa saja mereka?""Ah sudahlah, lupakan." ucap Cla tak ingin masalah itu semakin lebar."Bilang saja, biar aku pecat mereka yang telah berani membuat kekasihku badmood begini.""Bukan aku saja Stev yang mereka gosipin, tapi kau juga.""Aku tahu," jawab Stev santai."Jadi cepatlah katakan, siapa saja mereka." sekali lagi Stev bertanya, kali ini dengan nada serius.Cla pun mengatakan nama-nama dari ke empat wanita tadi yang telah bergosip ria
"Aaaaaaa!"Cla menatap horor pintu ruangan Stev saat samar-samar mendengar suara jeritan seorang wanita."Stev...." lirih Cla ketakutan dan ia mulai masuk ke dalam ruangan Stev."Stev lepas!" jerit Cla berusaha melepaskan cekalan tangan Stev di bahu Anne.Tapi Stev seakan tuli, ia tidak memperdulikan jeritan Cla yang histeris melihat Anne merintih kesakitan."Stev apa yang kau lakukan? Lepas! Anne bisa celaka Stev!" teriak Cla semakin nyaring kala Stev semakin geram mencengkeram kuat bahu Anne.Gigi Stev sampai berbunyi gemelatuk sangking geramnya dengan Anne. di saat itu juga Cla terus berteriak dan usahanya berhasil, Stev langsung menghempaskan Anne ke lantai dengan kuat. Membuat wanita itu jatuh tersungkur menyentuh lantai, Cla langsung menenangkan diri Stev."Stev, tenangkan dirimu." ucap Cla menyentuh wajah Stev serta mengelus lembut rahangnya.
Cla menurut saja saat Stev membawanya ke sebuah butik termewah langganan keluarga Stev. Hal ini menjadi tanda tanya besar bagi Cla, pasalnya Stev memutuskan jika hari ini tidak masuk kerja alias cuti.Ya wajar saja sih, sebab Stev lah pemilik sekaligus pemegang kendali perusahaan. Jadi, toh wajar bila Stev ingin bekerja ataupun tidak."Kita mau ngapain kesini Stev?" bisik Cla di samping Stev yang sedang mengobrol dengan seorang wanita paruh baya, namun terlihat awet muda dan cantik.Wanita itu tersenyum. "Jadi ini gadisnya, Stev?"Stev mengangguk sembari membalas senyumannya. "Iya aunty.""Aunty? jadi wanita ini tantenya Stev?" ucap batin Cla bertanya-tanya."Cantik." puji wanita itu pada Cla."Tentu saja, plus seksi." goda Stev mengedipkan sebelah matanya."Oo oooo, kau mulai nakal rupanya ya Stev." wanita itu pun terkekeh.
Cla murung dan menangis saat mendapat kabar jika kedua orang tuanya tengah sakit di Indonesia. Sudah berulang kali Cla merapalkan doa, semog saja orang tuanya tidak apa-apa.Cklek...Cla menatap pintu yang di buka seseorang, Stev muncul di ambang pintu dan menguncinya setelah masuk ke dalam."Ada apa Cla?" tanya Stev melihat wajah Cla yang bersimpah airmata."Stev..." lirih Cla menangis dan menghambur ke pelukan kekasihnya."Ada apa? Are you oke?" lagi Stev bertanya karena panik.Cla menggeleng. "I'm not fine Stev.""Iya kenapa sayang, coba katakan?" pinta Stev dengan nada lembut."Kedua orang tuaku sakit, hiks, Stev. Aku ingin pulang ke Indonesia sekarang juga." rengek Cla dengan tangisan yang semakin menjadi.Karena jujur saja, jika Cla sangat khawatir sekali dengan kondisi ayah dan ibunya."Aku mau pulang Stev."
Cla tersenyum memandangi kedua orang tuanya yang kini kondisinya sudah tampak lebih baik dari sebelumnya. Sudah hampir dua bulan Cla berada di Indonesia, dan selama itu pula Stev belum pernah datang menemuinya.Namun, komunikasi yang terjalin di antara mereka berdua tetap berjalan lancar. Tak hanya saling membalas pesan email pribadi, Cla dan Stev kerap kali sering melakukan video call untuk saling bertatap muka karena rasa rindu yang begitu besar. Atau kalau rindu suara masing-masing, maka mereka akan melakukan panggilan via suara.Meskipun hal-hal seperti itu belum sepenuhnya memuaskan, setidaknya sedikit mengobati rasa rindu mereka.Cla merasa sangat berterima kasih pada Stev, pria itu bahkan dengan sukarela membayarkan segala biaya pengobatan kedua orang tuanya selama sakit. Cla menjadi tak enak hati karenanya, pernah suatu hari Cla protes dan berniat ingin mengembalikan semua pemberian Stev untuknya. Tapi dengan enteng pr
Senyuman di wajah Cla perlahan memudar saat ia membalikkan badan dan tak menemukan orang yang sangat di rindukannya. Ternyata Adit membohonginya, yang datang bukanlah Stev. Melainkan Ray, pria yang bekerja sebagai orang kepercayaan Stev sekaligus supir pribadinya.Ray melangkahkan kakinya mendekat ke arah Cla dan Adit. Ray dapat melihat jelas perubahan ekspresi wajah Cla."Selamat pagi tuan Adit," sapa Ray membungkukkan badannya hormat."Selamat pagi Ray, apa kabarmu?" Adit mengulurkan tangan kanannya."Baik tuan," Ray menerima uluran tangan Adit, Adit pun memeluk tubuh tampan pria itu sebagaimana pelukan antar sahabat."Dimana Stev?" tanya Adit celingak-celinguk mencari Stev."Tuan Stev tidak ikut tuan,"Ray melirik ke arah Cla, tersenyum ke arah wanita itu. "Selamat pagi nona Cla.""Pagi Ray,""Bagaimana kabar kedua or