Dengan cepat aku menggelesot di lantai.“Daffar!” teriakku kencang.Daffar terbangun dengan bingung. Lalu, ia berjalan ke arahku dan memelukku.“Apa yang terjadi?” bisik Daffar lirih.“Nggak tahu. Tiba-tiba aku mendengar ledakan yang seolah datang dari jauh. Kemudian rumah ini bergetar,” jelasku yang masih berada dalam pelukan Daffar.Aku dan Daffar masih berpelukan ketika getaran di rumah ini tak mereda dan bahkan makin menghebat.“Ayo, kita keluar!” seru Daffar dengan cepat.Ia menarik tanganku dan berjalan dengan cepat.“Agh!” seruku kencang.Tiba-tiba ada satu kekuatan tak terlihat yang menghentakan tubuhku. Aku terlepas dari pegangan Daffar.Aku berhasil menguasai diri sebelum terjerembab ke lantai. Lalu, aku kembali menggelesot di lantai.Rumah masih bergetar hebat.Ini mengingatkanku akan goncangan yang terjadi di Anbar ketika itu.Daffar hendak mendekat ke arahku, tapi-“Clap!”“Agh!”Tiba-tiba sebuah sinar mendekat ke arahku. Sinar itu menghalangi gerakan Daffar. Laki-laki it
"Hei!""Ini bukan permintaan tapi keharusan! Please ...!" Suara yang keluar dari speaker handphoneku ini diucapkan dengan nada tinggi."Ini bukan maksa tapi harus!" Suara itu masih terus tak berhenti."Anneth!" Suaranya melengking.Wah!Terpaksa aku harus menjauhkan handphone ini dari telinga. Efek nada tinggi itu langsung membuat kuping ini sedikit berdenging."Masih hidup gak, sih?" Suara itu kembali terdengar."Aku bukan lagi anak sekolah yang butuh kerja part time, Sinna. Kayaknya, aku juga sibuk banget deh," jawabku setelah cerocosan dari saluran telepon itu berhenti."Aku tahu, tapi ini emergency! D-A-R-U-R-A-T! Skala nasional deh ..., nasional di rumah tanggaku. Bentar ya! Tunggu! Tunggu!" lanjutnya tak menyerah.Beberapa detik kemudian notifikasi pesan popped up di layar.Dan setelah kubuka, ternyata, sahabatku ini mengirimkan sebuah video berdurasi lima detik.Dalam video itu, terlihat seorang bayi sedang tidur ditempel kompres instant di dahinya.Kulit bayi itu tampak agak m
"Hah! Itu apa?" jeritku dalam hati.Aku pernah mendengar tentang tanam benang di dunia kecantikan, tetapi apa yang sedang kusaksikan ini bukan jenis dari benang itu.Terlebih lagi, mana ada tanam benang yang benangnya hidup.Laki-laki itu makin dekat dan tubuh ini bergetar halus.Keringat mulai bermunculan di dahi dan telapak tangan.Benang itu tampak berwarna coklat tua, dan ia terus bergerak melingkar di dada kanan laki-laki itu.Laki-laki itu berdiri sejajar dengan perempuan berkulit pucat yang baru saja menamparku.Dan tubuh ini makin terasa gemetar.Benang coklat tua itu kini bergerak dan membentuk sudut-sudut.Mata ini mengikuti setiap gerakan benang coklat itu yang nampaknya hidup di antara bawah kulit dan atas daging.Beberapa saat setelah gerakan-gerakan benang coklat itu terjalin, terbentuklah satu wujud yang dapat dicerna oleh pikiran.Gerakan benang itu akhirnya berhenti.Ternyata, setelah sempurna, jalinan benang itu membentuk gambar sebuah bintang yang rumit.“Hei! Kau t
Aku terus memikirkan keanehan-keanehan yang baru saja terlihat, tubuh ini masih sedikit gemetar.Demi Kamu, Sinna, aku masih bertahan merapikan meja makan ini!“Sudah kubilang, aku baru saja bertemu dengan gadis itu, Mora,” sahut laki-laki itu sambil berjalan memasuki sebuah ruangan.Sepertinya itu kamar tidur, dari tempat aku berdiri, terlihat sedikit sudut ranjang yang indah.“Di situ anehnya, baru bertemu, tapi sudah dapat perlakuan istimewa darimu,” rajuk wanita berkulit pucat itu sambil mengejar laki-laki itu, suara high heel-nya bercetak-cetok nyaring.“Apanya yang istimewa?” sahut laki-laki tinggi tegap itu santai.Dari belakang, benang coklat tua itu masih sibuk bergerak ke sana ke mari.Tunggu!Apa orang-orang di ruangan ini merasa hal itu bukan satu keanehan?Aku menoleh ke arah laki-laki muda yang masih berdiri mematung, tetapi sepertinya ia tertegun karena mengikuti gerak-gerik perempuan berkulit pucat yang cantik itu.Paduan kulit pucat dan rambut pirangnya, memang bakal
Aku bergidik.Kepala ini menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi tak kunjung menemukan sumber suara. Demikian juga, ketika mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.Semua orang dalam ruangan ini masih berada di posisinya. Para tamu duduk di kursi menyantap hidangan dan anggota tim Sinna juga sedang melaksanakan tugasnya masing-masing.“Halo!""Nona! Apa bisa jawab pertanyanku?” ucap laki-laki dengan badan besar itu sekali lagi.Dan pertanyaan itu membuatku harus kembali menolehkan kepala ke tempat di mana laki-laki berbadan besar itu duduk.“Sa-y ...,” ucapku tergagap.Bisikan itu kembali terdengar dan otomatis kepala ini langsung celingukan.Seketika kulitku meremang karena memang tak ada seorang pun yang berada di dekatku, tetapi bisikan itu seolah terasa orang tersebut berada di dekat kuping ini.Apa tamparan itu membuatku halusinasi?Perasaan bukan baru sekali ini aku mendapatkan tamparan atau pukulan, tetapi efeknya biasanya enggak seperti ini.Aku jadi lebih sibuk dengan pikiranku se
Kali ini aku menggosok-gosok mata, lalu mengerjap-ngerjap, berharap apa yang terlihat ini salah.Rambut wanita ini berubah menjadi putih.Di dahinya muncul benda seperti mahkota dengan bagian tengahnya bertahta batu mulia berbentuk trapesium yang mengeluarkan cahaya menyilaukan.Telinga wanita ini bagian atasnya terlihat berubah menjadi runcing.Dalam wujudnya yang berubah itu, wanita ini masih kelihatan cantik dan anggun.Wanita bergaun putih itu masuk ke kamar mandi yang berada di dekat tempat duduk ini.Secepat kilat, aku beranjak dan melaksanakan saran Sinna untuk berada di dekat meja platting saja melaksanakan tugas tanpa harus mendekat pada orang-orang yang mungkin memiliki penampilan ganda.“Penampilan ganda?!” gumamku tanpa suara.Aku terkejut dengan apa yang baru saja terlintas di pikiran, begitu saja pikiran ini memberikan nama pada wujud-wujud yang mendadak muncul dalam satu badan manusia itu.Memang ada ya, hal seperti itu di dunia ini?Hei Sinna! Ini bukan penyakit alerg
“Hek!” Perutku terasa diaduk-aduk. Mata ini membelalak maksimal, sedang tubuh ini tegang dicekam kengerian. Sebuah ekor reptil berwarna hijau yang ternyata keluar dari kursi pengemudi, menjulur-julur ke arahku. Ekor yang terlihat licin menjijikan itu seperti menggapai-gapai sesuatu. Tapi, mendadak benda itu berhenti di dekat kaki-kaki ini, lalu ekor itu tegak. Inilah sumber bau yang aku sejak duduk di dalam taksi ini terasa begitu menyengat. “Sedang sakit ya, Kak?” ucap sopir taksi ketika sekilas sedikit menoleh. "I-iya" Aku menyahut, lalu mengalihkan pandangan dari ekor yang masih berada di dekatku ke wajah sopir taksi itu. “Hah!” seruku kencang. Sopir taksi ini juga memilki penampilan ganda? Napas ku tertahan. Kenapa beberapa orang yang kulihat malam ini memiliki penampilan ganda? Kenapa mereka berubah menjadi wujud menjadi tak wajar? “Mau turun di mana, Kak?” ucapnya sambil mempercepat laju kendaraan. “Si-si-sini saja, Pak. Saya mual!” teriakku cepat dan tergagap. Aku
“Hah! Bagaimana pekerjaanku itu?” seruku panik.Badan ini otomatis bangkit duduk.Aku baru sadar bahwa sejak tadi ada handuk basah kecil yang bertengger di dahi.“Jika itu lepas ... akan kusiram langsung air es ke kepalamu!” ancam Sinna ketika tangan ini bergerak menyingkirkan handuk kecil itu.Aku mengurungkan niat, lalu segera meletakkan kembali benda itu sebelum emak tiri bajakan ini melancarkan apa yang ia ancamkan."Aduh! Tapi bagaimana itu? Pekerjaanku? Di mana handphoneku?" ucapku lemah dengan kepanikan yang belum sirna.Ah!Aku baru ingat, tentu handphone yang tidak terurus selama tiga hari, baterainya bakal habis.“Izinmu sudah diurus,” jelasnya pendek.“Sudah?” seruku terperanjat."Oleh?" lanjutku ingin tahu.“Satu jam setelah seharusnya Kamu berada di tempat kerja, temanmu menghubungiku dan memintaku untuk mencarimu. Sedangkan, ketika ku cek dengan Aaron, anak buahnya melaporkan bahwa tidak sedikit pun makanan yang biasanya lesap tak bersisa itu disentuh. Karena itu, aku la