Beberapa hari yang lalu sejak dia meminta bantuan Scott untuk mempertemukannya dengan Clara Young, pacar sahabatnya sekaligus kakak perempuan dari Lewis Hall, dan sekarang dia justru tidak bisa bertemu dengan Lewis Hall. Entah apa yang terjadi pada Lewis selama beberapa hari belakangan ini, namun yang jelas dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Lewis di apartemennya sehari setelah pertemuannya dengan Clara Young. Berkali-kali dia mencoba untuk menghubungi Lewis, baik melalui telepon maupun pesan singkat dan chat, namun Lewis sama sekali tidak mengangkat panggilan teleponnya maupun membalas setiap pesan dan chat yang dia kirimkan ke adik laki-laki dari pacar sahabatnya itu.
Dia juga sempat mendatangi Raymond Cafe, kedai kopi tempat Lewis bekerja sejauh ini, begitu tidak bisa menjumpai Lewis di apartemen laki-laki itu. Sayangnya, kedai kopi itu tutup untuk sementara waktu, membuatnya dan sebagian besar pelanggan di Raymond Cafe terpaksa harus puas dengan informasi yang ter
Di salah satu bangku taman belakang pusat rehabilitasi mental tempat dia berada saat ini, Lewis mencoba untuk menikmati suasana taman yang ada di sekitarnya. Perlahan dia mengalihkan pandangannya menuju layar ponsel yang tengah dia genggam saat ini, memandangi deretan pesan masuk dari Detroit yang menanyakan keberadaannya dan masih belum dia balas karena suatu alasan. Dia tidak ingin Detroit mengetahui bagian dari masa lalu yang ingin dia lupakan sebisa mungkin, meski hanya sedikit, hal yang mungkin membuatnya terlihat cengeng dan manja di depan Detroit yang jauh lebih dewasa darinya. Karena itu dia lebih suka dengan gagasan untuk mengabaikan seluruh panggilan dan pesan masuk dari pria itu ketimbang menjawab panggilan teleponnya atau sekadar membalas pesannya, berharap jika cara yang dia lakukan sejauh ini akan membuat pria itu menyerah untuk terus menghubunginya dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka yang masih belum juga berubah dari Dom dan sub menjadi pacar,
Pertemuannya dengan Detroit yang datang mengunjunginya di saat dia tengah menjalani terapi untuk membantu mengatasi gejala PTSD dan depresinya yang kembali muncul setelah hampir lima tahun lamanya itu secara tidak langsung berpengaruh terhadap keadaan mentalnya dan durasi dari sesi terapi yang dia jalankan setelahnya. Berkat dukungan Detroit dan kakak perempuannya yang rutin mengunjunginya setiap beberapa hari sekali, dia bisa menjalani seluruh sesi terapi yang telah diatur oleh salah seorang psikiater yang bertugas menangani keadaannya setelah menerima hasil tes dari psikiater yang pernah menangani keadaannya lima tahun yang lalu dengan baik.Dan hari ini adalah hari terakhirnya menjalani sesi terapi bicara yang telah berlangsung selama hampir dua bulan setelah dia keluar dari pusat rehabilitasi mental. Karena itu, hal pertama yang ingin dia lakukan setelah dia menyelesaikan sesi terapinya yang terakhir adalah menghubungi Clara dan meminta kakak perempuannnya agar mene
Tidak ada yang bisa membuat Scott merasa jauh lebih gugup ketimbang menunggu apa yang akan dia lakukan dengan Clara Young besok lusa. Pacar perempuannya itu menghubunginya tepat di saat dia yang tengah sibuk mengoreksi beberapa dokumen yang baru dia terima dari Regina. Salah satu bawahannya itu telah kembali ke meja kerjanya dan malah sibuk berdebat dengan beberapa juniornya soal siapa di antara mereka yang paling imut di divisi mereka, sesuatu yang dia yakin sekali kalau itu bukanlah hal yang seharusnya mereka kerjakan selagi jam kerja. Dalam hati dia merasa bersyukur saat menerima panggilan telepon dari pacar perempuannya yang secara tidak langsung telah menyelamatkannya dari situasi yang sama sekali tidak dia inginkan."Besok lusa kamu sibuk?"Sambil melemparkan pandangan tajam ke Regina dan beberapa juniornya yang masih sibuk berdebat tadi, dia melemparkan salah satu gelas kertas yang sebelumnya dia isi dengan teh lemon itu ke arah Regina, memberikan isyarat secara
Keesokan harinya, Scott terbangun oleh suara Clara yang membangunkannya dengan nampan berisi roti tawar dan selai strawberry kesukaannya. Tidak ketinggalan dua cangkir berwarna hijau muda berisi cappuccino dengan aroma yang berhasil memancingnya untuk mengubah posisinya saat ini menjadi duduk di atas tempat tidurnya, sementara wanita yang membawakannya menu sarapan mereka hari ini duduk di samping kirinya dan meletakkan nampan tersebut ke salah satu nakas yang ada di dekat mereka. "Good morning, cutie. How was your sleep? I'm sure you slept very well, from what I see from your face." "Yes, Master. I slept well, as you said earlier. Thank you for allowing me to sleep next to you last night." jawabnya, menarik tangan kanan wanita yang ada di depannya saat ini dan mencium punggung tangannya. "How about you, Master? Did you sleep well last night?" "What a question. Of course... I could not sleep well, thanks to you." "Did I do something that makes you unable to
Detroit berdiri beberapa meter dari pintu masuk sebuah gedung yang cukup besar dan dipenuhi dengan orang-orang dan mobil-mobil yang berlalu lalang di sekitarnya. Matanya menatap ke sebuah foto yang terpasang di depan pintu masuk gedung itu sambil menghela napas. Lalu dia mengeluarkan secarik kertas dari saku jasnya dan kembali menghela napas panjang. Hari ini adalah hari di mana dia harus merelakan David Johnson, salah satu bawahannya yang juga rekan kerja Scott, untuk menikah dengan Essie Green, salah satu desainer grafis dengan Cinderella complex di kantornya.Kelihatannya tidak ada masalah, bukan? Namun siapa yang menyangka kalau dia akan menyukai David Johnson, seorang pria yang jelas-jelas straight dan berakhir dengan mendatangi pesta pernikahan pria yang dia sukai dengan orang lain? Dan sekarang, dia bahkan masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, seakan sedang mempertimbangkan kembali keputusannya untuk datang dan memberikan ucapan selamat untuk ked
Beberapa hari berlalu setelah pesta pernikahan David Johnson dan Essie Green, kedua pegawainya yang kini resmi menjadi pasangan suami istri, diselenggarakan. Mereka tampak begitu menikmati status barunya, dan juga sambutan dari orang-orang di kantor yang memberikan ucapan selamat atas pernikahan mereka. Termasuk darinya—yang dengan berat hati dan penuh keengganan harus memberikan ucapan selamat pada mereka karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan orang-orang di kantornya yang mungkin berpikir kalau dia merasa iri karena David berhasil mendapatkan Essie. Padahal orang yang inginkan bukanlah Essie, melainkan suami dari wanita yang kini resmi menyandang status sebagai istri sah dari pria itu."Selamat atas pernikahannya, David," ujarnya sambil tersenyum, lalu melirik pada wanita yang berdiri di samping pria itu. "Dan juga Essie, tentunya. Maaf saya tidak bisa datang ke pesta pernikahan kalian." lanjutnya, memasang wajah penuh penyesalan palsu, agar terlihat bahw
Datang ke Raymond Café. Sekarang juga. Aku yakin kamu pasti bakal suka.Detroit membaca isi chat dari Scott sambil mengernyitkan dahinya. Lalu dia mematikan layar ponselnya dan meletakkannya di atas meja kerjanya, mengabaikan pesan dari sahabatnya itu. Kedua matanya lalu kembali fokus ke depan layar komputer, menyelesaikan laporan performa perusahaan bulanan yang harus dia serahkan pada dewan direksi minggu depan. Asal dia melewatkan jam makan siang yang sudah mulai sejak lima menit yang lalu, dia yakin bisa menyelesaikannya hari ini. Dia mengabaikan suara perutnya yang protes karena rencananya hari ini dan mencoba untuk kembali fokus. Sayangnya, suara dering ponselnya dengan cepat memecah konsentrasinya. Terpaksa dia harus mengalihkan perhatiannya ke arah ponselnya yang masih berdering di atas meja dan menerima panggilan entah dari siapa."Buruan. Mumpung kafenya lagi sepi."Scott sialan, rutuknya dalam hati, memikirkan apa yang se
Hari pertamanya sebagai barista di kedai kopi yang disiapkan oleh Clara, kakak tirinya untuknya setelah dia menyelesaikan pelatihannya beberapa waktu yang lalu sepertinya berjalan cukup lancar. Maksudnya hampir tidak ada pengunjung yang datang ke kedai kopi dengan nama Raymond, yang sengaja dia pilih karena terdengar mirip dengan Almond (perhatikan suku kata belakangnya, begitu mirip bukan?).Memang sebaiknya dia tidak berharap banyak di hari pertama, bukan begitu?"Selamat datang. Ingin pesan apa?"Sambil mengelap tumpukan cangkir yang baru saja selesai dia bersihkan itu, dia kembali menghela napas panjang. Kalau saja ada pria dewasa dengan tampang dingin dan seksi yang datang ke sini, mungkin dia akan langsung memberikan nomor teleponnya sekarang juga."Café macchiato satu dan croissantnya satu."Dia segera menoleh ke arah pemilik suara tersebut, yang mengarahkan pandangannya dari buku menu