Share

Promise Me, Macchiato
Promise Me, Macchiato
Penulis: Carmen Irene

Bab 1

Detroit berdiri beberapa meter dari pintu masuk sebuah gedung yang cukup besar dan dipenuhi dengan orang-orang dan mobil-mobil yang berlalu lalang di sekitarnya. Matanya menatap ke sebuah foto yang terpasang di depan pintu masuk gedung itu sambil menghela napas. Lalu dia mengeluarkan secarik kertas dari saku jasnya dan kembali menghela napas panjang. Hari ini adalah hari di mana dia harus merelakan David Johnson, salah satu bawahannya yang juga rekan kerja Scott, untuk menikah dengan Essie Green, salah satu desainer grafis dengan Cinderella complex di kantornya. 

Kelihatannya tidak ada masalah, bukan? Namun siapa yang menyangka kalau dia akan menyukai David Johnson, seorang pria yang jelas-jelas straight dan berakhir dengan mendatangi pesta pernikahan pria yang dia sukai dengan orang lain? Dan sekarang, dia bahkan masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, seakan sedang mempertimbangkan kembali keputusannya untuk datang dan memberikan ucapan selamat untuk kedua mempelai itu.

"Hei! Baru sampai ya?"

Dia menoleh ke arah orang yang menepuknya. Scott Sinclair, sahabatnya sekaligus satu-satunya orang yang mengetahui kalau dia adalah gay, tengah mengatur napasnya yang terengah-engah. 

"Jangan bilang kamu baru ingat kalau hari ini ada acara yang harus kamu datangi?" tanyanya, menyipitkan kedua matanya.

Scott tidak menjawab pertanyaannya dan segera menariknya ke salah satu tempat parkir yang hampir tidak ada orang sama sekali selain mereka berdua dan deretan mobil yang berbaris rapi. Sahabatnya itu lalu menoleh ke sekelilingnya, seolah memastikan kalau tidak ada orang yang akan mendengarkan isi percakapan mereka.

"Ngaku aja."

"Apaan?"

Scott mendecakkan lidahnya mendengar jawabannya tadi. "Kamu sebenarnya nggak mau datang ke sini kan?"

Tepat seperti dugaan sahabatnya, dia kembali menghela napas panjang. "Entahlah. Aku nggak tahu, Scott. Kamu sendiri bagaimana?"

"Aku ya? Kalau aku sih, sebenarnya nggak mau datang."

"Terus ngapain datang ke sini?"

"Karena aku tahu kamu pasti bakal datang ke sini." jawab Scott, menggenggam erat tangannya. "Kamu sendiri tahu kan, kalau kamu nggak perlu memaksakan diri untuk datang ke sini? Tinggal bilang aja kalau kamu sibuk, mereka pasti bakal paham kok."

"Gimana ya?" sahutnya, menyandarkan kepalanya ke bahu Scott. "Aku sebenarnya nggak mau datang ke sini. Kenapa juga aku mesti suka sama orang yang jelas-jelas nggak akan pernah membalas perasaanku?"

"Makanya aku bilang kamu terlalu memaksakan diri, Detroit."

Dia tidak menanggapi perkataan Scott yang memang ada benarnya itu. Bagaimanapun, dia merasa ada kewajiban sebagai atasan untuk datang ke acara yang berhubungan dengan para pegawainya. Salah satunya, mendatangi pesta pernikahan salah satu pegawainya yang juga orang yang dia suka. Namun nyatanya dia memang tidak siap secara mental untuk datang ke pesta pernikahan kedua pegawainya yang dia yakin sekali pasti terlihat bahagia satu sama lain. 

"Sepertinya yang kamu katakan tadi ada benarnya. Apa sebaiknya aku pulang aja ya?"

"Lebih tepatnya kita."

Scott menjauhkan wajahnya dari bahunya dan memaksanya untuk menatap lurus ke arahnya. "Dengar, Detroit. Kamu mungkin nggak tahu, tapi Essie itu benar-benar Cinderella complex. Aku sampai nggak paham kenapa juga David suka cewek macam dia? Kalau aku jadi David, aku bakal pilih kamu daripada dia."

"Itu karena dia straight, Scott. Beda denganmu. Dan aku sudah tahu soal Essie dengan Cinderella complexnya, karena aku sering mendengar dia bercerita soal dongeng Disney sialan itu. Tapi mau bagaimana lagi? Kenyataan kalau David menyukai wanita dependen seperti Essie sudah tidak bisa dibantah lagi."

"Tetap aja aku nggak ngerti sama seleranya David. Ah, jadi malas bahasnya. Gimana kalau kita ke rumahku aja?"

"Boleh. Mau main game bareng atau..."

"Terserah kamu. Asal kita nggak datang ke sana, itu akan jauh lebih baik."

"Oke. Kita ke mobilku sekarang."

Mereka lalu berjalan menuju tempat dia memarkirkan mobilnya. Setibanya di sana, dia mengambil kunci mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Scott, yang langsung masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu, dia bergegas masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat yang tidak ingin dia datangi saat ini.

"Kamu ada sesuatu yang bisa kuminum? Aku haus."

"Ada. Di belakang. Mau kuambilkan?" sahutnya, tanpa menoleh ke arah Scott.

"Nggak perlu. Aku ambil sendiri."

Scott lalu berbalik ke belakang untuk mencari minuman yang dimaksud Detroit tadi. "Di mana? Nggak ada tuh."

"Masa? Berarti habis." jawabnya, menghentikan mobilnya begitu lampu merah menyala. "Sebentar. Biar kucari dulu. Harusnya masih ada."

Dia lalu mencari botol minuman yang dia yakin sekali kalau masih ada di belakang kursinya. Namun sepertinya kali ini dia harus percaya dengan perkataan sahabatnya tadi kalau tidak ada apa pun di dalam mobilnya. 

"Kamu benar. Apa sebaiknya kita pergi ke minimarket?"

"Nggak perlu. Aku mau yang itu aja." kata Scott, menunjuk ke arah celananya.

Detroit memutarkan kedua bola matanya. "Serius, Scott? Kita lagi di jalan sekarang."

"Kenapa nggak?"

"Oke." sahutnya, setelah menepikan mobilnya di sisi jalan raya yang terlihat sepi.

#

Sesampainya di rumah, Scott mempersilakannya untuk duduk di salah satu kursi sofa di ruang tamu. Lalu dia kembali dengan dua gelas air dan setoples putri salju, salah satu kukis kesukaannya.

"Thanks, Scott." 

"No problem. Sebentar ya, aku kasih tahu David sama Essie dulu kalau kita nggak bisa datang hari ini." kata Scott, yang duduk di sebelahnya sembari mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya dan sibuk mengirimkan pesan sebelum kembali memasukkannya ke dalam saku jasnya. 

"Kamu bilang apa sama mereka?" 

"Aku bilang kalau kita nggak bisa datang karena nenek dari pihak ayahku baru saja meninggal kemarin dan kita harus datang ke upacara pemakamannya hari ini."

"Memang sih. Tapi bukannya itu sudah sepuluh tahun yang lalu ya?" sahutnya, mengambil kembali kukis itu dari dalam toples. 

"Nggak masalah kan? Toh, mereka juga nggak bakalan tahu."

Dia hanya memutarkan kedua bola matanya sambil mengunyah kukis yang meninggalkan rasa manis di mulutnya saat ini. Sementara Scott menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sofa dengan kedua tangannya yang ikut bersandar di sandaran kursi sofa.

"Gimana rasanya? Terlalu manis atau terlalu keras?"

Dia menggelengkan kepalanya. "Nggak. Ini sudah pas kok. Kamu yang buat?"

"Iya."

"Bagus deh. Lebih baik jangan dijual."

Scott lalu menoleh ke arahnya. "Maksudmu? Jangan bilang kalau kukis buatanku itu sebenarnya nggak enak?"

Tanpa menjawab pertanyaannya, Detroit mengambil salah satu kukis dari dalam toples yang kini tersisa sepertiga itu dan memasukkan sebagian ke mulutnya. Lalu dia mendekatkan mulutnya yang masih menggigit kukis itu ke Scott, memaksa sahabatnya untuk memakan kukis itu dari mulutnya. 

"Sebenarnya putri salju buatanmu itu nggak ada masalah kok. Hanya saja aku nggak mau ada orang lain yang makan kukis seenak ini selain aku dan mungkin pacarmu nanti." 

"Ternyata alasan pribadi. Kirain nggak enak." sahut Scott, terlihat lega dengan jawabannya tadi. "Ngomongin pacar, kamu sendiri gimana?"

"No comment."

"Ayolah. Masa nggak ada orang lain yang menarik perhatianmu saat ini?"

"Kamu tahu kan, kalau aku baru patah hati? Masa iya, aku langsung cari orang baru?"

"Detroit. Ini abad ke-21. Kalau kamu patah hati, lupakan dan cari yang baru. Semudah itu."

"Terus kamu sendiri gimana? Sama-sama belum punya pacar aja berlagak banget."

Tangan Scott sibuk membersihkan sisa gula bubuk dari sudut bibir Detroit dan menjilatinya. "Aku nggak akan berpacaran sampai kamu bertemu dengan orang yang tepat."

"Oh. Aku tersentuh sekali." ujarnya dengan nada sarkasme. "Tapi sayangnya nggak. Bilang aja kalau kamu belum bertemu dengan tipe idealmu. Nggak usah pakai aku sebagai alasan."

"Benar kok. Kan kamu tahu sendiri, kalau orang dengan preferensi seperti kita ini bakal sulit buat dapat pasangan. Bukan begitu, Master?"

"Nggak tahu deh. Jadi kamu mau apa?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
rod bialba
if only there's an English version of this, it would really be great cause I don't know how and understand Bahasa Malaysia...please please please ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status