Promise Me, Macchiato

Promise Me, Macchiato

By:  Carmen Irene  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
47Chapters
3.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Detroit Thompson, CEO dari King Corp., baru saja patah hati setelah mengetahui orang yang dia sukai, David Johnson, mengundangnya untuk datang ke pernikahannya dengan salah seorang pegawai wanita di kantornya. Namun saat melihat Lewis Hall, seorang barista di kedai kopi yang baru saja buka di dekat kantornya, dia langsung menyukai barista itu. Hanya saja, jarak usia mereka yang terpaut lebih dari sepuluh tahun itu membuatnya tidak siap untuk menjalin hubungan serius dengan pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta lagi.Sementara itu, Lewis Hall, seorang barista di Raymond Café, sangat ingin menjalin hubungan romansa dengan seseorang, yang sayangnya belum juga dia temukan. Sampai suatu hari dia bertemu Detroit yang memesan menu di kedai kopi milik Clara Young, kakak tirinya, dan saat itu dia sudah memutuskan untuk mendekati Detroit, pria yang sudah membuatnya tertarik sejak pandangan pertama.

View More
Promise Me, Macchiato Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Aprilia Choi
kisah yang bagus sekali, alurnya juga menarik. saling dukung yuk kak, jangan lupa mampir ke ceritaku ...
2022-05-13 17:07:09
0
user avatar
Zhen Xin Xin
Cerita terbaik!
2022-03-01 09:57:36
0
47 Chapters
Bab 1
Detroit berdiri beberapa meter dari pintu masuk sebuah gedung yang cukup besar dan dipenuhi dengan orang-orang dan mobil-mobil yang berlalu lalang di sekitarnya. Matanya menatap ke sebuah foto yang terpasang di depan pintu masuk gedung itu sambil menghela napas. Lalu dia mengeluarkan secarik kertas dari saku jasnya dan kembali menghela napas panjang. Hari ini adalah hari di mana dia harus merelakan David Johnson, salah satu bawahannya yang juga rekan kerja Scott, untuk menikah dengan Essie Green, salah satu desainer grafis dengan Cinderella complex di kantornya. Kelihatannya tidak ada masalah, bukan? Namun siapa yang menyangka kalau dia akan menyukai David Johnson, seorang pria yang jelas-jelas straight dan berakhir dengan mendatangi pesta pernikahan pria yang dia sukai dengan orang lain? Dan sekarang, dia bahkan masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, seakan sedang mempertimbangkan kembali keputusannya untuk datang dan memberikan ucapan selamat untuk ked
Read more
Bab 2
Beberapa hari berlalu setelah pesta pernikahan David Johnson dan Essie Green, kedua pegawainya yang kini resmi menjadi pasangan suami istri, diselenggarakan. Mereka tampak begitu menikmati status barunya, dan juga sambutan dari orang-orang di kantor yang memberikan ucapan selamat atas pernikahan mereka. Termasuk darinya—yang dengan berat hati dan penuh keengganan harus memberikan ucapan selamat pada mereka karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan orang-orang di kantornya yang mungkin berpikir kalau dia merasa iri karena David berhasil mendapatkan Essie. Padahal orang yang inginkan bukanlah Essie, melainkan suami dari wanita yang kini resmi menyandang status sebagai istri sah dari pria itu. "Selamat atas pernikahannya, David," ujarnya sambil tersenyum, lalu melirik pada wanita yang berdiri di samping pria itu. "Dan juga Essie, tentunya. Maaf saya tidak bisa datang ke pesta pernikahan kalian." lanjutnya, memasang wajah penuh penyesalan palsu, agar terlihat bahw
Read more
Bab 3
Datang ke Raymond Café. Sekarang juga. Aku yakin kamu pasti bakal suka.Detroit membaca isi chat dari Scott sambil mengernyitkan dahinya. Lalu dia mematikan layar ponselnya dan meletakkannya di atas meja kerjanya, mengabaikan pesan dari sahabatnya itu. Kedua matanya lalu kembali fokus ke depan layar komputer, menyelesaikan laporan performa perusahaan bulanan yang harus dia serahkan pada dewan direksi minggu depan. Asal dia melewatkan jam makan siang yang sudah mulai sejak lima menit yang lalu, dia yakin bisa menyelesaikannya hari ini. Dia mengabaikan suara perutnya yang protes karena rencananya hari ini dan mencoba untuk kembali fokus. Sayangnya, suara dering ponselnya dengan cepat memecah konsentrasinya. Terpaksa dia harus mengalihkan perhatiannya ke arah ponselnya yang masih berdering di atas meja dan menerima panggilan entah dari siapa."Buruan. Mumpung kafenya lagi sepi."Scott sialan, rutuknya dalam hati, memikirkan apa yang se
Read more
Bab 4
Hari pertamanya sebagai barista di kedai kopi yang disiapkan oleh Clara, kakak tirinya untuknya setelah dia menyelesaikan pelatihannya beberapa waktu yang lalu sepertinya berjalan cukup lancar. Maksudnya hampir tidak ada pengunjung yang datang ke kedai kopi dengan nama Raymond, yang sengaja dia pilih karena terdengar mirip dengan Almond (perhatikan suku kata belakangnya, begitu mirip bukan?). Memang sebaiknya dia tidak berharap banyak di hari pertama, bukan begitu?"Selamat datang. Ingin pesan apa?"Sambil mengelap tumpukan cangkir yang baru saja selesai dia bersihkan itu, dia kembali menghela napas panjang. Kalau saja ada pria dewasa dengan tampang dingin dan seksi yang datang ke sini, mungkin dia akan langsung memberikan nomor teleponnya sekarang juga."Café macchiato satu dan croissantnya satu."Dia segera menoleh ke arah pemilik suara tersebut, yang mengarahkan pandangannya dari buku menu
Read more
Bab 5
Sejak mereka menghabiskan malam bersama di ruang istirahatnya, Detroit selalu menyempatkan diri untuk datang ke kedai kopinya. Entah itu saat jam makan siang, maupun satu jam sebelum kedai kopi milik kakaknya tutup. Dia sampai hafal dengan pesanan Detroit setiap kali pria itu datang ke kedai kopinya. Secangkir macchiato dengan croissant. Tanpa sekali pun memesan menu lain. Lalu dia akan duduk di salah satu sudut ruangan kedai kopi sembari membuka layar ponselnya. Sesekali dia menangkap basah Detroit yang tengah memerhatikannya, sebelum pria itu kembali sibuk dengan ponselnya. Berkat Detroit, dia jadi selalu menantikan setiap kali pria yang menjadi cinta pertamanya itu datang ke kedai kopinya. Termasuk hari ini. Seharusnya siang ini Detroit sudah tiba di kedai kopi milik kakak tirinya itu dan memesan caffé macchiato dan croissant seperti biasanya. Apa mungkin dia akan datang nanti malam, setelah kedai kopinya tutup? Mungkin saja begitu, pikirnya sambil men
Read more
Bab 6
Begitu jam operasional kantor berakhir, Detroit buru-buru menyelesaikan pekerjaannya. Ia ingin segera datang ke Raymond Café, tempat Lewis bekerja sebagai barista. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati secangkir caffé macchiato buatan barista muda itu yang rasanya jauh lebih enak dari yang biasa dia beli. Kalau saja dia tidak harus lembur hari ini, mungkin dia sudah berada di sana sambil menikmati makan malamnya bersama dengan Lewis. Dua jam kemudian, akhirnya dia benar-benar terbebas dari pekerjaannya. Setelah memastikan hasil pekerjaannya, dia merapikan mejanya dan melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 22:25. Lewis pasti sudah menunggunya dari tadi, pikirnya sambil berlari keluar dari ruangannya menuju Raymond Café.Sesampainya di dekat Raymond Café, dia merasa lega sekaligus senang begitu melihat Lewis yang sedang duduk sambil memegang ponselnya. Sepertinya memang benar dugaannya kalau laki-laki itu tengah menunggunya di kedai kopi
Read more
Bab 7
Begitu selesai menyiapkan pesanan Detroit, Lewis segera berjalan menuju meja tempat pria itu tengah menunggunya. "Ini pesananmu. Detroit?"Pria itu lalu menoleh ke arahnya, yang baru dia sadari kalau wajah pria itu tampak begitu lelah. "Oh, terima kasih."Dia mengangguk pelan dan duduk di sebelahnya. Sambil menopang dagunya dengan sebelah tangannya, dia mengamati cara pria itu menikmati kopi racikannya tadi. Bahkan dengan wajah seletih itu, dia masih bisa makan dengan begitu elegan. Benar-benar tidak adil ada pria sesempurna Detroit Thompson di dunia ini. Tetapi dia juga merasa beruntung karena dia berhasil mendekati pria yang kini tengah menikmati croissantnya."Ada apa?"Detroit, yang menyadari kalau dia tengah memerhatikannya, meletakkan garpu dan pisau yang dipakainya untuk menyantap croissant tadi dan balas menatapnya. "Kamu kelihatan capek. Apa setelah ini mau lang
Read more
Bab 8
Begitu mereka melepaskan ciumannya, Detroit memegangi bibirnya yang masih basah oleh sisa ciuman mereka tadi. Lalu menatap lurus ke arahnya, yang tersenyum puas setelah berhasil mengambil kesempatan untuk mengganti posisi mereka. Sekarang Detroit tengah berbaring di atas kasur dengan wajahnya yang tampak begitu menggoda, sementara dia berada di atas tubuh pria itu dengan kedua tangannya yang menahan tubuhnya agar tidak menimpa pria itu."Lewis, kamu…""Kenapa?" tanyanya sambil menyisir rambut Detroit yang terasa lembut di jari tangannya."Ternyata boleh juga untuk orang yang belum pernah berhubungan dengan orang lain sebelumnya." sahut Detroit, sambil menjilati bibir bawahnya dan tersenyum puas ke arahnya. Dia terkejut begitu melihat wajah penuh kemenangan Detroit sambil menatap wajah pria itu dengan rasa keheranan.Rasanya dia sama sekali tidak mengerti. Bagaimana bisa pria yang baru saja dia temui beberapa hari ya
Read more
Bab 9
Keesokan harinya, seluruh tubuhnya terasa sakit hingga dia nyaris tidak bisa bergerak. Terutama di bagian pinggang ke bawah, yang masih sakit akibat kejadian semalam. Dia benar-benar tidak menduga kalau pria yang dia sukai itu ternyata memiliki sisi lain yang berhasil memuaskan hasratnya untuk bercinta dengannya semalaman. Kalau saja bukan karena hari ini mereka harus kembali bekerja, mungkin dia akan meminta Detroit untuk melanjutkan apa yang mereka lakukan semalam. "Lewis?""Hm?""Besok lusa kamu libur?""Iya. Kenapa?" tanyanya, mengarahkan tangan Detroit ke arah bibirnya dan menjilatinya perlahan."Hm, bagus. Kalau begitu besok lusa aku akan menjemputmu di rumahmu. Aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat."Dia langsung menghentikan kegiatannya tadi dan menatap pria yang berbaring di sampingnya itu dengan wajah kebingungan. "Memang kamu mau ngajakin aku ke mana?"
Read more
Bab 10
Keesokan harinya, dia mengetukkan jemarinya di atas mejanya selama hampir seharian. Dia merasa gelisah dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Bukan karena dia merasa frustrasi setelah dia gagal merasakan orgasmenya sejak kemarin. Namun karena dia merasa ada yang kurang dengan suasana di kedai kopi milik kakak tirinya itu yang kini mulai ramai oleh para pekerja kantoran yang ingin beristirahat sejenak dari rutinitas harian mereka. "Enaknya putar lagu apa ya?" gumamnya, menatap layar ponsel yang berisi playlist lagu kesukaannya. Baginya, ini saat yang tepat untuk memasukkan latar musik agar pengunjung kedai kopi ini merasa betah untuk tetap berlama-lama di sini, selain tentunya karena layanan Wi-Fi gratis yang dia cantumkan di depan toko (meski sebenarnya diam-diam dia memasukkan biaya tagihan Wi-Fi ke semua menu yang ada di kedai kopi itu agar tidak diketahui para pelanggannya, yang tentu saja tidak akan dia beritahukan pada para pelanggannya). Sayup-sayup dia mendengar suara mus
Read more
DMCA.com Protection Status