Share

Part 10

  Ini masih terlalu siang untuk minum alkohol, tapi Marcus baru saja meneguk habis minuman beralkohol yang ada di dalam gelas itu. Setelah pembicaraan dengan Rachel tadi dan diakhiri oleh dirinya yang terdiam, pikirannya menjadi agak tidak fokus sekarang. Ia tidak mengerti kenapa harus wanita yang membuatnya merasa nyaman. Kenapa bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan uang dan tidak memiliki kemungkinan menyakitinya? 

   “Lihatlah dirimu. Kau pikir, pria sepertimu pantas untuk Jira?”

   “Wajahmu terlihat menakutkan.”

   “Dia sungguh saudaranya Alex? Kenapa Alex bisa memiliki saudara seperti itu?”

   Semua kalimat menyakitkan yang Marcus terima di hari ulang tahunnya terus terngiang bersama dengan tawa murid wanita yang mengejeknya. Bahkan bayangan saat pacarnya tidur dengan Alex lagi-lagi muncul di benaknya. Ini memuakkan dan menyakitkan hingga Marcus membanting gelas di tangannya.

  Gelas itu pecah, menimbulkan suara yang membuat Rachel langsung keluar dari kamar. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi Marcus terlihat duduk di sofa dan terus meneguk wine dari botol. Ini bahkan baru pukul 2 siang dan pria itu sudah banyak minum. 

   Rachel tidak berani mendekat, sebab sepertinya suasana hati Marcus sedang tidak baik. Kemarahan pria itu memang tidak mungkin sampai membunuhnya, tapi tetap saja melihat Marcus marah merupakan hal yang menakutkan.

   Tapi saat Rachel ingin kembali masuk ke kamar, terdengar suara isak tangis yang membuat langkahnya terhenti. Ia menoleh pada Marcus dan bahu pria itu nampak bergetar. Ini membuatnya terkejut, sebab baru kali ini melihat pria gila dan menakutkan seperti Marcus menangis.

   “Dia terlihat sangat terluka.” Rachel bergumam, lalu memberanikan diri mendekati Marcus.

   “Kau kenapa?” dan Rachel bertanya ketika sudah berdiri di sebelah Marcus.

   Marcus menoleh pada Rachel, kemudian mengusap air matanya. Memalukan sekali saat Rachel melihatnya menangis. “Masuklah ke kamarmu, jangan banyak bertanya padaku,” ucap Marcus ketus bahkan ia tidak menatap Rachel saat bicara. 

   “Aku bertanya baik-baik, kau tidak perlu ketus begitu. Jangan terlalu banyak minum, nanti kau bisa mabuk dan bisa melakukan sesuatu padaku.” Rachel pergi setelah mengatakan ini pada Marcus. Ia bermaksud baik dengan bertanya karena mungkin saja Marcus butuh teman curhat, tapi sepertinya  kepeduliannya tidak dibutuhkan di sini, jadi lebih baik pergi dari pada membuat Marcus tambah marah. 

   “Melakukan sesuatu? Kau pikir, aku pria macam apa? Aku tidak akan melakukan apa-apa pada wanita!” ucap Marcus dengan setengah berteriak.

••••

   Saat matahari akan tenggelam, saat itu juga Marcus membuka mata. Kepalanya terasa agak sakit begitu membuka mata dan ia tahu ini pasti karena dirinya terlalu banyak minum. Sebenarnya, minum tidak pernah menyelesaikan masalah, tapi masih saja terasa menyenangkan untuk dilakukan.

  Yang Marcus sadari saat membuka mata adalah ia berada di ruangan yang sangat rahasia hingga siapa pun tidak boleh masuk ke sini. Tapi, ia malah melihat Rachel tengah berdiri menatap setiap lukisan yang ada di sini. Tidak hanya satu atau dua, melainkan ada banyak lukisan. 

   “Kenapa kau di sini? Tidak, bagaimana kau bisa masuk?” Marcus bertanya pada Rachel.

  Rachel membalikkan badannya dan menatap Marcus dengan sorot mata sangat tajam seakan ingin menelan pria itu. “Akhirnya kau bangun. Tidak akan melakukan apa-apa pada wanita? Cih, dasar pria cabul!” ucap Rachel ketus, kemudian berjalan menjauhi Marcus.

   “Satu lagi.” Rachel kembali bicara  setelah berhenti melangkah dan menoleh pada Marcus.

  “Aku sangat berterima kasih karena rasa penasaranku pada ruangan ini sudah terjawab. Butuh waktu panjang untuk memperhatikan satu persatu dari banyaknya lukisan ini. Kau adalah pelukis hebat. Tapi, aku tidak mau tidur denganmu lagi. Menyebalkan!” walau awalnya berterima kasih hingga memuji Marcus, pada akhirnya Rachel malah membentak Marcus dan setelahnya pergi.

   Marcus tidak mengerti apa yang terjadi. Ia disebut cabul, lalu sekarang Rachel  tidak ingin tidur dengannya. “Aku melakukan apa?” Marcus bertanya pada dirinya sendiri.

   Sementara di kamar lain, Rachel sedang menatap pantulan di cermin. Matanya fokus ke bibir, lalu dengan cepat mengusap bibirnya seakan ada kotoran di sana. “Benci pada wanita? Setelah semua yang terjadi aku tidak yakin dia sungguh benci pada wanita. Dia benar-benar menjatuhkan harga diriku sebagai wanita!” Rachel terlihat sangat kesal. 

   Di saat bersamaan, pintu kamar Rachel  terbuka, memperlihatkan sosok Marcus Cho yang menatap Rachel dengan tatapan dingin. Pria ini tidak mengatakan apa-apa walau wanita yang berdiri tidak jauh darinya jelas terus menatapnya. Ia malah berbaring di ranjang meski tadi Rachel sudah mengatakan tidak mau tidur bersamanya. 

   “Kau mau melakukan apa? Keluar!” bentak Rachel.

   “Hentikan! Kepalaku sakit sekali. Kenapa kau tidak berbaring saja di sebelahku?” ucapan ini, apa terdengar seperti ucapan dari pria yang membenci wanita?

   Rachel hanya menghela napas melihat sikap Marcus, lalu keluar dari kamar. Lalu, Marcus, pria itu berdecak melihat Rachel pergi begitu saja. Ia tidak bisa tidur nyenyak jika Rachel tidak ada di sebelahnya. Rachel Yoon, wanita itu seakan sudah menjadi kebutuhan utama dalam hidupnya, jadi jelas ia kesal saat wanita itu pergi begitu saja.

  “Kenapa membuatku melakukan pemaksaan?” gumam Marcus, kemudian menyusul Rachel.

   “Rachel, cepat kembali ke ranjangmu!” Marcus berteriak. Tadinya, ia kira Rachel kembali ke ruangan pribadinya. Namun, wanita itu ternyata pergi ke dapur. 

   “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Marcus. 

   “Membuatkanmu sup penghilang pengar. Kau sudah memberiku rasa aman, walau tadi melecehkanku. Jadi, aku akan membuatmu lebih baik. Dengan membuat sup aku bisa merasakan kehadiran Ibuku karena dulu Ibuku sangat sering mabuk. Aku rasa karena itu Ayahku menceraikan Ibuku. Duduklah.” 

   Seumur hidup Marcus, baru kali ini ada wanita ingin membuatkannya sup pereda pengar. Biasanya jika mabuk ia hanya akan minum minuman pereda pengar saja, bukan makan sup. Hanya saja, melecehkan apa yang Rachel maksud?

   “Aku melecehkanmu? Memang aku melakukan apa? Kau terlihat baik-baik saja, tidak terlihat seperti wanita yang baru diperkosa.” 

   “Kau pikir, pelecehan hanya berupa pemerkosaan? Kau manusia atau apa? Kau tidak tahu apa itu tindak pelecehan dan tidak ingat setelah melecehkanku!” Rachel bicara pada Marcus sembari sibuk dengan urusan dapurnya.

   Dan Marcus masih bingung pelecehan apa yang ia lakukan. Ia tidak memperkosa Rachel, maka itu berarti ia tidak menyentuh titik terlarang di tubuh Rachel. Jadi, pelecehan apa yang dimaksud?

   “Sekretarismu juga melihatnya. Benar-benar memalukan!” suara Rachel kembali terdengar dan setelahnya disahuti oleh suara hentakan pisau karena ia memotong daging dengan sangat tidak berperasaan. 

   “Dia seperti sedang mencincang manusia. Sungguh, aku melakukan pelecehan apa padanya?” demi Tuhan, Marcus tidak tahu apa yang terjadi.

••••

   Incheon Airport.

  Seorang wanita baru saja menginjakkan kakinya di Korea Selatan setelah sekian lama tinggal di luar negeri, tepatnya di Inggris. Dengan penuh senyuman wanita ini berjalan keluar dari bandara sembari melihat artikel di ponselnya tentang seorang pemimpin perusahaan terkenal yang tampan, tapi sangat misterius karena tidak memperkerjakan satu pun wanita.

   “Kau sudah banyak berubah sekarang. Tapi, kenapa aneh sekali tidak ada satu pun wanita di perusahaanmu?” 

******

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status