Share

Part 6

Masyarakat Korea kembali digemparkan oleh penemuan jasad wanita yang kondisinya sama seperti korban kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang sampai sekarang belum terpecahkan. Pipi korban dilukai, kemudian diperkosa dan setelahnya dibunuh bahkan lidahnya dipotong. Polanya sama, hingga pihak kepolisian membuat kesimpulan bahwa ini adalah pembunuhan berantai.

   Rachel melihat berita ini di TV. Ketakutan seketika terlihat di wajahnya. Pembunuh itu telah kembali setelah hampir 3 tahun tidak pernah membunuh. Ia yakin ini adalah orang yang sama jika melihat caranya menghabisi si korban. 

   “Dia kembali," Rachel bicara dengan sangat pelan.

   Sementara di kantor, Marcus juga sudah mengetahui berita itu melalui ponselnya. Cara pembunuhan yang sama, maka pastilah dilakukan oleh orang yang sama. Entah apa yang ada di dalam pikiran pembunuh itu sampai membunuh wanita. Ia memang benci pada wanita, tapi tidak sampai pada tahap membunuh karena rasa benci.

   “Rachel pernah mengatakan melihat pembunuhan seperti ini. Apa itu berarti psikopat yang hampir 3 tahun tidak melakukan pembunuhan kembali beraksi? Apa dia mengincar Rachel?” yang saat ini Marcus pikirkan adalah mungkin Rachel sedang ketakutan sekarang.

   Dan tersangka utama, Louis, sedang tersenyum melihat berita yang membuat semua orang ketakutan. Ada kebanggaan dalam dirinya saat apa yang ia lakukan berhasil mendapat perhatian banyak orang, tapi tidak ada satu pun yang berhasil menangkapnya. Louis menganggap dirinya sangat luar biasa.

   “Maaf membuat Anda menunggu. Silahkan nikmati makanannya.” 

   Louis langsung mematikan ponselnya dan tersenyum ramah pada wanita muda yang membawakan pesanannya. “Terima kasih. Kau bekerja sendiri?” tanyanya pada wanita bernama Yuna itu. 

   “Aku tidak bekerja, tapi hanya membantu Ayah. Ada dua pelayan dan mereka sedang di belakang. Aku permisi,” ucap Yuna ramah dan setelahnya pergi.

   “Apa Rachel tidak di sini? Lalu, di mana dia?” gumam Louis. Tidak mungkin ia datang jauh ke Busan hanya untuk makan semangkuk ramen. Ia datang karena mengira Rachel ada di sini. Tapi, sepertinya wanita itu tidak ada di sini. 

   Louis sudah mengawasi rumah Aaron dan tidak ada tanda keberadaan orang yang ia cari di sana. Lalu, ia datang ke restoran dan tetap tidak ada juga. Di mana Rachel-nya? Siapa yang berani mengambil wanitanya? 

   “Ibu Rachel meningggal saat aku di penjara, jadi tidak mungkin dia pergi dengan ibunya. Lalu, ada di mana dia? Mustahil dia bisa bersembunyi dariku. Pasti terjadi sesuatu sampai dia bisa menghilang tanpa jejak seperti ini.” 

   Setelah bicara seorang diri, Louis meletakkan uang di atas meja, dan pergi tanpa menyentuh makanannya. Tidak ada Rachel di tempat ini, jadi hanya akan membuang-buang waktu jika terus di sini. Ia akan menemukan Rachel tidak peduli di mana pun wanita itu berada. Ia pastikan itu.

••••

   Beberapa minggu kemudian ...

   “Selamat, Nona Rachel hamil. Program ini berhasil.” 

   Telinga Rachel rasanya seperti mendadak tuli, hingga tidak bisa lagi mendengar kelanjutan ucapan Dokter Park setelah menyatakannya hamil. Ini benar-benar terjadi, ia mengandung anak dari pria bernama Marcus Cho yang bahkan tidak jelas hubungannya dengan dirinya. Bagaimama jika Tian kembali? Apa yang akan ia katakan padanya? 

   Berbeda dengan Rachel yang hanya terdiam, Marcus terlihat tersenyum senang mendengar ucapan Dokter Park. Calon anaknya telah hadir dan ia siap menguasai kekayaan ayahnya tanpa harus berbagi dengan Alex. Tidak akan ia biarkan Alex mendapat sepeser pun dari kekayaan ayahnya, meski pria itu adalah saudara kandungnya. 

   Bahkan saat di perjalanan pulang ke rumah Marcus, Rachel belum juga mengatakan sesuatu. Wanita itu hanya diam dan menangis. Ia tidak benci pada janin di rahimnya, tapi benci karena harus hamil dengan cara seperti ini. Rachel bermimpi tentang kehidupan pernikahan yang harmonis dan kehadiran anak yang akan menambah kebahagiaannya, bukan seperti ini. 

   “Hanya 9 bulan. Setelahnya, kau boleh pergi dan tidak perlu muncul di hadapanku lagi.” Marcus yang duduk di sebelah Rachel baru saja bicara.

   “Kau pikir, semua bisa selesai begitu saja? Benar, kau tidak berperasaan, mana mungkin memahami ucapanku? Aku tidak mengerti kenapa program ini bisa berhasil, padahal aku selalu berdoa agar tidak mengandung anakmu. Kau sudah merusak mimpi indahku tentang kehidupan.”

   Marcus nampak tersenyum sinis mendengar ucapan Rachel. “Jangan terlalu banyak bermimpi tentang hidup yang indah. Dunia ini kejam, memimpikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan hanya akan membuatmu kecewa. Jalani saja yang ada, jangan terlalu banyak bermimpi. Dunia tidak akan begitu baik sampai mau mewujudkan semua mimpimu. Terima saja semua sampah yang dunia lempar padamu, lalu kau hanya harus membersihkan sampah itu, bukan terlalu banyak mengeluh.” 

   Siapa pun akan setuju bahwa ucapan Marcus sangat kejam, menyakitkan dan seenak hati. Memang seperti inilah Marcus yang sekarang. Sudah terlalu banyak sampah yang dunia lemparkan padanya dan ia tidak bisa lagi membersihkan sampah itu. Sampah dari masa lalu masih menyesakkan hatinya dan bertahan hingga detik ini. 

   Tepat saat itu, terjadi lampu merah. Mobil yang Marcus kendarai berhenti dan di sebelahnya terlihat seorang pria pengantar paket juga tengah berhenti. Louis, itulah nama dari kurir yang berhenti tepat di sebelah mobil Marcus.

   “Rachel? Kenapa dia bersama pria? Apa hubungannya dengan pria itu? Apa dia berani merebut Rachel-ku? Berengsek! Kau akan bernasib lebih buruk dari Tian jika berani memiliki Rachel.” Louis bergumam saat melihat Rachel satu mobil dengan seorang pria. Sudah berminggu-minggu ia mencari keberadaan wanitanya dan malah muncul pemandangan ini. Ia tidak bisa menerima hal ini. 

••••

   Cermin menunjukkan pantulan Rachel yang saat ini terlihat sedih, tapi tidak mengeluarkan air mata. Rasanya ia mulai lelah untuk menangis. Sudah banyak air mata yang ia keluarkan karena ada banyak masalah dalam hidupnya dan baru menyadari bahwa air mata tidak pernah menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, ia harus berusaha keras untuk mengubah keadaan atau menerima takdir yang tidak bisa diubah.

   Sekarang, ia seperti berada di titik di mana harus menerima semuanya. Harus berhenti berharap seseorang akan membebaskannya dari semua ini. Tidak akan ada yang datang. Orang lain sibuk dengan hidup mereka, tidak akan ada waktu untuknya. Setiap orang harus hidup dengan cara mereka sendiri.

   Ceklek.

   Seseorang membuka pintu kamar, membuat Rachel menoleh kearah pintu dan untuk kesekian kalinya melihat Marcus masuk kemari dan pasti ingin tidur dengannya. Pria itu berulang kali mengatakan benci pada wanita, lalu kenapa selalu tidur dengannya? 

   “Tidur bersama lagi? Kau ingin memastikan apa? Sudah berminggu-minggu berlalu, kau belum juga mendapat kepastian?” ujar Rachel.

   Marcus belum menemukan kepastian tentang kenapa ia bisa tidur nyenyak dengan Rachel. Awalnya, ia tidak yakin kualitas tidurnya membaik karena bersama Rachel, tapi saat tidak bersama wanita itu, ia sungguh tidak bisa tidur dan saat bersama dengannya, ia bisa tidur dengan nyenyak.

   “Diamlah! Aku tidak pernah menemukan kepastiannya. Kenapa aku bisa tidur nyenyak dan merasa nyaman bersama wanita, makhluk yang paling kubenci?” Marcus benci mengakui ini. Namun, memang begitulah adanya. 

   Rachel terkejut baru memgetahui bahwa Marcus nyaman bersamanya. Tidak, mungkin juga dengan wanita lain. Ini seharusnya tidak mengherankan, sebab Marcus pastilah pria kesepian jadi gampang merasa nyaman, hanya sayang selama ini dia menutup diri dari wanita.

   “Kalau begitu, mulailah berkencan, lalu menikah. Kau bisa tidur nyenyak setiap hari bersama istrimu.” Rachel memberi saran, walau tidak yakin Marcus akan menuruti sarannya.

   Marcus masih terdiam setelah Rachel memberi saran padanya. Berkencan dan menikah. Itu tidak masuk daftar hal paling ingin ia lakukan, bahkan terpikirkan saja tidak pernah. Tapi, jika mengingat bagaimana nyenyaknya ia tidur bersama wanita rasanya berkencan dan menikah mulai ia pikirkan. 

   “Kenapa kau tidak mulai berkencan denganku? Aku sedikit terbiasa dengan kehadiranmu. Aku tidak terbiasa dengan wanita lain, jadi dari pada aku harus repot berapdatasi akan lebih mudah jika denganmu. Aku tidak masalah berkencan denganmu,” ujar Marcus santai.

******

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status