Siang terik saat itu, mata hari hampir menyentuh puncaknya, Vee menulis apa yang dia temui semalam, ia harus menuliskan pembasmian Chofa di sebuah buku harian berwarna merah. Catatan-catatan tersebut kemudian akan menjadi pemantauan perkembangan Chofa di kemudian hari. Pasalnya, Vee tak jarang bertemu Chofa yang sudah mendapatkan bentuk karena sudah memakan cukup banyak jiwa. Ada yang berbentuk raksasa besar, hewan seperti singa bersayap atau kera yang memiliki mata merah, semua bentuk itu mungkin dirupai Chofa yang sudah mendapatkan cukup jiwa tergantung dari gabungan emosi-emosi dari jiwa-jiwa yang Chofa makan.
Vee menuliskannya dengan teliti, menceritakan segala yang ia lihat dan rasakan meski semalam hanyalah Chofa belum berwujud yang ia temui.
“Kak Vee sedang menulis apa?” tanya seorang lelaki kecil-adik dari Vee-yang tiba-tiba saja ada di belakang tempat duduk Vee.
Dengan sigap, Vee menutup buku berwarna merah tersebut dan berdalih lain tentang jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan adiknya barusan, “Oh ini… buku catatan pembeli di toko ini. Jadi, kalau ada pembeli, harus kakak catat di sini.” Bukan seharusnya Vee menunjukkan buku itu pada adiknya jika merujuk pada kalimat yang baru saja ia ucap, namun Vee malah terlihat membelakangkan buku tersebut. “Kamu sudah pulang sekolah jam segini?” Vee mencoba mengubah topik yang didasari pada pandangannya ke arah seragam sekolah putih dengan celana biru tua yang dikenakan adiknya.
“Iya, Ka! Di sekolah, ada ribut-ribut soal makhluk ‘itu’ yang dilihat beberapa murid-” kalimat adik Vee yang diketahui namanya adalah Feri itu terpotong.
“Di mana? Apa kau juga melihatnya?” cegat Vee, ia langsung bereaksi jika mendengar tanda-tanda adanya Chofa.
“Aku tidak melihatnya, Ka,” jawab datar Feri. “Memang… Kakak mau apa?” ia bertanya balik.
“Oh tidak… kakak cuma khawatir saja,” jawab Vee setengah-setengah.
Vee adalah anggota keluarga Avolos, salah satu dari tiga keluarga besar pembasmi Chofa yang ada di negara tersebut. Salah satu peraturan keluarga tersebut adalah: Anak dari keluarga Avolos di bawah lima belas tahun tidak boleh mengetahui aktivitas keluarga tersebut, generasi penerus keluarga sebagai penumpas Chofa akan mulai dilatih saat umur mereka genap lima belas tahun. Oleh karena itu, Vee berusaha agar Feri tak mengetahui apa yang ia lakukan ketika malam.
“Ya sudah, Ka. Feri ganti baju dulu,” ujar Feri kemudian punggungnya mulai menjauh dari Vee, menuju kamar untuk berganti pakaian. Toko bunga yang sekarang dijaga Vee juga merupakan rumah, toko tersebut adalah warisan turun temurun dari keluarga Vee yang sekarang hanya ditinggali dua orang-Vee dan adiknya, Feri.
***
Matahari mulai bersembunyi, semburat oranye terlihat begitu indah dan toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” yang dijaga Vee lekas ia tutup-tanaman-tanaman yang tadi berada di luar ia masukkan. Kemudian, sebuah tirai logam diangkat untuk menutupi bagian depan toko tersebut.
Vee duduk sejenak di sebuah bangku depan tokonya yang sudah bergantungkan sebuah kotak dari kardus dengan tulisan “TUTUP” di depannya, memandang langit sore yang mulai kemerahan, setengah lingkaran terlihat sudah sebagai bagian matahari yang tinggal di permukaan. Vee memandang lamat matahari yang sangat jauh dari matanya tersebut, menikmati waktu demi waktu di akhir harinya sebagai manusia. Saat seperempat lagi matahari berada di atas horizon, barulah Vee masuk ke dalam kamarnya, lekas berganti pakaian.
Menjelang hampir malam, Vee mengenakan pakaian yang belum pernah ia kenakan saat siang, kemudian ditutup dengan jubah hitam berpenutup kepala. Jubah itu adalah warisan daripada ibunya yang juga dulu seorang pembasmi Chofa. Awal dari malam mulai menjelang, matahari baru saja sembunyi sepenuhnya di balik horizon dan sekujur badan Vee mulai merasakan panas. Badan Vee terasa terbakar sesaat lalu api berwarna biru mulai menyala dari ujung kaki merambat sampai di ujung kepala. Vee sudah terbiasa, wanita jelita saat siang itu sudah merasakan ini selama lima tahun lamanya. Sekitar setengah menit kemudian, Vee sudah tidak lagi menjadi manusia seutuhnya. Kedua tangan, kedua kaki serta badannya memang masih berwujud manusia, namun kepala dari gadis tersebut sudah berubah menjadi tengkorak dengan api biru yang sesekali memercik di sekitarnya. Rambut panjang indahnya masih berwujud, dan malah membuat sosok itu semakin bertambah seram. Sesekali, Vee mendelik ke arah cermin, memandang sosoknya kini dengan mata biru menyala. Kecantikannya saat siang itu kini sirna, tinggal kegelapan yang menyelimuti wajahnya.
Vee mengambil sebuah pedang bersarung hitam yang sudah ia siapkan di pojok kamar, lalu lekas pergi dengan melewati jendela kamarnya agar sang adik tidak mengetahui.
HUSH… hembusan angin kencang menemani Vee dan pedang kesayangannya ketika melewati atap setiap rumah warga. Vee menuju sekolah adiknya, ia khawatir jika serangan Chofa itu akan melibatkan adiknya. Oleh karena itu, ia harus menumpas Chofa yang ada di sekolah terlebih dahulu.
Tibalah Vee di atap sekolah adiknya, sebuah SMP yang terlihat lumayan besar dengan lapangan yang cukup untuk tiga pertandingan bola volly sekaligus. Semua gedung menghadap ke arah lapangan serta mengelilinginya. Itu dia, Vee melihat sesosok Chofa di tengah lapangan, Chofa itu masih tak memiliki wujud, tubuhnya abstrak dan sedang bersiap memakan salah satu jiwa dari seorang satpam yang sudah menggantung di atas mulut Chofa tersebut.
“Tolong!” teriak satpam yang bisa memekakan telinga, sebuah teriakan manusia yang sudah berada di ambang nyawanya.
Vee dengan sigap meluncur sekuat tenaga untuk menahan Chofa tersebut dari memakan manusia yang sudah ada di atas mulutnya. Namun, tubuh Vee terpelanting karena sebuah tendangan misterius yang telak mengenai bagian perutnya. Vee terjatuh, tersungkur di lapangan dekat dengan Chofa yang sudah bersiap menelan salah satu mangsanya itu. Vee segera bangkit dan masih memiliki tekad untuk menyelamatkan penjaga sekolah yang masih berteriak minta tolong itu. Namun naas, seorang lelaki menahan tubuh Vee, mendudukinya di bagian perut dengan cepat tanpa Vee sadari, tubuh Vee kini tak bisa bergerak.
“Minggir, Kau!” seru Vee dengan suara nyaring dan bergema karena mulutnya juga hanya terdiri dari tulang-belulang. “Aku ingin menyelamatkannya!”
“Kau keluarga Avalos, ya? Pantas saja sangat lemah,” kata pria tersebut kemudian berdiri, membuat Vee bisa bergerak kembali. Namun….
“Tolong!” itu adalah teriakan terakhir penjaga sekolah sebelum seluruh tubuhnya masuk ke dalam rongga mulut Chofa.
Vee mendelik bingung, baru kali ini niatnya untuk menyelamatkan manusia dari Chofa dihalangi. “A-” kalimat Vee terpotong ketika Chofa yang ada di hadapannya itu mulai menunjukkan sebuah reaksi yang sudah lama tidak Vee lihat. “Dia akan memiliki wujud, kau larilah!” seru Vee pada lelaki yang entah ia tak tahu siapa.
“Hahaha!” lelaki itu tertawa, membuat Vee waspada lalu dengan cepat mundur beberapa langkah dari lelaki tersebut. “Inilah yang aku tunggu.”
WUSH!BRAKG!Sebuah hantaman ke arah Vee dan lelaki misterius dari Chofa yang sedang mencoba untuk mencapai wujudnya, mereka berdua dapat menghindari itu dengan meloncat ke atap gedung sekolah. Saat Vee mulai menyiapkan kuda-kuda dengan pedangnya, sesuatu seperti es tiba-tiba menjalar di depan Vee, menghalangi aksinya. Melihat lelaki misterius itu memiliki kekuatan di atas manusia biasa, Vee pun penasaran dengannya. “Kau dari keluarga Ice?” tanya Vee sembari mengembalikan tubuhnya ke keadaan rileks.“Sudah jelas, bukan?” balas lelaki itu. “Aku adalah Lava-”“Kenapa kau membiarkan Chofa itu memakan jiwa penjaga sekolah barusan!?” potong Vee dengan nada marah, ia tak bisa menampakkan raut dengan wajah tengkorak yang mengerikan itu.“Hey… aku tidak tahu jika ada pemburu Chofa yang masih melawan Chofa sebelum mendapatkan wujudnya-”“Apa kau bilang!?” Vee memberikan pu
Chofa lahir beratus-ratus tahun yang lalu, tak ada yang tahu kapan kemunculan persis pertamanya. Namun ada sebuah cerita turun temurun yang melegenda tentang kelahiran awal mula Chofa yang tadinya tak ada. Konon katanya, ada manusia yang berteman baik dengan iblis, dia adalah seorang pria bernama Anar. Anar memiliki kemampuan unik dengan bisa memasuki dunia selain dunia manusia sesukanya, termasuk dunia tempat iblis berada.Pertama kali Anar mengetahui kekuatannya saat dia berusia tiga belas tahun, saat itu, sebuah lubang hitam muncul di hadapan Anar ketika dia mengarahkan kedua telapak tangan ke depan. Bocah yang baru genap tujuh tahun itu awalnya takut dengan kejadian yang ia alami, namun lama kelamaan ia semakin penasaran dengan lubang hitam yang selalu muncul jika ia dengan sengaja mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan. Suatu ketika, Anar memasuki lubang hitam yang misterius tersebut. Anar berhasil masuk, tubuhnya seolah terseret dengan cepat ke dalam lubang hitam.
Anar menghabiskan waktunya di Dunia Iblis dengan rasa penasaran tinggi, meski awalnya banyak Ras Iblis mendelik bingung-mengapa ada manusia di dunia tersebut? Namun lama kelamaan pikiran-pikiran itu sirna, Anar bisa menunjukkan jika dia hanyalah anak kecil biasa. Ditambah banyak kaki-tangan Verte yang menjelaskan pada warga desa mengenai Anar, di mana ia hanyalah seorang anak manusia yang tersesat dan akan dikembalikan nanti.Iblis bisa berbahasa manusia namun Anar tidak bisa mengerti atau mengucapkan bahasa yang digunakan iblis, oleh karena itu, Anar diberi kemampuan untuk memahami bahasa yang digunakan iblis.Anar mempunyai teman sebayanya bernama Greill, Greill adalah iblis wanita yang berumur tiga belas tahun-sama seperti Anar saat itu. Greill memiliki fisik seperti manusia namun berpasang tanduk hitam seperti iblis pada umumnya. Greill juga memiliki tampang seperti manusia yang membuatnya menarik sebagai seorang wanita.Greill mengenalkan banyak hal mengena
Vee menyusuri kota dengan bentuk setengah iblisnya, membawa serta pedang di tangan kanan untuk bersiaga jika ada Chofa yang mendadak ia temukan. Vee melompati setiap gedung, menikmati angin malam yang namun tenang. Tudung hitam selalu menutupi kepala tengkoraknya agar tidak diketahui orang.Tengah malam sudah tiba, dan tidak ada Chofa yang ditemukan Vee malam itu, ia memutuskan untuk kembali ke rumah tuk beristirahat. Vee tetaplah manusia yang membutuhkan tidur. Dalam perjalanan pulang menuju rumah, Vee tidak menemukan hal yang mencurigakan seperti tanda-tanda kemunculan Chofa atau apa pun. Biasanya, Vee akan menangani Chofa yang ia temukan terlebih dahulu meski dalam perjalanan pulang, ia tidak mungkin bisa tidur nyenyak jika mendapati Chofa yang belum ia basmi.Vee terlebih dahulu memastikan jika adiknya sudah tertidur nyenyak lewat jendela yang bisa ia intip, meski kamar tersebut gelap, Vee bisa menggunakan cahaya biru dari matanya untuk menerangi penglihatan. Setel
Satu pelanggan terlayani dengan puas, membawa dua buah anakan lidah mertua. Vee kembali duduk, menghembuskan napas perlahan kemudian mengeluarkannya kembali secara perlahan pula. Terus berulang sampai dirinya benar-benar tenang. Matanya kembali menutup untuk mencoba kembali masuk ke dalam alam bawah sadar dan bertemu dengan sosok wanita aneh di alam berwarna penuh putihnya.Lama sekali Vee menutup mata, namun tak kunjung ia menuju apa yang ia inginkan. Tubuhnya masih sadar sekitar, dunia penuh dengan warna putih itu tak kunjung datang. Vee pun bosan dengan sendirinya, menutup mata terlalu rapat membuat otot kelopak matanya lelah. Sejenak ia buka kedua mata, lalu melihat pemandangan sekitar, banyak tanaman di luar toko yang bertujuan agar tanaman-tanaman tersebut mendapatkan sinar matahari, di seberang sana jalanan cukup sepi, hanya beberapa motor berlalu lalang yang sesekali melirik toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” itu.Setelah pikiran Vee kembali tenang,
Azamy berdiri dari tempat duduknya, mengarahkan tangan ke arah ular raksasa kemudian ular tersebut lenyap menjadi abu hitam, berterbaran di atas tanah putih yang seperti jelly. “Kristal tersebut memang tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan manusia biasa, aku hanya menguji bagaimana ekspresimu saat mengetahui jika suatu kemungkinan itu hilang.” Azamy berjalan mendekat ke arah Vee, sementara sang Gadis Cantik meniadakan siaga kemudian berdiri seperti biasanya. “Bisa menyentuh kristal itu tanpa bantuan kekuatan iblis saja sudah mengagumkan. Kembalilah!” seru Azamy. Vee mengangguk kemudian badannya tiba-tiba saja menghilang dari dunia putih tersebut. *** Feri pulang, disambut Vee yang sudah menduga jika adiknya akan pulang sekolah saat matahari masih di puncak, hari masih siang. “Kakak pasti bingung kenapa aku pulang siang lagi, kan?” tebak iseng sang Adik. Vee membalasnya dengan gelengan. “Kakak tah
Chofa sangat tertarik dengan emosi negatif manusia. Marah, kesal, dendam,putus asa, iri, benci dan masih banyak lagi. Chofa akan mendekati manusia-manusia yang sedang dalam emosi tersebut. Mengajak mereka untuk terjerumus ke suatu tindakan yang menjadi ujung dari sebuah kehidupan, membunuh atau dibunuh. Chofa tidak akan memakan jiwa-jiwa manusia yang memiliki emosi negatif kuat, ia akan merasuki manusia-manusia tersebut dan menjadikannya sebagai tameng untuk bisa bertahan hidup dari kemusnahan dua kali.Saat emosi negatif manusia meninggi, saat itulah Chofa sangat memiliki cela lebar untuk masuk. Setelah seorang manusia dirasuki oleh Chofa, manusia tersebut tidak lagi utuh, kebanyakan dari tindakannya dikuasai Chofa, aura hitamnya pun akan terasa kental, apalagi saat hari semakin malam.Anak perempuan yang dirasuki oleh Chofa dan sedang berhadapan dengan Lava juga Vee itu adalah Fira. Fira memiliki kehidupan yang begitu menyesakkan hati. Ayah dan ibunya sudah pisah sem
Lava menyerang dengan cepat ke arah anak perempuan yang sedang dirasuki Chofa di hadapannya tersebut, sementara Vee masih tidak tega jika harus benar-benar membunuh anak itu untuk mengalahkan Chofa, ia masih memutar otak.Sebuah pukulan dahsyat dilancarkan Lava dengan kepalan berlapis es, namun sebuah benda hitam yang sedari tadi menyelimuti anak perempuan itu menahannya, malah Lava dibuat terpental jauh hingga menabrak pembatas lapangan. Tapi seperti Lava yang biasanya, dia tersenyum karena mendapatkan lawan yang kuat. “Sepertinya, kau lawan yang cocok untukku,” kata Lava sembari kembali berdiri. Kemudian dia kembali menyerang, kali ini semua lengannya dilapisi oleh es, lengan kanannya memiliki es yang runcing setajam pedang. SLASH! Lava berusaha menebas ke arah anak perempuan itu, namun masih digagalkan oleh benda hitam yang selalu melindunginya. Lagi, Lava terpental karena sebuah hantaman dari benda hitam. Lelaki dari keluarga Ice itu belum menyerah, ia kembali