"Jangan takut, Nona Yue. Tuan Muda ini pastinya akan berhati-hati dengan pelayan Nona Yue. Lagipula Qibo ini hanya akan melakukan satu gerakan." Qibo meyakinkan, dengan dagu terangkat ia berdiri agak jauh di depan Aaron.
Nona Yue menghela napas, sangat di sayangkan jika terjadi sesuatu dengan anak itu. Ia cukup cekatan dan bertenaga, akan sangat berguna di perjalanan. Namun berbeda dengan Yue, kakaknya Xia terlihat sangat antusias. Ia memang menyukai pertunjukkan semacam itu. Melihat upaya nona Yue gagal, Aaron menarik napas berat, sepertinya ia tidak bisa menghindari hal ini. Sementara Yue meliriknya dengan raut wajah kasihan. Ia menyesalkan saudari perempuannya yang memprovokasi Qibo untuk menunjukkan jurus klannya, hanya karena Qibo mengatakan ia telah mempelajari teknik terbaik klannya itu di usianya yang masih muda. "Apa kamu siap?" tanya Qibo kepada Aaron, namun ia mengambil sikap menyerang bahkan sebelum Aaron menjawab. Aaron hanya berdiri diam, mata jernihnya tajam memperhatikan gerakan tangan Qibo. Ia merasakan luapan Qi yang keluar dari tubuh Qibo dan berkumpul di kedua telapak tangannya. Matanya menyipit, Qi berwarna kuning di tangan Qibo perlahan mulai berubah bentuk menjadi tiga buah tombak Qi di depannya. Terdengar suara menderu saat tombak itu berputar. "Bahkan ia telah mampu mengubah Qi energinya menjadi bentuk senjata," ujar Luche memberikan sanjungan. "Bakat tuan Qibo memang dianugerahi langsung oleh surga." "Saat ini, saya baru bisa mengaktiflan tiga buah tombak. Tetapi di antara pemuda seusia saya, kebetulan hanya Qibo ini yang bisa melakukannya," ujar Qibo dengan bangga. Pada puncak seni keterampilan ini, seorang kultivator ranah Mortal Langit akan dapat menampilkan seribu tombak sekaligus. Itu adalah tekhnik klan Arsena yang legendaris. Ranah Mortal langit berada beberapa tingkat di atas mortal jiwa. Tetapi nona Yue sama sekali tidak tertarik, ia lebih mencemaskan anak itu sekarang. Jika tombak-tombak itu mengenainya, bisa dipastikan seseorang dengan ranah di bawah Mortal Jiwa akan mendapatkan cedera serius, hal terburuk anak laki-laki itu bisa mati seketika. Berbeda dengan nona Xia dan yang lainnya, mata mereka berbinar membayangkan apa yang akan terjadi. Suara menderu terdengar semakin kuat, tombak itu berputar cepat dan dalam satu hentakkan tangannya, Qibo mendorong ke depan. Wuusshhh! Secepat kilat ketiga tombak tersebut meluncur deras, terarah langsung menuju dada Aaron. Kecepatan tombak itu membuat debu-debu berterbangan seperti angin puyuh. Semua orang bergidik, tidak seperti yang Qibo katakan sebelumnya bahwa ia akan menahan diri dan menekan kekuatannya, serangan itu sendiri bahkan terlihat dilakukan dengan kekuatan penuh dan gerakan menghancurkan. Baammm!!! Terdengar suara ledakan keras, seketika tempat hantaman itu terjadi diselimuti debu. Semua orang menanti dengan antisipasi, Yue terlihat cemas. Sementara yang lainnya menunggu awan debu menghilang untuk mengetahui apa yang terjadi pada anak itu. Qibo sendiri telah memperkirakan bahwa anak laki-laki itu akan terbaring berlumuran darah di tanah. Sama seperti semua orang menunggu awan debu itu menghilang, perlahan terlihat bayangan seseorang di dalam kabut masih berdiri tegak. Yue dan yang lainnya terperangah. Alih-alih melihat tubuh terbaring berlumuran darah, sepasang mata jernih dan tajam terlihat memandang mereka dengan tubuh masih berdiri kokoh. Tidak terlihat sedikit pun cedera padanya, bahkan pakaiannya pun seperti tidak tersentuh. Hanya satu jawaban untuk menjelaskan ini, jika tubuh anak itu tidak sangat kuat berarti ranah kultivasinya harus sama dengan Qibo sendiri. Qibo tertegun, wajahnya menjadi gelap. Ia sama sekali tidak menyangka anak tersebut mampu memblokir serangannya, meskipun itu tidak dengan seluruh kekuatannya, tetapi itu adalah teknik terkuatnya. "Oh, ternyata kamu memiliki sedikit kemampuan." Suara Qibo terdengar gusar, ia merasa sangat tidak puas. Sangat memalukan bahwa pertunjukkannya di depan nona Yue telah digagalkan oleh bocah ini. Aaron segera maju dengan langkah santai ke depan. Menangkupkan kedua tangan ia berkata, "Serangan Tuan Qibo benar-benar kuat. Hanyalah keberuntungan saya tidak terluka dalam hal ini." Setelah mengatakan itu Aaron langsung membalikkan tubuhnya. Mengabaikan keping perak di tanah dan hendak berjalan menjauh, ia tidak ingin terlibat masalah lebih lanjut. "Tunggu, saya katakan ini selesai kalau sudah berakhir!" sergah Qibo sambil mengangkat satu tangannya mengisyaratkan ia belum selesai. Aaron tidak menghiraukannya dan terus berjalan. Melihat tuan mudanya diabaikan, Luche berteriak marah lalu bergegas mengejar. "Sampah! Apa kau tidak mendengar Tuan Qibo memanggilmu!" Dengan berteriak ia memburu ke depan. Aaron berhenti, dipanggil sampah matanya berkilat marah, namun ia meredam amarahnya. "Bukankah tuanmu mengatakan hanya satu serangan?" tanya Aaron tanpa menoleh. "Berdiri di sini dan jangan banyak tanya!" bentak Luche. "Omong-kosong." Aaron menggelengkan kepalanya dan akan pergi. Namun saat itu juga ia merasakan angin serangan datang dari belakang. Luche melancarkan pukulan ganas dengan kultivasi mortal raganya tingkat delapan. Merasakan itu, Aaron memutar tubuhnya, tinju itu lewat di samping kepalanya. Sangat malu serangannya gagal, Luche melayangkan satu lagi pukulan tepat ke arah kepala Aaron. Aaron menunduk dan lagi-lagi serangan itu hanya mengenai kekosongan. Terlalu banyak kesempatan bagi Aaron membalas, tetapi untuk menghindari masalah ia hanya mengelak dan menahan diri. Justru hal itu yang membuat Luche menjadi semakin kalap. Merasa kehilangan muka di depan tuan mudanya, ia menyerang dengan membabi buta. Tapi jangankan mengenai tubuh Aaron, menyentuh pakaiannya saja tidak dapat ia lakukan. Yue dan yang lainnya terperangah melihat kelincahan anak laki-laki tersebut. Bagaimana mungkin seseorang dengan status rendah memiliki keterampilan seperti itu? Untuk berkultivasi memerlukan sumber daya yang banyak dan mahal, hanya pemuda-pemuda berbakat dari klan yang kaya-raya yang bisa mengakomodasi sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai ranah lanjut dalam usia yang sangat muda. Terengah-engah Luche berteriak, "Bajingan! cepat berlutut kepada Tuan Qibo, atau kau akan merasakan akibatnya!" Putus asa ia mengisyaratkan di dalam kata-katanya untuk Qibo turun tangan membelanya. Mendengar itu, Qibo segera mendekat, diikuti gadis-gadis yang juga menonton. "Ternyata anak ini tidaklah biasa saja." Terdengar suara seorang gadis tertawa sambil menutup mulutnya. Tubuh idealnya yang mempesona terbalut gaun merah muda dengan lekukan yang dalam di beberapa bagian. Gadis itu adalah nona Maye, sepupu dari Qibo yang juga akan mengikuti ujian akademi. Telinga Qibo terasa panas. Ia diejek oleh sepupunya sendiri, namun tidak mengatakan apa-apa untuk membalasnya. Gadis itu memiliki status yang lebih tinggi dari dirinya sendiri di klan. "Hanya satu serangan lagi, maka ini kuanggap selesai," ujar Qibo setelah berdiri tidak jauh di depan Aaron. Nona Yue yang merasa ini sudah agak melampaui batas, bergegas maju dan berdiri di depan Aaron. "Cukup, Tuan Qibo. Yue ini sudah melihat kehebatan teknik Murka Tombak klan Arsena, jadi tidak perlu untuk di lanjutkan lagi." Melihat gadis pujaannya berdiri untuk seorang pelayan rendahan, mendadak rasa cemburu meledak dari dalam hatinya. Dengan susah-payah ia berusaha menekan amarahnya. "Apakah Nona Yue bermaksud membela pelayan rendahan ini?" tanya Qibo dengan gusar. "Tidak sama sekali, hanya saja kami perlu bantuan tenaganya untuk melanjutkan perjalanan," jawab Yue memberi alasan. "Hahaha ... Qibo ini akan memberi dua pelayan untuk Nona Yue sebagai gantinya. Apa yang Nona katakan?" tawar Qibo yang merasa belum puas untuk mengakhiri ini. ...Aaron dan Celia semakin panik ketika mendengar hentakan langkah kaki mengguncang gua. Suara raungan kemarahan terus terdengar dan semakin mendekat. "Tampaknya kita harus bertarung melawan beruang itu," ucap Aaron meminta pendapat Celia. "Itu monster rank empat tingkat awal, sama kuatnya dengan Mortal Bumi. Kita tidak akan bisa melawannya," balas Celia menggelengkan kepalanya. Melihat ekspresinya, seperti ia telah melupakan semua yang terjadi sebelumnya. "Lalu, kamu punya ide?" tanya Aaron. Celia mematung, ia tidak menemukan rencana apa pun. Namun, saat ia memperhatikan sekeliling, tiba-tiba wajahnya mengernyit ketika melihat sesuatu di sisi air terjun. Aaron yang juga sedang memandang ke sana, langsung berseru, "Ada lubang di balik air terjun. Cepat ke sana!" Sebelum Celia menjawab, ia langsung melompat ke dalam kolam. Celia buru-buru mengikutinya, dan menyusul Aaron berenang menuju air terjun. Sesampai di air terjun, Aaron mengulurkan tangannya. Celia sedikit ragu ketika akhir
Begitu perasaan asing bergejolak di tubuhnya, Aaron menjadi gugup. Sementara di depannya Celia tampak kebingungan, wajahnya merona merah dan napasnya sedikit lebih intens. Ia menatap kepada Aaron. "A-apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara lirih, hampir seperti desahan. Mendengar suara tersebut, tubuh Aaron merinding. "A-Afrodisiak ..." Mata Celia membelalak lebar, seketika ia mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhnya. Perasaan panas dari bawah perutnya, dan tiba-tiba saja ia menjadi sangat sensitif. Ia tidak tahu jika bunga itu sebenarnya adalah Afrosisiak, yang dapat memicu rangsangan di dalam tubuh. "Cepat pergi dari pohon itu!" sergah Aaron menarik lengan gadis itu sambil mempertahankan kewarasannya. Namun, begitu tangannya menyentuh lengan Celia, seolah-olah tubuhnya tersengat aliran listrik dan menegang seketika. Demikian juga Celia yang merasakan hal yang sama, memekik tertahan dan tubuhnya terhuyung. Sebelum ia terjatuh, Aaron menyambut tubuh gadis itu. Tetapi sentuhan
Melihat ada bagian lain di dalam ruangan, Aaron menoleh kepada Celia. "Kita harus pindah ke dalam. Jika nanti beruang buas itu datang ke sini, aku takut dia akan membunuh kita berdua," ucap Aaron. Celia tampak bimbang, tetapi mengingat beruang itu memiliki kekuatan setingkat Mortal Jiwa puncak, atau bisa jadi Mortal Bumi, ia hanya mengangguk. Beruang Batu bulan itu bukan lawannya, bahkan jika dia tidak mengalami kecelakaan, tetap saja ia tidak percaya diri menghadapinya. Namun, ketika mencoba berdiri, tubuhnya terasa lemah. Wajahnya memerah ketika membayangkan bahwa ia akan memerlukan bantuan anak muda itu lagi untuk beranjak. Aaron mengetahui pikiran Celia, tetapi saat ini keselamatan mereka lebih penting. Tidak bertanya terlebih dahulu, ia bergerak mendekati gadis itu dan berjongkok, lalu meraih tubuhnya untuk membopongnya sekali lagi."Apa yang akan kau lakukan?" tanya gadis itu dengan panik. Aaron mengabaikan pertanyaan gadis itu, dan mengangkat tubuhnya. "Jangan banyak berger
Jantung Aaron berdegup, ia tidak memiliki banyak waktu dan harus segera pergi dari gua ini. Sebentar lagi Beruang Batu Bulan itu akan sadar dan kembali pulang. Dan setelah mengetahui buah yang dijaganya menghilang, tempat ini akan menjadi kerusuhan. Aaron memandangi wajah gadis itu, sebagiannya tertutup kain tipis. Namun, dari jarak sedekat ini, ia dapat melihat melalui penutup itu yang sedikit transparan. Wajahnya sangat cantik, bahkan melebihi Yue dan Maye. Mengabaikan pemikiran itu, Aaron terus menggesa langkahnya keluar dari gua. Sangat beruntung beruang besar itu belum kembali, tetapi ia harus pergi sejauh mungkin, dan tidak membiarkan dirinya ditemukan. Setelah berjalan cukup jauh, Aaron melihat sebuah celah yang tersembunyi di dasar tebing. Tidak pikir panjang, ia langsung membawa Celia ke celah tersebut. Celah itu sempit di bagian pintu masuknya, tetapi di dalam ternyata cukup luas, dengan langit-langit yang runcing ke atas, lantainya cukup rata dan terlihat nyaman.
Aaron mengawasi dengan saksama gua yang mereka intai dari balik batu. Berada dalam posisi yang begitu dekat dengan Celia depannya, aroma manis yang lembut menggoda penciuman Aaron. Gadis itu begitu harum. "Makhluk apa di dalam tempat itu?" tanya Aaron, ia dengan cepat menyingkirkan sedikit pikirannya yang teralihkan. "Seekor beruang besar, Beruang Bumi Kolosal," jawab Celia dengan wajah serius. "Beruang Bumi Kolosal?" Aaron terkejut. Beruang itu sangat alot dan susah ditundukkan. Tetapi kemudian memikirkan kelemahan beruang tersebut, mata Aaron berbinar. "Aku yang memancingnya pergi, kamu yang mengambil item di dalam gua," ucap Aaron mengemukakan usulnya. "Kamu?" Celia berbalik, tetapi begitu menyadari posisi Aaron sangat dekat dengannya, ia menggeser tubuhnya. "Kultivasimu tidak cukup. Monster itu level tiga puncak, setara dengan Mortal Jiwa tingkat tinggi. Kau akan mati dikejarnya."Aaron menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku pernah berhadapan dengan monster seperti itu
Aaron terus meloncat dari dahan ke dahan di dalam hutan, hingga tidak menyadari bahwa ia telah keluar jauh dari tempat semula berada. Hutan-hutan di sekitarnya tampak lebih lebat dan gelap, dan nyaris tidak terdengar suara orang lain di tempat itu.Tap!Dengan satu lompatan, Aaron mendarat di tanah dan memperhatikan sekitarnya. Pandangannya langsung menangkap tanaman obat di antara sela-sela batu—Daun Dewa, herbal yang bermanfaat untuk memperkuat fisik.Aaron dengan cepat mendekat, tetapi ketika tangannya terulur hendak meraihnya, tiba-tiba sebuah tangan halus muncul dari balik batu dan menangkap herbal tersebut.Aaron langsung terkejut dan melompat mundur. Pemilik tangan halus itu tampaknya juga terkejut, dan ia keluar dari balik batu."Siapa kamu?" tanyanya dengan heran.Aaron menatap sosok di depannya—seorang gadis memakai jubah yang sama dengannya, lengkap dengan penutup wajah yang menyembunyikan bagian mulut dan hidungnya. Meski begitu, Aaron yakin gadis ini sangat cantik."Aku s