Nona Yue berada di posisi yang berat, menolak Qibo akan dianggap tidak memberikan wajah kepadanya. Meskipun ia tidak takut, namun ia juga tidak bisa tidak memberikan muka kepada Qibo atas nama klannya. Klannya dan klan Qibo adalah dua dari empat klan besar yang menguasai wilayah tempat mereka berasal.
Dalam kebuntuan itu, tiba-tiba dua sosok mendekati, satu orang gemuk dan satu lagi tinggi tegap dengan jubah abu-abu. "Yue, Xia. Beri hormat sesepuh klan Arsena." Paman Hong memberi perintah kepada kedua gadis keponakannya. "Salam, Tuan Mutsa." Serempak kedua gadis itu menyatukan kedua telapak tangan di depan dada dan memberi hormat. Tuan Mutsa tertawa sambil mengusap janggutnya. "Sungguh anak-anak yang sopan," ujarnya. "Kalian bertiga juga beri hormat kepada Tuan Hong," suruh tuan Mutsa kepada Qibo dan kedua yang lainnya. Suaranya berat dan berwibawa. Tuan Mutsa adalah penatua yang memimpin rombongan untuk menjaga tiga orang tersebut diperjalanan. Paman Hong menyambut salam mereka dengan tersenyum, melirik sekilas ia melihat Aaron berada di sana. "Aaron, bantu Lei menyiapkan makan malam, bergegaslah!" perintahnya kepada Aaron. Memberi hormat, Aaron segera mundur dan berjalan pergi. Yue menghela napas lega, paman Hong pasti sekilas bisa mengerti situasinya. Perintahnya adalah penyelamat bagi Yue, dengan demikian ia terlepas dari kesulitan yang didapatkannya dari Qibo. Namun berbeda dengan Yue, Qibo dan Luche menunjukkan ekspresi tidak senang, mata mereka berkilat memandangi punggung Aaron yang berjalan menjauh. ... Aaron dengan bakat dan kecerdasannya yang luar biasa, meskipun tidak didukung oleh kekayaan dan sumber daya yang mumpuni dari klannya, ia adalah seorang anak muda yang bekerja dengan gigih dan pantang menyerah. Ayahnya telah mengajarkan bagaimana menghadapi kehidupan yang keras dengan tidak bergantung kepada orang lain. Hari-hari pelatihan kultivasinya dilakukan dengan tekun. Sumber daya ia dapatkan dengan cara mencarinya di dalam hutan bersama ayahnya, rumput roh, ramuan penguat tubuh dan inti monster bagi keperluan kultivasinya sendiri. Namun ia agak takjub dengan ibunya, meskipun klan mereka kecil, tetapi ibunya memiliki banyak keterampilan dan teknik yang bagus. Entah dari mana ibunya mendapatkan, Aaron hanya bisa mensyukuri. Di dalam kekurangan ia masih memiliki kelebihan pada hal lainnya. Paman Lei melemparkan sebuah bungkusan kepadanya, Aaron membuka dan menemukan selembar roti dan sepotong daging kering di dalamnya. "Jangan terlalu dekat dengan orang-orang itu, mereka suka menindas dan tidak menghargai orang," ujar Paman Lei kepadanya. Ia melihat seluruh kejadian antara Aaron dan Qibo. "Bukan niatku, Paman, tetapi mereka memaksa menjadikanku sansak latihannya," jawab Aaron. Ia memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya. Paman Lei terdiam, ia tahu Aaron benar. Beberapa saat kemudian nona Yue dan Xia datang menghampiri. Paman Lei telah menyiapkan meja kecil untuk mereka berikut beberapa makanan di atasnya. Yue dan Xia memandangi Aaron yang terlihat rakus melahap makanannya. "Sudah berapa hari kamu tidak makan?" Suara Xia terdengar ketus mengejutkan Aaron. Ia menoleh, setelah memastikan nona Xia berbicara kepadanya, Aaron jadi tersipu. "Maaf, Nona, saya kelaparan," balasnya sambil tertawa. Namun Xia hanya memandang dengan dingin. Merasakan Xia bukan bermaksud beramah-tamah, Aaron meluruskan duduknya. Ia mengubah cara makannya dengan lebih pelan. "Makanlah perlahan, nanti kamu bisa tersedak kalau buru-buru." Suara manis dan menyenangkan terdengar mengingatkannya. Aaron melirik pemilik suara tersebut, Nona Yue memandangnya dengan ramah. "Terima kasih, Nona," balas Aaron singkat. "Ini masih ada makanan kalau kamu belum kenyang." Yue menunjuk sepiring daging kering di atas mejanya. Sejujurnya sepotong daging dan roti yang diberikan paman Lei belum mengenyangkannya, tetapi mengingat ekpsresi dingin nona Xia, ia merasa sungkan untuk menerima tawaran Yue. "Tidak, ini sudah cukup, Nona Yue," tolak Aaron. "Siapa namamu?" tanya Yue. "Aaron," jawabnya dengan mulut penuh makanan. "Apa tujuanmu pergi ke kota?" tanya Yue lagi. Menelan sekaligus Aaron menjawab, "Aku mendengar akademi akan menerima siswa baru, jadi saya ke kota untuk mendaftar." Xia mengernyitkan kening. "Apa kultivasimu?" ia bertanya dengan suara yang terdengar agak ketus. "Aku baru naik ke tingkat Mortal Jiwa sehari sebelum berangkat ke kota, Nona," jawab Aaron sambil mengelap mulutnya, ia agak malu dengan cara makannya yang kasar. "Tingkat pertama?" tanya Xia lagi. Aaron mengangguk. Xia dan Yue takjub, mereka telah mengira kalau Aaron berada di ranah Mortal Jiwa, namun tidak menyangka hanya tingkat pertama. Untuk menghadapi serangan Qibo seharusnya ia haruslah di peringkat yang sama untuk memblokir Qibo. "Aku hanya beruntung tuan muda Qibo tidak menggunakan kekuatan penuhnya," jawab Aaron merendah ketika Xia bertanya bagaimana ia bisa memblokir serangan Qibo yang berada pada tahap kedua ranah Mortal Jiwa. Xia percaya, meskipun ia agak takjub dengan kejadian itu, namun ia tidak terlalu memikirkannya. Dengan ketekunan dan kecerdasan seseorang untuk mencapai hal baik pada permulaan, hasil akhirnya tetaplah pada dukungan sumber daya klan. Tanpa sumber daya untuk berkultivasi tentu saja ujung-ujungnya sang genius hanya akan menjadi biasa-biasa saja. Melihat penampilan Aaron, ia telah memutuskan bahwa anak itu hanya akan mentok dan sulit untuk maju. "Apakah kamu sudah menyiapkan persyaratan untuk ikut ujian?" tanya Xia. Aaron tercengang. "Persyaratan apa?" Ia sama sekali tidak tahu bahwa harus menyiapkan persyaratan. "Tiga rumput roh fajar, sepuluh kristal kultivasi tingkat rendah dan inti monster tingkat satu," jawab Xia. Wajah Aaron berubah jelek. "Aku tidak tahu kalau harus membawa segala persyaratan seperti itu," ujarnya. Persis seperti dugaan Xia, bahkan anak itu tidak menyiapkan persyaratan untuk ikut ujian akademi. Aaron tercenung, tiga rumput roh dan inti monster masih bisa diusahakannya. Untuk kristal kultivasi? Ia tidak tahu bagaimana mencarinya, Aaron sakit kepala sekarang. Kristal kultivasi adalah sebuah batu kristal sebesar jempol orang dewasa yang berisi energi untuk diserap kultivator. Cara itu akan lebih efektif daripada menyerap Qi dari alam, karena di dalam kristal tersebut tersimpan Qi instant. Kristal ini pun di bagi tiga tingkatan, kelas rendah, menengah dan tinggi. Jumlah energi Qi yang terdapat di dalamnya mengikut tingkatannya. Kristal akan langsung menjadi abu begitu Qi di dalamnya habis terserap. Namun, tentu saja tidak mudah untuk mendapatkan kristal tersebut. Jika satu koin emas adalah sepuluh koin perak, maka satu butir kristal kultivasi sama dengan sepuluh koin emas, dan itu masih kristal tingkat rendah. Harga sebanyak itu tidak terjangkau bagi Aaron. Nona Yue memperhatikan semua percakapan itu, hatinya merasa kasihan. "Jadi kamu berjalan kaki sejauh itu hanya untuk ke akademi?" tanya Yue mengalihkan topik, seharusnya ia sudah tahu jawabannya. Aaron mengangguk lemah, bagaimanapun ia memikirkan kristal itu sekarang, raut wajahnya terlihat kebingungan. Aaron merogoh kantong jubahnya dan mengeluarkan selembar kertas lusuh, ada bagian yang telah robek. Yue tertegun, ia tahu itu adalah selebaran akademi yang ditempel di dinding kota. "Kamu mendapatkan informasi dari selebaran itu?" tanya Yue. "Benar, Nona," jawab Aaron. "Tetapi seharusnya di situ tertulis persyaratannya. Coba kulihat," pinta Yue. Aaron berdiri dan berjalan ke depan, memberikan kertas itu ia duduk kembali ke tempatnya semula. Yue mengamati kertas di tangannya, sangat lusuh dan bagian bawah yang seharusnya tertulis persyaratan itu telah hilang. "Di mana kamu mendapatkan ini?" tanya Yue. Mengingat kejadian di mana ia mendapatkan kertas tersebut, raut muka Aaron jadi agak malu. "Itu tergeletak di jalan dan aku mengambilnya," jawab Aaron jujur. Yue terhenyak, ia seperti kehilangan kata-kata. "Daripada memikirkan apa yang tidak bisa dijangkau, kenapa kamu tidak mengikuti paman Hong saja?" Tiba-tiba Xia menyela dan memberi saran. Ia berpikir bocah laki-laki itu terlalu sembrono dan ceroboh. ...Aaron dan Celia semakin panik ketika mendengar hentakan langkah kaki mengguncang gua. Suara raungan kemarahan terus terdengar dan semakin mendekat. "Tampaknya kita harus bertarung melawan beruang itu," ucap Aaron meminta pendapat Celia. "Itu monster rank empat tingkat awal, sama kuatnya dengan Mortal Bumi. Kita tidak akan bisa melawannya," balas Celia menggelengkan kepalanya. Melihat ekspresinya, seperti ia telah melupakan semua yang terjadi sebelumnya. "Lalu, kamu punya ide?" tanya Aaron. Celia mematung, ia tidak menemukan rencana apa pun. Namun, saat ia memperhatikan sekeliling, tiba-tiba wajahnya mengernyit ketika melihat sesuatu di sisi air terjun. Aaron yang juga sedang memandang ke sana, langsung berseru, "Ada lubang di balik air terjun. Cepat ke sana!" Sebelum Celia menjawab, ia langsung melompat ke dalam kolam. Celia buru-buru mengikutinya, dan menyusul Aaron berenang menuju air terjun. Sesampai di air terjun, Aaron mengulurkan tangannya. Celia sedikit ragu ketika akhir
Begitu perasaan asing bergejolak di tubuhnya, Aaron menjadi gugup. Sementara di depannya Celia tampak kebingungan, wajahnya merona merah dan napasnya sedikit lebih intens. Ia menatap kepada Aaron. "A-apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara lirih, hampir seperti desahan. Mendengar suara tersebut, tubuh Aaron merinding. "A-Afrodisiak ..." Mata Celia membelalak lebar, seketika ia mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhnya. Perasaan panas dari bawah perutnya, dan tiba-tiba saja ia menjadi sangat sensitif. Ia tidak tahu jika bunga itu sebenarnya adalah Afrosisiak, yang dapat memicu rangsangan di dalam tubuh. "Cepat pergi dari pohon itu!" sergah Aaron menarik lengan gadis itu sambil mempertahankan kewarasannya. Namun, begitu tangannya menyentuh lengan Celia, seolah-olah tubuhnya tersengat aliran listrik dan menegang seketika. Demikian juga Celia yang merasakan hal yang sama, memekik tertahan dan tubuhnya terhuyung. Sebelum ia terjatuh, Aaron menyambut tubuh gadis itu. Tetapi sentuhan
Melihat ada bagian lain di dalam ruangan, Aaron menoleh kepada Celia. "Kita harus pindah ke dalam. Jika nanti beruang buas itu datang ke sini, aku takut dia akan membunuh kita berdua," ucap Aaron. Celia tampak bimbang, tetapi mengingat beruang itu memiliki kekuatan setingkat Mortal Jiwa puncak, atau bisa jadi Mortal Bumi, ia hanya mengangguk. Beruang Batu bulan itu bukan lawannya, bahkan jika dia tidak mengalami kecelakaan, tetap saja ia tidak percaya diri menghadapinya. Namun, ketika mencoba berdiri, tubuhnya terasa lemah. Wajahnya memerah ketika membayangkan bahwa ia akan memerlukan bantuan anak muda itu lagi untuk beranjak. Aaron mengetahui pikiran Celia, tetapi saat ini keselamatan mereka lebih penting. Tidak bertanya terlebih dahulu, ia bergerak mendekati gadis itu dan berjongkok, lalu meraih tubuhnya untuk membopongnya sekali lagi."Apa yang akan kau lakukan?" tanya gadis itu dengan panik. Aaron mengabaikan pertanyaan gadis itu, dan mengangkat tubuhnya. "Jangan banyak berger
Jantung Aaron berdegup, ia tidak memiliki banyak waktu dan harus segera pergi dari gua ini. Sebentar lagi Beruang Batu Bulan itu akan sadar dan kembali pulang. Dan setelah mengetahui buah yang dijaganya menghilang, tempat ini akan menjadi kerusuhan. Aaron memandangi wajah gadis itu, sebagiannya tertutup kain tipis. Namun, dari jarak sedekat ini, ia dapat melihat melalui penutup itu yang sedikit transparan. Wajahnya sangat cantik, bahkan melebihi Yue dan Maye. Mengabaikan pemikiran itu, Aaron terus menggesa langkahnya keluar dari gua. Sangat beruntung beruang besar itu belum kembali, tetapi ia harus pergi sejauh mungkin, dan tidak membiarkan dirinya ditemukan. Setelah berjalan cukup jauh, Aaron melihat sebuah celah yang tersembunyi di dasar tebing. Tidak pikir panjang, ia langsung membawa Celia ke celah tersebut. Celah itu sempit di bagian pintu masuknya, tetapi di dalam ternyata cukup luas, dengan langit-langit yang runcing ke atas, lantainya cukup rata dan terlihat nyaman.
Aaron mengawasi dengan saksama gua yang mereka intai dari balik batu. Berada dalam posisi yang begitu dekat dengan Celia depannya, aroma manis yang lembut menggoda penciuman Aaron. Gadis itu begitu harum. "Makhluk apa di dalam tempat itu?" tanya Aaron, ia dengan cepat menyingkirkan sedikit pikirannya yang teralihkan. "Seekor beruang besar, Beruang Bumi Kolosal," jawab Celia dengan wajah serius. "Beruang Bumi Kolosal?" Aaron terkejut. Beruang itu sangat alot dan susah ditundukkan. Tetapi kemudian memikirkan kelemahan beruang tersebut, mata Aaron berbinar. "Aku yang memancingnya pergi, kamu yang mengambil item di dalam gua," ucap Aaron mengemukakan usulnya. "Kamu?" Celia berbalik, tetapi begitu menyadari posisi Aaron sangat dekat dengannya, ia menggeser tubuhnya. "Kultivasimu tidak cukup. Monster itu level tiga puncak, setara dengan Mortal Jiwa tingkat tinggi. Kau akan mati dikejarnya."Aaron menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku pernah berhadapan dengan monster seperti itu
Aaron terus meloncat dari dahan ke dahan di dalam hutan, hingga tidak menyadari bahwa ia telah keluar jauh dari tempat semula berada. Hutan-hutan di sekitarnya tampak lebih lebat dan gelap, dan nyaris tidak terdengar suara orang lain di tempat itu.Tap!Dengan satu lompatan, Aaron mendarat di tanah dan memperhatikan sekitarnya. Pandangannya langsung menangkap tanaman obat di antara sela-sela batu—Daun Dewa, herbal yang bermanfaat untuk memperkuat fisik.Aaron dengan cepat mendekat, tetapi ketika tangannya terulur hendak meraihnya, tiba-tiba sebuah tangan halus muncul dari balik batu dan menangkap herbal tersebut.Aaron langsung terkejut dan melompat mundur. Pemilik tangan halus itu tampaknya juga terkejut, dan ia keluar dari balik batu."Siapa kamu?" tanyanya dengan heran.Aaron menatap sosok di depannya—seorang gadis memakai jubah yang sama dengannya, lengkap dengan penutup wajah yang menyembunyikan bagian mulut dan hidungnya. Meski begitu, Aaron yakin gadis ini sangat cantik."Aku s