Aaron adalah seorang pemuda yang tak punya nama besar atau klan yang memiliki segalanya. Tapi tekadnya membawanya ke dunia yang keras, di mana para kultivator saling bersaing untuk menjadi yang terkuat. Dengan mimpi sederhana untuk bergabung dengan akademi legendaris, dia menghadapi tantangan yang tak pernah dia duga: pertempuran hidup dan mati, musuh dengan kekuatan luar biasa, dan sekutu yang mungkin tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Namun, saat kekuatan sesungguhnya di dalam dirinya mulai bangkit, Aaron menyadari bahwa ambisinya akan membawanya pada nasib yang jauh lebih besar—mungkin bahkan mengubah dunia kultivasi selamanya.
View MoreLangkah laki-laki muda itu tegas berjalan di bawah teriknya matahari, kepalanya dibaluti sehelai kain untuk menghalangi sengatan panas yang mendera. Buntalan kain usang yang tersandang di bahunya menjadi serasi dengan jubah hijau yang telah agak kecokelatan ditempeli debu di mana-mana.
Aaron, masih berusia sekitar 17 tahun, berasal dari dusun terpencil di sebuah kaki gunung tempat keluarga dan klannya berada. Tujuannya adalah ke kota untuk mendaftar menjadi murid sebuah akademi karena beberapa hari lagi penerimaan siswa baru akademi terkenal di negeri itu akan segera dibuka. Terus berjalan dengan langkahnya yang tegas, tiba-tiba terdengar suara derap pacu kuda dari kejauhan, Aaron berhenti dan menoleh ke belakang. Konvoi kereta tampak berlari mendekat, debu-debu membubung tinggi mengikuti iring-iringan kereta tersebut. Anak muda itu memundurkan dirinya ke pinggir jalan. Selalu seperti ini setiap ada kuda atau kereta yang lewat, ia akan berhenti dan menonton di tepi jalan. Mengagumi kekuatan kuda-kuda dan juga orang-orang yang menungganginya. Sesekali jika beruntung, ada saja orang baik yang melemparkan sesuatu untuknya, entah itu sepotong kue, atau sekantong air. Namun sesekali ia juga akan menemukan orang-orang jahat, yang melayangkan cambuk panjang dari atas kudanya, memperingatkannya untuk menyingkir jauh-jauh. Biasanya para prajurit atau pengawal pejabat kerajaan yang berkendara membawa keluarga tuan besarnya. Matanya hampir tidak berkedip memandangi gerbong pertama, tirai gerbong kereta tersebut sedikit terbuka. Di dalamnya seorang pria gendut nampak duduk dengan malas. Matanya sedikit tertegun melihat anak laki-laki muda itu, namun segera kereta itu berlalu. Beberapa saat kemudian kereta kedua lewat, memperhatikan ke balik tirai yang terbuka, pandangannya bertatapan langsung dengan sepasang mata jernih milik seorang gadis seusianya. Seakan tersihir oleh pemandangan itu, Aaron tidak mampu mengalihkan pandangannya. Gadis itu begitu lembut dan kulitnya sehalus sutra, wajahnya mencerminkan kemurnian yang terhormat, dengan hidung sedikit mancung dan bulu mata yang berkibar, rambut hitam lurusnya sedikit tergerai di pipinya yang halus. Aaron belum pernah melihat kecantikan seperti itu sebelumnya. Berdegup, laki-laki muda itu menyadari kesalahannya, ia menundukkan pandangan. Jika gadis itu adalah keluarga orang besar, takutnya pengawal mereka tidak akan menerima putri majikannya dipandang dengan lancang. Itu adalah hal yang tidak sopan untuk orang kecil memandang langsung keluarga besar yang tidak dikenalinya, apalagi jika itu adalah seorang gadis terhormat. Ketika kereta gadis itu berlalu. Aaron melayangkan pandangan ke gerbong yang ketiga, namun itu hanyalah sebuah kereta barang, tidak ada yang istimewa, tentunya gerbong itu hanya berisi peralatan dan barang-barang. Menutup mulut dengan sisa kain penutup kepalanya, ia melanjutkan perjalanan. Aaron terus berjalan ketika melihat iring-iringan kereta yang baru saja melewatinya tiba-tiba berhenti. Seorang penunggang kuda datang ke arahnya. Tepat ketika kuda itu hampir menabrak Aaron, penunggang itu menarik tali kekang tiba-tiba, sehingga dua kaki depan kuda itu naik ke udara. Aaron terkejut dan hendak menghindar, namun pengawal itu segera berteriak. "Anak Muda, tuan kami menyuruhku untuk memanggilmu!" Aaron terkejut. Timbul sedikit kecurigaan di dalam hatinya karena ia telah memandang gadis itu dengan lancang sebelumnya. Wanita itu mungkin saja melaporkan kepada tuan-nya. Jantungnya berdetak kencang, ia tidak ingin ada masalah dengan orang-orang ini. "Ada apa, Paman?" tanya Aaron. "Jangan banyak tanya, ikut saja denganku. Naik di belakang!" perintah pengawal tersebut dengan tidak sabar. Aaron semakin bingung, namun menyadari ia tidak punya pilihan. Dengan terpaksa ia menghampiri, lalu sedikit agak ragu Aaron melompat naik ke punggung kuda pengawal tersebut. "Hiyaaa!" Hantaman kaki pengawal tersebut mengejutkan kuda dan segera berlari meluncur ke depan, Aaron hampir terjatuh jika saja ia tidak buru-buru menstabilkan tubuhnya. Sesampai di rombongan kereta tersebut, pengawal itu menyuruh Aaron turun. Dengan sigap ia melompat ke bawah. Seorang laki-laki paruh baya bertubuh gendut berdiri menghampirinya. "Siapa namamu?" tanya pria itu. Matanya memperhatikan Aaron dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Aaron, Tuan," jawab Aaron. "Kami butuh pekerja kasar untuk mengangkat barang, apakah kamu tertarik?" tanya pria gendut itu setelah mengetahui kultivasi anak di depannya tidaklah cukup tinggi. "Saya sebenarnya hendak ke kota, Tuan. Jika yang Tuan maksudkan adalah pekerjaan tetap, maaf, saya tidak bisa," jawab Aaron secara langsung menyatakan keberatannya. "Tidak ... tidak, hanya pekerjaan lepas selama di perjalanan. Setelah sampai di kota, kami akan memberimu beberapa keping uang dan kamu bebas untuk pergi," jelas pria gendut itu dengan santai. Pucuk dicinta ulam tiba, pikir Aaron. Akan sangat baik jika ia memiliki tumpangan. Menghitung waktu, akan butuh sedikitnya enam hari lagi baginya sampai di kota dengan berjalan kaki. Jika dengan kereta hanya akan memakan waktu paling lama dua hari, itu sangat menghemat waktu. Menangkupkan tangan, Aaron segera menerima tawaran itu. "Kalau begitu saya mengucapkan terima kasih kepada Tuan," jawabnya menyetujui. "Baiklah, panggil saya Hong. Kamu naik di kereta barang di belakang, tugasmu juga untuk mengawasi keadaan sekitar selama perjalanan," jelasnya. Sekali lagi berterima kasih, Aaron menuju kereta barang di urutan paling akhir. Ia tidak berani menatap gerbong nomor dua, khawatir jika orang-orang itu menangkap pandangannya. Kusir kereta barang tersebut adalah lelaki yang sudah sangat tua, namun tidak terlihat sangat lemah. Meskipun tidak ada jejak kultivasi dari tubuhnya, ia terlihat cukup mahir mengendalikan kereta. Aaron duduk di sebelahnya, memperhatikan kakek tua itu mengendalikan tali kuda. Kakek tua itu bernama Ah Long, ia cukup ramah dan menawarkan Aaron beberapa makanan. Dari Ah Long juga Aaron tahu bahwa nama nona muda mereka adalah Naruya Yue, dan ternyata di gerbong tersebut bukan hanya ada satu orang gadis, bersama Yue adalah kakak perempuannya yang bernama Naruya Xia yang telah terlebih dahulu masuk akademi, tetapi Aaron tidak melihat gadis itu sebelumnya, mungkin karena terhalang tirai kereta. Tuan Hong adalah paman dari nona Yue. Menurut keterangan kakek Long, ternyata tujuan mereka ke kota sama dengan Aaron, putri tuan besar mereka Yue akan mengikuti ujian masuk akademi tahun ini. Di samping itu kebetulan mereka juga mengantar barang dagangan, gerbong barang yang ditumpangi Aaron berisi barang dagangan tersebut. Tiba-tiba tirai gerbong di depannya tersingkap, Aaron dengan jelas melihat sepasang mata cantik menatapnya, hanya beberapa saat kemudian tirai itu tertutup lagi. Aaron tidak percaya gadis itu mengintip untuk melihatnya. Kakek Long sepertinya menyadari apa yang terjadi. "Jangan pikirkan itu, Nak, kalau jatuh nanti rasanya sakit," ujarnya menggoda. Aaron terkesiap. "Tidak seperti yang Kakek pikirkan. Aku bukan laki-laki seperti itu," kilah Aaron. "Hahaha ... di mana-mana laki-laki itu sama. Aku sudah hidup terlalu lama untuk kau bohongi, Nak." Kakek Long terbahak. Tidak berdaya Aaron hanya duduk menopang dagu. Kakek ini terlalu sensitif, gerutunya di dalam hati. ...Aaron dan Celia semakin panik ketika mendengar hentakan langkah kaki mengguncang gua. Suara raungan kemarahan terus terdengar dan semakin mendekat. "Tampaknya kita harus bertarung melawan beruang itu," ucap Aaron meminta pendapat Celia. "Itu monster rank empat tingkat awal, sama kuatnya dengan Mortal Bumi. Kita tidak akan bisa melawannya," balas Celia menggelengkan kepalanya. Melihat ekspresinya, seperti ia telah melupakan semua yang terjadi sebelumnya. "Lalu, kamu punya ide?" tanya Aaron. Celia mematung, ia tidak menemukan rencana apa pun. Namun, saat ia memperhatikan sekeliling, tiba-tiba wajahnya mengernyit ketika melihat sesuatu di sisi air terjun. Aaron yang juga sedang memandang ke sana, langsung berseru, "Ada lubang di balik air terjun. Cepat ke sana!" Sebelum Celia menjawab, ia langsung melompat ke dalam kolam. Celia buru-buru mengikutinya, dan menyusul Aaron berenang menuju air terjun. Sesampai di air terjun, Aaron mengulurkan tangannya. Celia sedikit ragu ketika akhir
Begitu perasaan asing bergejolak di tubuhnya, Aaron menjadi gugup. Sementara di depannya Celia tampak kebingungan, wajahnya merona merah dan napasnya sedikit lebih intens. Ia menatap kepada Aaron. "A-apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara lirih, hampir seperti desahan. Mendengar suara tersebut, tubuh Aaron merinding. "A-Afrodisiak ..." Mata Celia membelalak lebar, seketika ia mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhnya. Perasaan panas dari bawah perutnya, dan tiba-tiba saja ia menjadi sangat sensitif. Ia tidak tahu jika bunga itu sebenarnya adalah Afrosisiak, yang dapat memicu rangsangan di dalam tubuh. "Cepat pergi dari pohon itu!" sergah Aaron menarik lengan gadis itu sambil mempertahankan kewarasannya. Namun, begitu tangannya menyentuh lengan Celia, seolah-olah tubuhnya tersengat aliran listrik dan menegang seketika. Demikian juga Celia yang merasakan hal yang sama, memekik tertahan dan tubuhnya terhuyung. Sebelum ia terjatuh, Aaron menyambut tubuh gadis itu. Tetapi sentuhan
Melihat ada bagian lain di dalam ruangan, Aaron menoleh kepada Celia. "Kita harus pindah ke dalam. Jika nanti beruang buas itu datang ke sini, aku takut dia akan membunuh kita berdua," ucap Aaron. Celia tampak bimbang, tetapi mengingat beruang itu memiliki kekuatan setingkat Mortal Jiwa puncak, atau bisa jadi Mortal Bumi, ia hanya mengangguk. Beruang Batu bulan itu bukan lawannya, bahkan jika dia tidak mengalami kecelakaan, tetap saja ia tidak percaya diri menghadapinya. Namun, ketika mencoba berdiri, tubuhnya terasa lemah. Wajahnya memerah ketika membayangkan bahwa ia akan memerlukan bantuan anak muda itu lagi untuk beranjak. Aaron mengetahui pikiran Celia, tetapi saat ini keselamatan mereka lebih penting. Tidak bertanya terlebih dahulu, ia bergerak mendekati gadis itu dan berjongkok, lalu meraih tubuhnya untuk membopongnya sekali lagi."Apa yang akan kau lakukan?" tanya gadis itu dengan panik. Aaron mengabaikan pertanyaan gadis itu, dan mengangkat tubuhnya. "Jangan banyak berger
Jantung Aaron berdegup, ia tidak memiliki banyak waktu dan harus segera pergi dari gua ini. Sebentar lagi Beruang Batu Bulan itu akan sadar dan kembali pulang. Dan setelah mengetahui buah yang dijaganya menghilang, tempat ini akan menjadi kerusuhan. Aaron memandangi wajah gadis itu, sebagiannya tertutup kain tipis. Namun, dari jarak sedekat ini, ia dapat melihat melalui penutup itu yang sedikit transparan. Wajahnya sangat cantik, bahkan melebihi Yue dan Maye. Mengabaikan pemikiran itu, Aaron terus menggesa langkahnya keluar dari gua. Sangat beruntung beruang besar itu belum kembali, tetapi ia harus pergi sejauh mungkin, dan tidak membiarkan dirinya ditemukan. Setelah berjalan cukup jauh, Aaron melihat sebuah celah yang tersembunyi di dasar tebing. Tidak pikir panjang, ia langsung membawa Celia ke celah tersebut. Celah itu sempit di bagian pintu masuknya, tetapi di dalam ternyata cukup luas, dengan langit-langit yang runcing ke atas, lantainya cukup rata dan terlihat nyaman.
Aaron mengawasi dengan saksama gua yang mereka intai dari balik batu. Berada dalam posisi yang begitu dekat dengan Celia depannya, aroma manis yang lembut menggoda penciuman Aaron. Gadis itu begitu harum. "Makhluk apa di dalam tempat itu?" tanya Aaron, ia dengan cepat menyingkirkan sedikit pikirannya yang teralihkan. "Seekor beruang besar, Beruang Bumi Kolosal," jawab Celia dengan wajah serius. "Beruang Bumi Kolosal?" Aaron terkejut. Beruang itu sangat alot dan susah ditundukkan. Tetapi kemudian memikirkan kelemahan beruang tersebut, mata Aaron berbinar. "Aku yang memancingnya pergi, kamu yang mengambil item di dalam gua," ucap Aaron mengemukakan usulnya. "Kamu?" Celia berbalik, tetapi begitu menyadari posisi Aaron sangat dekat dengannya, ia menggeser tubuhnya. "Kultivasimu tidak cukup. Monster itu level tiga puncak, setara dengan Mortal Jiwa tingkat tinggi. Kau akan mati dikejarnya."Aaron menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku pernah berhadapan dengan monster seperti itu
Aaron terus meloncat dari dahan ke dahan di dalam hutan, hingga tidak menyadari bahwa ia telah keluar jauh dari tempat semula berada. Hutan-hutan di sekitarnya tampak lebih lebat dan gelap, dan nyaris tidak terdengar suara orang lain di tempat itu.Tap!Dengan satu lompatan, Aaron mendarat di tanah dan memperhatikan sekitarnya. Pandangannya langsung menangkap tanaman obat di antara sela-sela batu—Daun Dewa, herbal yang bermanfaat untuk memperkuat fisik.Aaron dengan cepat mendekat, tetapi ketika tangannya terulur hendak meraihnya, tiba-tiba sebuah tangan halus muncul dari balik batu dan menangkap herbal tersebut.Aaron langsung terkejut dan melompat mundur. Pemilik tangan halus itu tampaknya juga terkejut, dan ia keluar dari balik batu."Siapa kamu?" tanyanya dengan heran.Aaron menatap sosok di depannya—seorang gadis memakai jubah yang sama dengannya, lengkap dengan penutup wajah yang menyembunyikan bagian mulut dan hidungnya. Meski begitu, Aaron yakin gadis ini sangat cantik."Aku s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments