Wanita paruh baya itu mendorong tubuh Wulan, ia pun segera berjalan menuju meja makan untuk mengambil ponselnya."Kamu liat nih' Wulan! Saya akan adukan semua ini pada Fatih! Saya yakin, setelah ini Fatih pasti akan menceraikanmu," ucap Bu Ratna menekan tombol panggil di layar benda pilih miliknya. Tak lama kemudian sambungan pun terhubung."Halo, Bu. Ada apa?" suara Fatih terdengar jelas karena Bu Ratna sengaja mengaktifkan tombol loudspeaker di ponselnya."Halo Fatih, istrimu sudah keterlaluan Fatih. Dia mau membunuh ibu! Dia meracuni ibu dengan memasukan kecoa ke dalam masakannya," ucap Bu Ratna menggebu-gebu."Maksud ibu apa? Kenapa ibu bicara seperti itu?" tanya Fatih keheranan."Wulan mencampur kecoa ke dalam ayam bakar yang ia masak untuk ibu, Fatih! Dia sengaja ingin meracuni ibu!""Hm, ibu ini ada-ada saja, mana mungkin Wulan melakukan itu? Udah ah, Bu. Jangan aneh-aneh," sahut Fatih tidak percaya dengan ucapan ibunya."Ibu serius, Fatih. Kamu tidak percaya sama ibu? Nih, kam
Wulan memilih tidak mendengarkan ocehan ibu mertuanya itu. Ia pun segera masuk ke kamarnya.Dering ponsel berbunyi saat Wulan tiba di kamar. Sebuah panggilan masuk dari Fatih. Segera Wulan menggeser tombol hijau di layar, terdengar suara Fatih memanggil namanya."Halo, Wulan. Kamu baik-baik saja' kan? Maafkan aku, tadi ponsel sengaja aku matiin. Jadi aku baru liat pesan yang kamu kirim," jelasnya panjang lebar."Iya, Mas, tidak apa' yang penting kamu baik-baik saja. Aku hanya khawatir karena tidak biasanya kamu mematikan ponselmu," "Apa yang telah ibu lakukan sama kamu, Wulan? Apa ibu menyakiti kamu? Terus--kenapa si Mbok mendadak pulang kampung tanpa meminta ijin padaku?" tanya Fatih khawatir."Wulan juga tidak tau kenapa si Mbok pulang mendadak, dia juga tidak pamitan sama Wulan, tapi sepertinya ini sengaja direncanakan oleh ibu,""Sengaja direncanakan? Maksud kamu?" tanya Fatih heran mendengar jawaban Wulan."Iya–sepertinya ibu sengaja menyuruh si mbok pulang agar semua tugas si m
"Ini tidak mungkin, Dokter. Saya tidak pernah minum obat penggugur kandungan, saya sangat menginginkan anak itu, Dok. Mana mungkin saya sengaja menggugurkan kandungan saya," ucap Wulan masih tak percaya. "Saya tau bagaimana perasaan Bu Wulan, ini memang sulit dimengerti. Namun, hanya itu penyebab yang paling memungkinkan untuk seseorang kehilangan janinnya dalam waktu yang tiba-tiba," "Apa mungkin--ada seseorang yang sengaja memberikan obat penggugur janin pada Bu Wulan? ucap Dokter Riska menerka-nerka. "Ma-maksud dokter?" "Ah … maafkan saya, Bu Wulan. Itu hanya dugaan saya saja. Bu wulan' tidak perlu memikirkan perkataan saya barusan," ucap Dokter Riska tak enak hati karena telah membuat Wulan curiga dan berpikir penuh tanya. Wulan terdiam, ia merasa apa yang diucapkan dokter Riska ada benarnya juga. Pasalnya ia mendadak keguguran setelah menyantap makanan yang diberikan oleh suaminya. Tapi, tidak mungkin jika Fatih sengaja meracun Wulan dengan memasukan obat penggugur kandungan
"Damar?? Kamu Damar' kan?" tanya Wulan mengarahkan jari telunjuknya. Dan si pria pun langsung mengangguk mengiyakan. Mereka berdua tersenyum, tidak menyangka jika akan bertemu di rumah sakit ini.Damar Vadim Diningrat, sahabat Wulan sejak duduk d bangku SMP. Pria blasteran Indonesia-Rusia ini nampak begitu senang bisa bertemu dengan gadis incarannya sejak SMP."Apa kabar, Wulan? Akhirnya kita bertemu lagi," ucap Damar mengulurkan tangannya."Alhamdulillah, kabarku baik. Kamu sendiri bagaimana?" sahut Wulan sambil menyerahkan berkas-berkas milik Damar yang tadi terjatuh karenanya."Seperti yang kamu liat, aku selalu baik," sahutnya. "Hmm tapi–sepertinya kamu sedang tidak baik-baik saja, kamu lagi sakit? Wajahmu pucat sekali. Kenapa pergi ke rumah sakit sendiri? Mana suamimu?" ucap Damar mencecar pertanyaan pada Wulan, ia pun mengedarkan pandangannya. Pria ini tidak percaya dengan jawaban Wulan."Itu ingusmu! Di lap dulu," ucap Damar mengejek Wulan. Seketika Wulan pun langsung meraba hi
"Lama-lama si benalu itu semakin ngelunjak! Aku tidak boleh tinggal diam, ia harus segera mendapatkan balasan yang setimpal atas sikap lancangnya padaku," ucap Bu Ratna menghempaskan bokongnya di atas ranjang.Ia mengambil paper bag warna hitam yang tergeletak di atas kasur. Lalu mengeluarkan satu botol kecil berukuran 50 Mili. Cairan berwarna bening itu ia genggam dengan erat."Lihat saja Wulan, cepat atau lambat kau akan pergi dari sini!" Ketusnya penuh percaya diri. Sedangkan di luar sana Wulan tengah sibuk menata barang belanjaan ke dalam kulkas. Setelah memastikan semuanya beres, Wulan pun bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya.Setelah keguguran itu ia mudah lelah. Tubuhnya seakan belum pulih sempurna. Wulan merebahkan diri di atas kasur, matanya terpejam setelah minum obat dan vitamin dari dokter Riska.Melihat kondisi rumah yang sepi Bu Ratna segera keluar dari kamarnya. Ia menyusuri seluruh sudut ruangan memastikan jika Wulan tengah berada di dalam kamarnya."Bagus! Gem
Eva terdiam sesaat, ada rasa takut dan khawatir yang menyelimuti perasaannya.'Bagaimana jika aku tidak langsung hamil setelah menikah dengan Mas Fatih? Apakah ibu akan memperlakukan aku sama seperti dia memperlakukan Wulan? Apa ibu juga akan meracuni ku?' Batin Eva was-was.'Ah, tidak-tidak! Itu tidak mungkin terjadi! Aku pasti langsung hamil, aku ini' kan sehat. Tidak punya penyakit apapun, aku yakin aku subur dan kandunganku juga sehat!' Gumamnya berusaha meyakinkan hatinya. 'Aku punya banyak uang, aku bisa melakukan segala cara untuk segera mendapat momongan dan memberikan ibu cucu! Aku bisa lakukan itu semua, aku tidak perlu khawatir,'"Eva? Kamu masih disana' kan?" suara Bu Ratna membuyarkan lamunan Eva. Dengan cepat gadis itu menjawab calon mertua yang masih berada dalam sambungan telepon."I-iya, Bu. Iya! Eva masih disini," sahutnya berusaha tetap tenang."Kamu bersiap saja! Tidak akan lama lagi impian kita tercapai," "Tapi, Bu–ibu yakin' Wulan akan minum racun yang ibu siap
"Ibu kenapa senyum-senyum gitu? Lagi sakit gigi ko kelihatannya seneng banget, aneh?" tanya Sarah saat melihat raut wajah ibunya tampak begitu bahagia dengan senyum kemenangan.Bu Ratna yang mendengar pertanyaan sang anak pun langsung terlihat kikuk, seketika ia pun mengelak dengan berbagai alasan."Aneh bagaimana maksud kamu? Ibu senyum itu nahan sakit! Masa iya ibu harus nangis-nangis kayak anak kecil? Lagi pula kalau ibu nangis, sakit giginya tambah berasa. Udah cepet ngebut! Ko malah diperlambat laju mobilnya?" sahut Bu Ratna menepuk bahu Sarah yang memang memperlambat laju kendaraannya. Sepertinya racun itu mulai bereaksi, tubuh Sarah berkeringat dingin. Wajahnya tampak pucat, ia merasakan sakit kepala yang begitu hebat. Terlebih sekujur tubuhnya mulai terasa panas. "Kamu kenapa' sih, Sar? Ayo di gas mobilnya!" "Kepala Sarah pusing, Bu! Perut Sarah juga sakit," ucapnya memegang perut dan memijat pelipis secara bersamaan."Kamu gak usah aneh-aneh, deh' Sar! Ini ditengah jalan l
"Ibu liat sendiri, Fatih. Wulan adalah orang yang terakhir berinteraksi dengan Sarah sebelum ia keracunan seperti ini. Lantas siapa lagi pelakunya jika bukan istrimu itu?""Ibu jangan bicara seperti itu. Itu namanya ibu memfitnah Wulan! Walaupun Wulan adalah orang terakhir yang berinteraksi dengan Mbak Sarah, tapi bukan berarti dia pelakunya,""Terus saja kamu bela perempuan itu, Fatih! Kamu tidak tau bagaimana sifat aslinya Wulan. Dia bukan wanita baik-baik seperti yang kamu kira. Ibu lihat sendiri Wulan tersenyum puas di depan kulkas sambil memegang botol air minum yang tinggal setengah, ibu yakin, Sarah keracunan setelah minum air itu! Kalau kamu tidak percaya, kamu tanya saja pada istrimu itu. Siapa yang menaruh air itu di dalam kulkas, dan siapa pemiliknya!" terang Bu Ratna penuh kebohongan. Ia sengaja mengarang cerita agar Fatih percaya dengan ucapannya.Fatih terdiam sambil memegang pelipisnya, bingung. Itu yang ia rasakan saat ini. Iya yakin istrinya tidak mungkin melakukan ha