Share

BAB 1 - Raizel Harrison de Haltz (Bagian 1)

Suara derap langkah kaki terdengar menggema memenuhi lorong panjang yang didominasi warna hitam. Perlahan... suara ini kian meredup dan berganti menjadi suara embusan angin.

Bayangan hitam bergerak dengan cepat membelah lorong menuju ke suatu tempat. Terus melaju hingga mencapai suatu ruangan yang terdapat sebuah singgasana didominasi oleh bahan beludru berwarna merah gelap dengan beberapa bagiannya terlapisi oleh emas dan hiasan beberapa batu-batu berlian yang berkilauan. Semua sangat kontras dengan ruangan yang didominasi oleh warna hitam ini.

Perlahan, sosok wujud manusia terbentuk dari bayangan yang sekarang menduduki singgasana. Bayangan ini semakin mempertegas wujudnya menjadi seorang pria yang berpenampilan “layaknya” manusia. Ya, layaknya.

Wujudnya memang tidak jauh berbeda dengan manusia, hanya saja kulitnya sedikit lebih pucat, sorot mata yang lebih tajam, dan juga dua buah taring yang menghiasi deretan gigi atasnya.

Sosok ini, pria yang memiliki penampilan “layaknya” manusia, dia... adalah vampir.

Beberapa deret sosok yang mirip dengannya berada di hadapan singgasana. Menempelkan sebelah lutut ke lantai dan meletakkan tangan kanan ke dada. "Selamat datang, Yang Mulia Harrison!" seru mereka yang merupakan para pelayan dan pengawal.

Mereka pun memberikan hormat yang mendalam pada tuannya ini yaitu Raizel Harrison de Haltz, seorang vampir berdarah murni yang merupakan pemimpin dari klan vampir bernama Haltz.

Rai tidak membalas. Ekspresi wajahnya terlihat marah, iris mata yang berwarna hitam pekat berubah menjadi merah darah. Aura membunuh sangat terasa mengelilingi tubuhnya. Saat ini ia lebih tertarik pada sosok vampir yang berada tidak jauh dari hadapannya.

"Maaf atas keterlambatan saya, Rai," kata pria yang sejak tadi terus dipandangi secara tajam olehnya.

"Mana makananku, Albert?" tanyanya dengan suara tegas.

"Seperti biasa, berada di dalam kamar tersebut," balas Al—sapaan akrabnya seraya membungkukkan kepalanya sebagai tanda penghormatan.

***

Malam ini angin berembus cukup kencang. Menyebarkan hawa dingin ke seluruh penjuru mata angin. Cukup membuat siapa pun enggan untuk beranjak keluar dari rumahnya karena dingin yang terlalu menusuk ke tulang-tulang.

Sementara itu, di Kastel Haltz, cahaya bulan purnama dengan lembut memasuki kamar yang disebutkan oleh Al melalui celah-celah kaca jendela, menjadi penerangan satu-satunya yang menerangi kamar tersebut.

Kamar ini merupakan salah satu dari puluhan kamar yang ada di Kastel Haltz, yaitu kastel tempat tinggal bagi anggota keluarga utama Klan Haltz, yang saat ini di dalamnya sudah ada seorang wanita yang sedang gemetar ketakutan.

 Wanita ini memandangi seluruh penjuru kamar untuk mencari jalan keluar. Sialnya, sebelum dia dapat menemukannya, dia lebih dulu dikejutkan oleh kedatangan Rai yang sudah memasuki kamar tanpa disadari.

"S-siapa kau!?" tanyanya terbata-bata, tidak lupa dengan deru napas yang sudah tidak beraturan dan pupil mata yang membesar.

Rai hanya menyeringai, memperlihatkan taringnya yang sudah keluar, siap digunakan untuk menembus kulit leher wanita ini. Namun, wanita ini tidak dapat melihatnya karena ia berdiri di tempat yang tidak ada banyak cukup cahaya.

"SIAPA KAU!? DI MANA AKU?!?" jerit wanita ini ketakutan.

"Aku Raizel Harrison de Haltz, pemimpin dari Klan Haltz. Sekarang kau ada di kastelku yang terletak di pedalaman Hutan Silver. Jauh dari kehidupan manusia," jelasnya dan perlahan mulai mendekat.

"Hu-hutan Silver!?"

"Ya, Hutan Silver. Legenda mengatakan di hutan ini terdapat makhluk yang menghisap darah manusia hingga mereka mati. Mereka disebut vampir. Kau tahu legenda yang sedang aku bicarakan bukan?"

Wanita ini menelan ludahnya, dia tahu benar tentang legenda tersebut. Tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa legenda ini nyata. Wanita ini mengira legenda ini hanya tipikal legenda-legenda yang selalu diceritakan secara turun-menurun. Sebuah cerita untuk anak-anak agar tidak bermain terlalu jauh dari rumahnya.

"Melihat kau diam, pasti kau mengetahui legenda ini. Lalu kenapa kau malah berani datang ke sini?" tanya Rai seraya membelai pelan pipi wanita ini.

Takut dan terkejut, wanita ini langsung menepisnya dengan kasar, "Jangan sentuh aku!" pekiknya.

"Baiklah," balas Rai sedikit memundurkan tubuhnya, "Waktu bermain sudah habis. Sekarang aku lapar,” dan wanita ini memandang Rai dengan ketakutan yang semakin mendalam.

"Ohh... apa kau sudah berhasil kembali ke alam sadarmu?" Ia menyadari pupil mata wanita ini semakin membesar dengan alis yang semakin ditekan mendalam.

"Kau ada di Hutan Silver dengan legenda vampirnya, dan kau berada di sebuah kastel bukan sebuah rumah kecil manusiamu itu dan satu lagi, sepertinya aku kurang lengkap saat mengatakannya. Aku adalah pemimpin dari klan vampir bernama Haltz," jelasnya dengan seringai yang sekarang bisa terlihat jelas.

"A-a-apa? Vampir! APA MAKSUDMU!?" seru wanita ini dengan tubuh yang semakin gemetar.

"Ssttt... diamlah,” Rai meletakkan telunjuknya di bibir wanita ini, “Aku lapar dan kau merusak selera makanku."

Merasakan bahaya yang kian mendekat, wanita ini refleks mundur ketakutan hingga tubuhnya menabrak dinding. Dia memandang Rai dengan sorot mata yang penuh rasa takut.

"Kau tidak bisa lari ke mana pun. Bukan hanya aku vampir di sini, di luar kamar ini masih banyak ratusan vampir lainnya. Olehku atau vampir lainnya, kau akan tetap mati," ujarnya dingin.

Rai kemudian memajukan wajahnya, hingga bibirnya tepat berada di telinga wanita ini. "Apa kata-kata terakhirmu? Hmm...?" bisiknya.

Namun, Rai sama sekali tidak menunggu jawabannya. Ia langsung saja menancapkan taringnya di leher wanita ini. Dalam sekejap, wanita ini memberontak kemudian berteriak kencang ketika Rai menancapkan taringnya semakin dalam dan secara kasar ke lehernya.

"LEPASKAN AKU!! LEPASKAN!!! KAU... ARRGGGHHHH!!!!"

Rai benar-benar menghisap darah wanita ini dengan cepat, seakan-akan ada orang yang akan merebut makanannya. Ia tidak membiarkan setetes darah pun terbuang sia-sia.

"Sakit! Lepaskan... aku... mohon...," pinta wanita ini dengan lirih. Perlahan, penglihatannya menjadi gelap kemudian terjatuh lemas ke pelukan Rai.

Rai menyeringai lebar dan mengelap mulutnya yang terdapat sisa-sisa darah. Bagaikan kapas, dia lalu mengangkat tubuh wanita ini dan menghempaskannya ke atas tempat tidur dengan kasar.

#bersambung ke BAB 1 - Raizel Harrison de Haltz (Bagian 2)

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
barbar banget sih Rai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status