Di dunia ini hanya terdapat tiga klan vampir yaitu, Haltz, Raltz, dan Waltz. Semua berada di wilayah berbeda dengan batasan kekuasaan wilayah masing-masing. Klan yang pertama adalah klan Haltz.
Haltz adalah klan yang memiliki lima puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Kekuatan para keturunannya sangat luar biasa, dan merupakan klan yang paling ditakuti.
Pemimpin klan ini adalah orang yang sangat berpengaruh, dan Haltz memiliki kekuasaan wilayah di bagian selatan. Walaupun ada penegak hukum atau komite vampir yaitu Harawaltz, yang terdiri dari perwakilan para vampir senior yang diajukan dari setiap klan. Namun tetap saja, pemimpin Klan Haltz memiliki pengaruh tersendiri, karena darah vampir murni yang dimilikinya paling besar.
Berikutnya, klan yang kedua adalah Raltz. Klan yang memiliki tiga puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Para keturunannya memiliki kekuatan di bawah para keturunan Klan Haltz. Mereka memiliki
Al kemudian pergi menyelusuri Hutan Silver, berharap menemukan mangsa untuk menjadi santapan tuannya. Sebagai tangan kanan, Al memang menjadi orang kepercayaan Rai, hanya dia satu-satunya vampir yang dipercayai untuk mencari makanannya.Rai memang bisa meminum darah siapa pun, entah perempuan atau laki-laki, baik tua ataupun muda. Tapi, ia lebih memilih meminum darah seorang perempuan yang masih perawan. Bukan tanpa alasan, darah perawan memiliki rasa yang sangat manis dan aroma yang juga manis, persis seperti madu.Hal inilah yang membuat Rai menyukai darah mereka. Namun, permasalahannya adalah sulit untuk menemukan wanita yang masih perawan. Ini adalah Hutan Silver. Dengan legenda vampir yang ada, para perawan biasanya enggan untuk datang ke sini.Di satu sisi, Al tidak mungkin menculik seorang perawan dari dunia manusia, sebab jika ia ketahuan maka habislah nasib dunia vampir. Selama ini dia hanya menculik perawan yang tersesat di dalam hutan
"Tunggulah di sini," ucap Al.Kini, wanita ini sudah berada di kamar khusus tempat Rai biasa menyantap makanannya. Dia berjalan menuju jendela, membukanya, dan terdiam di sana. Dia hanya mengamati langit gelap berawan ini tanpa ada suara sedikit pun yang keluar dari mulutnya."Jangan harap kau bisa kabur, di bawah sana banyak prajurit yang berjaga, dan tentunya jika kau memilih untuk meloncat, kau akan mati dengan mengenaskan. Tersangkut di pohon-pohon, dan mungkin tubuhmu akan tertembus dahan runcing yang dimiliki pohon tersebut," ucap Al memperingati.Hening. Wanita ini hanya diam tidak membalas. Ini sangat aneh namun Al tidak mau lagi memikirkannya, ia pun segera pergi dari sana dan menemui Rai di singgasananya."Rai, saya sudah kembali," ucap Al sesampainya di ruangan singgasana seraya membungkuk hormat."Mana makananku?""Seperti biasa, di dalam kamar."Tanpa membalas ucapannya, Rai langsung pergi ke kamar. Dibuk
Rai yang baru saja memasuki kamar benar-benar terkejut melihat apa yang ada di depannya. Al memang tidak bercanda. Wanita ini benar-benar masih hidup. Dia dapat dengan jelas mendengar detak jantung manusia!Wanita itu terduduk diam di atas tempat tidur. Tatapan matanya kosong, entah apa yang dia pikirkan. Kakinya menekuk dan dipeluk erat oleh kedua tangannya. Rambut berwarna merahnya terurai, menyembunyikan sebagian wajahnya."Ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa!? Taringku mengandung racun, biarpun aku tidak menghisap darahnya sampai habis, dia akan tetap mati! Dia akan mati karena racunku! Tapi apa ini!? Kenapa dia masih hidup!? Bahkan dia dalam posisi seperti itu!? Mustahil!!!" batin Rai terus berbicara."Rai..." panggil Al karena Rai hanya terdiam menatap wanita aneh itu dari tadi.Rai pun tersadar. "Kau! Kenapa kau masih hidup!? Aku sangat yakin telah menghisap habis darahmu semalam! Seharusnya kau sudah mati! Jik
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian yang menghebohkan itu dan seperti katanya, Rai sama sekali tidak peduli dengan wanita itu. Tapi kabar mulai menyebar di kastelnya, para pelayan dan juga prajurit mulai membicarakan keberadaan wanita itu.Tentu saja hal ini membuat Rai gerah, mau tidak mau dia harus memikirkan cara untuk menghentikan omong kosong ini sebelum menyebar lebih luas, atau parahnya menyebar ke Klan Raltz dan Waltz."Albert!" seru Rai."Ya, Rai," balasnya."Bagaimana dengan wanita itu? Dia belum mati juga?" dan Al pun menggelengkan kepalanya."Sial! Bagaimana bisa dia tetap hidup! Sekuat apapun tubuhnya, dia tidak akan bisa menghadapi racun dari taringku, dia akan tetap mati dalam waktu tiga hari! Tapi ini sudah lebih dari tiga hari dan dia masih hidup!?""Bahkan sistem tubuhnya kembali normal, benar-benar tidak bisa dipercaya," ucap Al menambahi kenyataan bahwa wanita itu memang aneh."Cepat bawa dia ke
PRANG!Sebuah suara mengejutkan mereka. Karena terus saja saling dorong-dorongan, akhirnya tidak sengaja Ika menyenggol sebuah vas yang ada di meja. Namun, bukan itu saja yang mengejutkan.Ada hal yang lebih mengejutkan, dan itu adalah karena wanita yang tadi berdiri di sebelah Al sudah berpindah ke tempat Rika dan Riki berada untuk melindungi mereka dari vas yang terjatuh."Apa yang terjadi!?" ucap Rai menghampiri mereka dengan wajah menampilkan ekspresi marah.Ika tidak menjawab, dia hanya menangis di pelukan wanita aneh ini, sepertinya Ika benar-benar terkejut. Iki pun hanya diam tidak jauh dari tempat Ika menangis. Dia sama sekali tidak bergerak."Iki! Ada apa ini!? Jelaskan padaku!" bentak Rai.Bentakan tersebut membuat Iki langsung menangis. Anak ini juga dalam posisi terkejut, namun Rai malah membentaknya. Suasana akhirnya menjadi kacau dengan suara tangisan yang terdengar saling menyahut.Takut dengan
Karena kaki wanita ini terluka, dan juga karena perintah Rai untuk mengobatinya. Akhirnya mau tidak mau, Al harus menggendong dan membawa wanita ini ke kamar, sedangkan Iki dan Ika membuntutinya dari belakang dengan wajah khawatir. Sesampainya di kamar, Al langsung menurunkan wanita ini ke atas tempat tidur. Lalu ia pergi mengambil hal-hal yang diperlukan untuk mengobati luka di kakinya. Sedangkan Iki dan Ika tinggal di kamar. "Kak... Iki minta maaf," ucap Iki setelah Al pergi. "Ika juga minta maaf, gara-gara Ika kakak jadi terluka seperti ini," sambung Ika. "Kami janji tidak nakal lagi, tapi jangan bawa kami ke Klan Raltz lagi," tambah Iki. Wanita ini terlihat bingung. Baginya yang seorang manusia, dia sama sekali tidak begitu mengerti mengenai vampir, apalagi Klan Raltz yang mereka sebutkan. Tapi dia tahu, tinggal di tempat asing bukan hal yang menyenangkan. "Bilang Kak Rai jangan marah sama kami. Kakak istrinya Kak
Krreettt. Al membuka pintu dan membawa obat-obatan di tangannya. "Aku hanya menemukan ini. Sisanya kau akali saja," ucapnya lalu meletakkan apa yang dia bawa ke hadapan wanita ini. "Hanya ini??? Kau mencarinya dari tadi dan hanya membawa ini saja, Al?" kata Iki mengomentari Al yang hanya membawa obat merah, kapas, dan juga kain kasa. "Oi! Panggil aku Kak Albert! Kau vampir kecil tidak tahu sopan santun!" omelnya. "Sopan santun itu hanya untuk manusia," balas Iki. "Kau dan dia sama saja, sama-sama arogan!" "Kak Diana apa ini cukup?" tanya Ika mengabaikan keduanya. "Huh? Diana? Siapa Diana?" heran Al. Ika mengarahkan telunjuknya ke Diana, "Namanya Diana Charlotte. Kau tidak tahu itu?" Al terkejut. Bagaimana vampir kembar ini nama wanita ini, sedangkan selama ini dia hanya menutup mulutnya rapat-rapat. Sejak kedatangannya, dia hanya membuka mulut untuk mengatakan hal tidak berguna.
Malam semakin larut, namun rembulan masih setia memberikan sinarnya. Udara yang berembus pun kian dingin, membuat hangatnya perapian yang ada di rumah-rumah dunia manusia menjadi tidak terasa. Namun, berbeda dengan Kastel Haltz yaitu dunia vampir. Tidak ada satu pun perapian yang dinyalakan di sini. Bagi mereka—vampir, hal ini sangat tidak berguna karena dengan ada atau tidak adanya api, mereka tetap tidak akan merasakan dingin karena tubuh mereka adalah dingin itu sendiri. "Jadi dia berbicara dengan si kembar?” tanya Rai. "Aku juga cukup terkejut. Tapi dia benar-benar berbicara,” balas Al. Saat ini Rai dan Al hanya sedang berdua di ruang singgasana, tanpa adanya pelayan ataupun prajurit yang berjaga. Mereka berbicara empat mata. Dalam keadaan seperti ini, Al akan melepaskan segala panggilan hormatnya untuk Rai. Ia akan berbicara seleluasa mungkin dan Rai tidak ada masalah untuk itu. Ia bahkan merasa ini menarik, karena ada vampir yan